• Part Empat Belas •

5.5K 721 111
                                    

"Sayang, kamu bangun dulu." Gemini mengguncang tubuh Elio yang sedang nyenyak tidur. Pria itu melenguh sebentar, lalu membuka kedua matanya. Menatap sayu sang istri yang sudah tersenyum lebar di sampingnya.

"Kenapa?" Gemini tetap tersenyum, lalu ditatapnya jam yang berada di atas nakas. Setelah itu dielusnya perut miliknya. Menelan ludah saat memikirkan makanan yang saat ini sangat ia inginkan. Jam menunjukan pukul 10 malam. Tadi setelah shalat Isya, Ersad langsung tertidur, membuat keduanya juga ikut tertidur setelahnya.

"Aku pengen makan seblak. Kamu beliin ya." Elio mengerutkan keningnya sebentar, lalu mendudukan dirinya di dekat Gemini.

"Malam-malam begini?" Gemini mengangguk semangat.

"Beliin ya, aku pengen banget. Yang pedas pokoknya." Elio menggeleng menolak permintaan Gemini.

"Nggak boleh makan pedas. Apalagi pas malam-malam begini. Kalau beli besok aja bagaimana?" Gemini langsung cemberut.

"Aku mintanya sekarang kok malah besok-besok sih. Pokoknya aku maunya sekarang, yang pedas," ujar Gemini tanpa ingin ditolak oleh Elio. Elio menatap istrinya dengan lama, lalu menghela nafas.

Matanya langsung menatap perut Gemini. Ditundukannya kepalanya tepat di depan perut sang istri.

"Adek mau makan seblak ya, hmm? Kenapa nggak minta makan telur ceplok aja, biar Ayah bikinin." Telinga Elio sudah berada di depan perut Gemini, "apa? Adek mau makan telur ceplok? Oke, Ayah bikinin."

"Ih, kok malah jadi bikin telur ceplok sih. Aku kan maunya seblak, bukan telur," protes Gemini kesal. Elio tertawa kecil.

"Adek sendiri kok yang mau."

"Jangan bikin aku marah ya, sayang." Elio tertawa kembali. Diraihnya kepala Gemini dan diciumnya bibir sang istri.

"Iya deh, kamu nggak bisa banget bercanda-bercanda." Mata Gemini memicing menatap Elio. Elio menuruni sofa dan meraih kunci mobilnya.

"Di dekat sini aja nggak apa-apa?" Gemini mengangguk. Elio meraih celana beserta jaket miliknya dan melangkah ke luar.

"Iya, yang pedas banget ya sayang. Kalau nggak pedas aku ngambek."

"Iya Bunda. Ya udah aku berangkat."

"Hati-hati sayang." Elio mengangguk. Sampai di depan kamar, Elio menutup pintu dan sedikit terkejut saat melihat Ersad ke luar dari kamarnya.

"Ayah mau ke mana?" Ersad berlari mendekati Elio dan memeluk kaki sang Ayah.

"Ayah mau ke luar sayang, mau beli. Kok Esa bangun lagi? Emang mau ke mana?" Elio meraih Ersad untuk ia gendong. Dibawanya sang anak menuruni tangga satu-persatu.

"Esa nggak bisa tidul. Jadi Esa bangun. Telus Esa mau ke kamal Ayah sama Bunda. Eh, pas ke luar Esa ketemu Ayah di sini. Emang Ayah mau beli apa?" Tanya Ersad di akhir kalimat.

"Ayah mau beli pesanan Bunda." Kedua mata Ersad langsung berbinar-binar. Ia memeluk leher sang Ayah.

"Esa ikut boleh?" Elio mengangkat satu alisnya.

"Ini udah malam. Nggak baik kena angin malam. Esa di rumah aja ya sama Bunda. Kasihan Bunda sendirian." Ersad langsung cemberut.

"Esa mau ikut Ayah. Esa mau beli maltabak sama siomay di pinggil jalan. Esa nggak mau di lumah." Elio mengangguk kecil.

"Oke anak Ayah. Kita berangkat."

"Belangkat."

•••••

Saat sampai di rumah, Gemini langsung memakan seblak pesanannya. Elio sampai meringis ngeri melihat Gemini yang dengan santainya memakan seblak pedas itu. Apalagi tadi Gemini memasukan beberapa cabe lagi di seblaknya.

"Jangan makan semua, Gem. Ngeri aku lihah cara makan kamu kayak gitu." Gemini hanya menatap Elio sebentar dan kembali fokus dengan seblak miliknya. Sesekali Gemini meringis karena merasa kepedasan.

Ersad yang sedang memakan martabak langsung fokus dengan piring Gemini. Menatap penuh minat dan ingin mencicipi. Lalu ditatapnya Gemini yang sedang memakan seblaknya.

"Bunda, Esa mau itu." Tangan Ersad menunjuk seblak milik Gemini. Gemini dan Elio langsung kompak menatap Ersad.

"Jangan, Sa. Itu pedas banget. Nanti kamu sakit perut kalau makan." Ersad tidak menanggapi, ia menggerak-gerakkan tangan Gemini meminta sang ibu untuk menyuapinya.

"Ini pedas sayang. Nanti Esa nangis kalau kepedasan. Jangan makan ini ya. Kamu makan martabak aja. Itu kan kesukaan Esa." Ersad mengerucutkan bibirnya.

"Tapi Esa mau."

"Ya udah sedikit aja." Saat Gemini akan menyuapi Ersad kuah seblak, Elio langsung memukul pelan tangan istrinya sambil memperingati.

"Gem, jangan mulai deh."

"Sedikit aja, lagian kalau Esa nangis bagaimana?" Elio menatap Gemini.

"Kamu ini ngeyel ya. Yang ada kalau Esa makan itu malah nangisnya makin menjadi. Kamu sih makan pedas-pedas gitu, Esa jadi mau kan." Gemini mengerucutkan bibirnya.

"Namanya juga aku ngidam." Elio terdiam dan lebih memilih berbicara dengan anaknya.

Ersad menatap Gemini kembali, "Esa mau itu," tunjuk Ersad dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Kembali Gemini dan Elio saling menatap. Gemini menatap seblak miliknya, lalu tanpa meminta pendapat Elio, ia langsung menyuapi Ersad sedikit kuah seblak, membuat Elio langsung melototkan matanya.

"Esa sendiri yang mau kok." Elio berdecak. Lalu ia menatap Ersad dengan lama. Menunggu suara tangisan anaknya karena merasa pedas. Tapi semakin lama tidak terdengar tangisan dari Ersad, malah anak itu meminta Gemini menyuapinya lagi.

"Eh, nggak kepedasan?" Tanya Gemini kaget.

"Nggak pedas. Ini enak, Esa mau lagi." Gemini tertawa dengan kencang, sedangkan Elio terdiam dengan mulut terbuka. Menatap penuh heran ke depan Ersad.

"Ternyata Esa ngikutin jejak Bunda yang suka makan pedas ya. Bagus, laki-laki memang harus kuat makan pedas. Jangan kayak Ayah kamu, lemah." Mata Gemini menatap Elio saat ucapan terakhirnya. Elio menatap Gemini tajam dan berdecak setelahnya.

"Ayah payah, nggak suka makan pedas. Contohin Esa dong, suka pedas, kelen." Gemini tertawa kecil. sedangkan Elio hanya menghela nafas.

"Jangan suka makan pedas, Sa. Soalnya kamu masih kecil, nggak baik makan pedas."

"Tapi enak."

"Walau pun enak tetap aja nggak boleh. Nanti pas besar baru boleh makan pedas, oke?" Ersad terdiam sejenak.

"Iya."

"Esa mau jadi apa kalau besar nanti?" Tanya Gemini penasaran. Ersad mengetuk-ngetuk dagunya sambil berpikir. Ia berguman panjang.

"Mau jadi pemain bola dong, sama penghafal Al-qulan."

•••••

*Yang belum tidur vote dulu yuk⛰️

Little Family ( Elio And Gemini )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang