Malam harinya, Ersad duduk di depan TV sambil memakan cemilan. Di dekatnya ada kedua orang tuanya yang juga ikut menonton. Sesekali Elio mengecek Email yang masuk, lalu kembali fokus menonton. Gemini menidurkan kepalanya di bahu Elio seraya menutup kedua matanya.
"Kamu ngantuk?" Gemini mengangguk pelan, "ya udah kamu tidur duluan sana." Gemini kenaikan kepalanya dari bahu Elio. Ditatapnya sang suami sebentar, lalu menatap putranya yang masih setia menonton TV.
"Nih, anaknya belum mau tidur. Kalau aku tidur duluan siapa yang tidurin Esa?" Elio mengerutkan kening, lalu menunjuk dirinya sendiri.
"Kan ada aku. Biar aku yang nungguin Esa di sini. Kamu tidur duluan aja. Lagian kamu pasti kecapean karena jagain Esa dari pagi." Gemini tersenyum tipis dibalik rasa lelahnya.
"Kamu juga lebih kecapean. Dari pagi kerja terus pulang sore hari. Sampai rumah kamu juga langsung main bareng Esa." Diraihnya bantal sofa yang berada di belakang dan dipeluknya banyak itu. Tatapannya mengarah ke Elio.
"Aku nggak terlalu capek kalau dibanding kamu. Udah sana, kamu istrahat duluan. Tuh, matanya udah ngantuk banget kan." Gemini tersenyum kecil, lalu mengangguk. Elio meraih kepala Gemini terlebih dahulu, lalu diciumnya kening sang istri. Tidak lupa mencium pipi dan juga bibirnya.
"Besok aku mau bawa Esa ke salon. Rambutnya udah mulai memanjang, jadi aku mau motong rambut Esa, biar dia jadi anak yang rapi dan ganteng kayak Ayahnya." Elio tertawa kecil.
"Iya, hati-hati ya perginya. Emang mau pergi jam berapa?" Gemini bergumam panjang.
"Hmmm, sekitar jam 10-an lah." Elio mengangguk.
"Ya udah, tidur sana." Gemini mengangguk, lalu berdiri. Sebelum ke kamar, ia cium pipi putranya terlebih dahulu.
"Jangan tidur malam-malam ya, Sa. Kasihan Ayah, besok kan Ayah mau kerja pagi-pagi." Ersad menatap Gemini sebentar, lalu kembali fokus menonton. Gemini menghela nafas panjang, laku melangkah menuju kamar setelah mencium tangan suaminya.
Elio meraih bantal sofa seraya memeluknya. Matanya menatap Ersad yang tiduran di atas karpet berbulu sembari menonton. Diraihnya toples berisi kripik dan melahapnya.
"Ayah, Bunda bilang besok Esa mau potong lambut," ujar Ersad sembari berdiri di depan Elio.
Tatapannya mengarah ke kripik yang dipegang Elio. Ia membuka mulutnya meminta kripik ditangan sang Ayah. Elio menatap Ersad terlebih dahulu, lalu menyuapkan kripik ke mulut Ersad.
"Iya, rambutnya Esa udah panjang banget. Esa mau kan potong rambut?" Ersad menggeleng dengan tegas, ia menolak untuk memotong rambut. Kening Elio mengkerut, "kenapa nggak mau potong rambut?"
"Esa mau panjangin lambut, bial nanti bisa diikat kayak lambutnya Bunda. Kalau Esa main bola telus lambutnya diikat, kan kelihatan kelen." Ersad mengumpulkan rambutnya dengan kedua tangan.
Kemudian ia menatap Elio sambil senyuman lebar. Elio yang mendengar itu tertawa kecil, lalu diraihnya tubuh sang putra untuk dipeluknya. Ia merasa gemes dengan Ersad, ingin sekali ia gigit kedua pipinya yang cabi.
"Nggak boleh panjangin rambut. Rambutnya harus dipotong. Yang boleh panjangin rambut cuman perempuan, bukan laki-laki. Ersad ngerti?" Ersad terdiam sejenak, lalu mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Family ( Elio And Gemini )
General FictionSequel About Elio Menjadi orang tua adalah keinginan setiap sepasang suami istri, begitu pun dengan Elio dan Gemini. Setelah beberapa bulan menikah, akhirnya mereka dikaruniai satu orang anak laki-laki. Ia bernama Ersad Kevindra Fernandes Chio. Umur...