21. Kesayangan Calon Mertua!
****
— Apa harus kubiarkan Sangkar menang sayembara?
♥ Masa Karuan.
****
"Kak Masa, Kakak mau coba kue buatan Kak Rasa nggak?" Suara Anak Kecil membuyarkan lamunanku dari atas meja.
Sebenarnya aku sangat lapar. Dan merasa tidak enak.
Jam satu siang. Aku keluar dari kamar Sangkar sekitar jam segitu. Sejujurnya aku bangun pagi —tidak terlalu pagi— ya, kurang lebih jam delapan pagi tadi.
Benar sekali. Aku kembali tertidur karena ulah Sangkar. Dia mendekapku seolah tak mau aku pergi. Tentu, aku tidak bisa ke mana-mana. Dan lama-kelamaan, rasa ngantukku mengambil tempat lagi. Seakan-akan keinginan tidurku datang saat aku berada dalam pelukan Sangkar.
Aku takkan menyangkal. Rengkuhannya itu memberiku sensasi nyaman.
"Kak Masa? Mau aku ambilkan yang mana?" tawar Kasa untuk kedua kalinya.
Sebetulnya aku tak sepenuhnya melamun.
Tatapanku tidak kosong.Sembilan aneka kue yang tertata rapi di atas meja menjadi tempat berlabunya netraku. Ada kue cream cheese cookies, butter cookies, red velvet almond cookies, sempit dua warna, dan lain-lain.
Aku hanya tau beberapa. Mungkin hanya empat jenis kue yang pernah aku coba. Dari empat itu, dua yang sangat kusuka, butter cookie dan sempit dua warna. Lalu lima kue lainnya aku baru pertama kali melihatnya, setelah 19tahun hidup.
Apa itu akan memberiku gelar 'gagal jadi perempuan' karena tidak tau banyak jenis-jenis kue?
Haha.
Dari cakapan Kasa tadi, kue-kue ini bikinan Rasa? Tapi —sesungguhnya aku tidak percaya.
"Kasa, kue-kue ini dari mana?" tanyaku sekali lagi, guna untuk memastikan dari mana asalnya kue ini.
Ia menjeda memakan kue di tangan kanannya. "Kak Rasa dan Mama yang bikin tadi pagi, Kak."
Ah, sekarang aku percaya. Seharusnya aku bergabung bersama mereka.
"Khmm...." Aku berdeham untuk menormalkan gestur tubuhku. "Lalu mereka ke mana?" Memerhatikan Kasa melahap seres coklat yang menjadi toping kue yang tidak kutahu namanya itu.
"Oh, iya!" Aku tersentak karena respon Kasa.
"Ada apa?"
Ia menyengir, menenggelamkan mata besarnya di antara kelopak matanya. "Hehe ... Kasa lupa memberitahu Kak Masa." Kasa meletakkan sisa kuenya dalam piring mini di hadapannya. "Kata Mama, Kak Masa disuruh ke Villa. Ah, jangan lupa bawah baju juga. Soalnya ... Soalnya —Kasa ... Gak tau sih, kenapa. Hehe...."
Ketika aku ingin menjawab, Kasa kembali bersuara, "hmmm ... Anu ... Itu, kata Mama ... Kak Masa bareng Kasa ke Villa," Kasa sedikit cekikin. Pipi chubby miliknya itu sampai memerah.
"Siapa yang ajarkan kamu berbohong, Kasa?" Aku langsung mencari suara itu. Dan pemiliknya adalah Sangkar.
"Ihh, Kak Sangkar. Kasa tidak bohong. Kan —Kasa juga mau ikut. Emang Kak Sangkar tega ninggalin Adiknya sendiri?"
"Kamu tidak sendiri, Sarah sama Karla nanti nginap di sini. Mbak Asiyah juga tetap di rumah."
"Tapi 'kan, Kasa mau lihat. Acara Holiday —eh, enggak. Bukan itu. Tadi apa ya...." Gadis mungil itu mengetuk-ngetuk ujung pelipisnya. "Ah, Holi! Pesta Holi untuk Mbak Olin yang sempat tertunda."
KAMU SEDANG MEMBACA
#2. Hello, Masa!
Roman d'amourWarning 🔞 *** "Tidak perawan?" Suara itu membuatku tergelonjak kaget. Tak butuh dua menit menarik atensiku dari keadaan di bawah pahaku. Lantas membalas tatapan si pemilik suara. "Seorang calon istri yang tidak perawan!" serunya, menajamkan kata...