nineteen

1.1K 117 20
                                    

Perlahan menuju akhir
***

Ji-hyun masih tak mengerti apa yang terjadi, ibu nya tiba-tiba berteriak lalu menghancurkan seluruh benda di dalam kamar nya. Meminta ia pergi jauh dengan lelehan air mata dan nada memohon.

Apa apaan ini eoh?

Ia baru saja sadar dari tidur panjangnya, dan tiba-tiba ia di minta untuk pergi. Ia terus coba tuk menenangkan wanita yang telah melahirkan nya itu. Akan tetapi tetap saja wanita setengah abad itu tak bisa tenang. Mungkin tak ada lagi yang bisa ia hancurkan, tapi teriakan frustasi dan tangisan menyayat tetap terdengar.

Ji-hyun tak tahan, ia tak kuat jika melihat ibunya menangis. Akan tetapi tak mungkin juga bukan ia harus menuruti kata-kata sang ibu dan pergi.

'' Ada apa ini?"

Suara berat itu membuat Ji-hyun bernafas lega, akhirnya sang ayah pulang.

''Ibu tiba-tiba marah Yah ."

Tuan Park melangkah masuk ke dalam kamarnya, mendekati sang istri yang tengah duduk terisak di dekat pintu kaca menuju balkon. Menangis, tubuh nya bergetar.

Sebuah fakta mengejutkan mengguncang jiwa nya. Menghantam pikiran penuh akan kemarahan itu, membuat mental seorang Hye Ju tergoyah bahkan hampir hancur.

'' Apa yang kau lakukan?" Tuan Park datang mendekat, menatap sekeliling kamar yang sudah hancur.

''Ini semua salah mu, semua ini kesalahan mu." Tiba-tiba Hye Ju kembali mengamuk, menatap sang suami tajam.

''Apa maksud mu hah! Aku baru saja pulang dan kau tiba-tiba marah, apa seperti ini perlakuan seorang istri!" Tuan Park tak kalah kesal, ia ikut menatap sang istri marah.

Bagi Hye Ju ini sudah biasa, suami nya itu tempramen, dan ia sudah tahu itu.

''Jika saja saat itu kau menuruti perintah ku mungkin ini semua tak akan terjadi hiks. Mungkin a-aku tak akan melakukan kesalahan besar ini ." Wanita setengah abad itu memukul dada sang suami.

Tuan Park hanya diam sembari memeluk sang istri, ia tak tahu permasalahannya apa dan ia hanya bisa diam untuk saat ini.

Flashback

Tepat 17 tahun yang lalu hal besar menimpa keluarga Park yang tengah berbahagia.

Kala itu putra pertama keluarga Park lahir, di saat sang kepala keluarga sedang berada dalam pejalan menuju Swiss.

Hye Ju yang kala itu tengah hamil tua harus rela di tinggal suami ke Swiss. Usia kandungan nya sudah tinggal menghitung hari, akan tetapi perjalanan bisnis yang tuan Park lakukan juga tak dapat di undur atau di gantikan.

Wanita itu pikir akan baik-baik saja karena perkiraan dokter ia akan melahirkan sekitar 1 Minggu lagi. Akan tetapi takdir berkata lain, 2 jam usai mengantar suami nya ke bandara wanita itu harus melahirkan bayi nya secara Caesar.

Ketuban pecah dan terjadi pendarahan, kondisi ibu dan bayi memprihatinkan. Hye Ju kristis, kehilangan banyak darah usai melahirkan putra pertama keluarga Park. Kondisi bayi nya pun tak kalah mengkhawatirkan. Bayi kecil dengan berat 900 gram itu harus lahir dalam keadaan lumayan kecil untuk ukuran bayi yang lahir di bulan ke sembilan.

Kala itu Hye Ju benar-benar harus berjuang sendirian. Kedua mertua nya tak berada di Seoul, nyonya Park ( nenek Jimin) kala itu berada di Jepang untuk melakukan pengobatan sang suami. Ayah dan ibunya nya juga tak menetap di Korea, lantas ia harus bertaruh nyawa seorang diri.

Di lain sisi Kim Hyuri, juga tengah melahirkan anak nya yang prematur. Berjuang melawan maut sama hal nya seperti Hye Ju tanpa kehadiran suami atau pun keluarga.

BLOOD  SWEAT AND TEARS  [ Slow Update ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang