• Part Enam Belas •

4.9K 655 48
                                    

"Sayang, bangun dulu yuk. Sebentar lagi shalat Dzuhur, kamu harus siap-siap." Gemini memukul pelan bahu Elio yang masih tertidur.

"Sepuluh menit lagi," balas Elio sembari mengeratkan pelukannya di perut Gemini yang sedikit membuncit.

"Ih, kalau sepuluh menit lagi kamu bakal terlambat ke mesjidnya. Mending kamu bangun sekarang, nanti sepulang dari mesjid kamu bisa tidur lagi kok." Gemini memukul kembali bahu suaminya. Elio membuka kedua matanya sambil mendongak menatap wajah cantik sang istri.

"Iya, iya." Setelah itu Elio bangun dan duduk di samping Gemini. Menatap intens wajah sang istri yang semakin hari semakin cantik. Tangannya mengulur ke depan perut Gemini sembari mengelusnya.

"Besok jadwal cek kandungan kamu kan?" Gemini mengangguk. Matanya menatap tangan Elio yang masih mengelus perutnya yang sudah mulai membuncit.

"Nanti aku antarin cek ya." Kening Gemini mengerut.

"Besok kan kamu ada meeting. Udah, aku pergi bareng Bunda Nana aja, atau sama Mommy Maya, bila perlu sama Bundaku juga. Aku nggak mau gangguin meeting kamu, kan kamu sendiri yang bilang kalau kamu sibuk besok." Elio menghela nafas panjang.

"Tapi aku mau antarin. Udah, besok biar aku yang antarin kamu. Lagian aku mau lihat calon bayi kita."

"Terus gimana dengan meeting kamu?"

"Itu udah aku urus. Kamu nggak usah khawatir oke? Lagian aku nggak mau ngelewatin kesempatan ngantarin kamu cek kandungan. Kasian kamunya." Gemini seketika tersenyum lebar. Ia memeluk tubuh sang suami dengan kencang.

"Makasih, kamu memang suami yang terbaik."

"Kamu juga istri paling terbaik." Elio mengelus kepala Gemini. Tidak lupa satu tangannya ikut mengelus perut Gemini. Menyalurkan rasa sayangnya kepada sang jabang bayi.

Brak.....

Pintu kamar seketika dibuka dengan sangat kencang. Keduanya melepas pelukan mereka dan menatap siapa tersangka yang melakukannya. Dilihatnya Ersad sudah mengenakan baju Koko serta celana dan peci. Anak laki-laki itu berdecak pinggang sembari menatap kedua orang tuanya dengan kedua mata yang melotot.

"Ayah, kenapa belum siap-siap? Ini Esa udah siap-siap loh dali tadi. Mau solat dzuhul di mesjid. Ayah nggak mau pelgi solat? Dosa loh kalau nggak solat. Nanti masuk nelaka. Emang mau masuk nelaka? Nelaka itu panas tau, Ayah." Ersad sudah berdiri di dekat kasur, menatap Elio sembari mengingatkan Ayahnya shalat.

Elio menatap Gemini malu karena dinasehati anaknya sendiri, sedangkan Gemini sudah tertawa kecil.

"Tuh, dengar Ayah. Dosa loh, Yah, kalau nggak shalat."

"Ini Ayah mau siap-siap." Elio turun dari kasur seraya berjalan menuju kamar mandi. Ersad naik ke atas kasur dan langsung mengelus perut Gemini.

"Bunda, Adek kapan ke lualnya? Esa udah nggak sabal mau ketemu Adek."

"Tunggu beberapa bulan lagi ya."

"Beberapa bulan itu belapa hali?"

"Hmmm, berhari-hari. 100 lebih hari kayaknya."

"Nanti Adeknya halus laki-laki ya."

"Kenapa kalau perempuan?"

"Hmm, pelempuan juga boleh. Tapi halus cantik." Ersad berceloteh dengan antusias, Gemini mendengarkan dengan baik. Tangannya mengusap kepala sang Anak. Mengangguk serta menanggapi  saat Ersad bertanya.

Saat keduanya sedang berbincang, Elio ke luar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah ia pakai. Baju Koko berwarna hitam serta sarung dan peci.

"Ayo, Sa. Kita berangkat." Tangan Elio mengulur ke depan menunggu Ersad datang meraih tangannya.

Little Family ( Elio And Gemini )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang