Fifteen

2.3K 177 190
                                    

Can we ask for fate to take sides for one day?

***

Jimin tak berdebat dengan sang nenek, lebih tepatnya nyonya Park sendiri yang mengoceh.

Sedangkan Jimin tertunduk diam seperti seseorang yg tak mendengar sama sekali, lalu di akhir ia akan mengangguk atau menggeleng, sesekali menjawab.

Untuk wanita seusia Nyonya Park sudah tergolong sabar jika menghadapi bocah labil seperti Jimin. Ditambah kondisi nya yang kadang stabil dan kadang menurun membuat perubahan emosi Jimin juga tak beraturan. 

Ia hanya malas saja meladeni setiap sikap keras kepala Jimin, lebih baik mengalah dari pada ia terkena darah tinggi jika menghadapi cucu tersayang nya itu.

Bukti nyatanya saat ini, seusai Jin memutuskan keluar memberi ruang antara cucu dan nenek itu. Keduanya saling adu argumen meski lebih banyak di dominasi nyonya Park. Jimin hanya diam menjawab sesekali tapi selalu tepat dan membuat adu debat itu ia menangkan.

Di luar Jin memeluk Taehyung yang menangis, adik nya kembali rapuh.

Terakhir kali ia melihat Taehyung serapuh ini usai pemakaman nenek dan kakek, sekitar 6 tahun yang lalu.

Ketika kedua orang berarti dalam hidup Taehyung pergi untuk selamanya.

Taehyung kecil tumbuh dalam kasih sayang kakek dan nenek, namun dalam waktu yang sama ia kehilangan keduanya secara bersamaan.

3 jam seusai nenek di makamkan sang kakek ikut menyusul istri nya, tak mau di pisahkan barang oleh takdir sekalipun.

Taehyung kecil di keduanya ketika orang tua Taehyung sibuk, tidur bersama nenek di malam hari, meminum yogurt bersama kakek di pagi hari atau memeras susu.

Semua itu hanya kenangan yang bisa ia dapat dari kakek dan nenek, wajar saja ia begitu merasa kehilangan ketika keduanya pergi untuk selamanya.

''Hey adik Hyung yang tampan ini sangat jelek jika menangis eoh" Jin menatap kamar wajah Taehyung.

Adiknya makin tampan, wajah nya makin tajam meski sifat nya yang seperti anak- anak.

Jin menghapus air mata Taehyung dengan senyum seorang kakak yang begitu sayang akan hadirnya adik nya.

''Jimin tak akan berakhir seperti Harabeoji kan Hyung, dia akan bertahan kan. D-dia masih muda dan Hyung bilang j-jika"

''Semuanya akan baik-baik saja eoh, Jimin akan sembuh jadi jangan dipikirkan. Kau juga harus menjaga kondisi mu, tak ingin tidur disini lagi kan"

Taehyung menggeleng, Jin tak tega melihat Taehyung seperti ini sehingga sebelum adik nya itu berpikir lebih jauh . Lebih baik ia menghentikan pemikiran liar semata itu.

''Chah 🙂 sekarang pulanglah, bersihkan diri mu dan istirahat" Jin menepuk pelan pundak Taehyung.

Si empu diam, jika Jin sudah bicara lembut berarti disana juga diselipkan nada bahwa ia tak menerima penolakan.

Taehyung berdiri membernarkan baju nya, dan berniat masuk untuk mengambil handphone nya yang tertinggal. Tapi belum tangan itu menyentuh ganggang pintu, benda itu bergeser terbuka.

BLOOD  SWEAT AND TEARS  [ Slow Update ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang