✨Bab Kedelapan,Yuri sakit.

256 42 1
                                    

Juna Masuk ke dalam rumah dengan ringisan-ringisan kecil yang ia tahan, niatnya setelah ini Juna akan langsung mengobati Memar di wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juna Masuk ke dalam rumah dengan ringisan-ringisan kecil yang ia tahan, niatnya setelah ini Juna akan langsung mengobati Memar di wajahnya.

Juna menghentikan langkahnya di depan pintu kamar Yuri untuk memastikan bahwa adiknya masih ada.

Suara ketukan pintu terdengar namun tak ada sahutan di dalam sana.Juna ingin teriak tapi sayangnya dia tidak bisa bicara,masabodo dengan Yuri yang akan marah nantinya ketika dia masuk ke kamar miliknya dengan cemas Juna membuka pintu yang tidak terkunci itu

Di sana Juna melihat Yuri yang tertidur dengan keringat dingin di dahinya,Juna berjalan mendekat.

Ia cek suhu tubuhnya ternyata jauh dari kata normal,Yuri demam.

Niatnya untuk mengobati dirinya sendiri ia urungkan,Juna melangkah pergi ke kamarnya dan mengambil uang yang dia kumpulan di dalam lemari yang ia simpan setelahnya Juna keluar dengan sepedanya menuju apotek untuk membeli obat Yuri.

Sialan hujan datang kenapa harus saat genting seperti ini.

Juna terus melajukan sepedanya meskipun hujan besar  Semakin turun untuk membasahi bumi sesekali Juna meringis menahan perih karna lembam kebiruan itu beradu dengan air hujan yang jatuh.

Juna menulis di buku kecil miliknya yang agak basah itu untuk dia perlihatkan kepada si ibu penjaga apotek

"Bu saya ingin Paracetamol"

Si ibu yang mengerti langsung membungkus obat itu lalu di berikan kepada Juna.

"Gak mau neduh dulu?ini masih hujan "ucap di ibu yang melihat Juna panik

Juna menggeleng lalu mengucapkan terimakasih dalam bentuk bahasa isyarat.

Yuri membuka matanya ketika mendengar suara cipratan air di sisinya, ternyata Juna sedang mengkopresnya.

Juna menyimpan handuk kecil yang sudah di peras air hangat itu pada dahi Yuri.

"Lo habis dari mana basah-basahan gitu?"tanya Yuri di sela-sela tidurnya

Juna lupa bahwa baju seragamnya belum di ganti dia terlalu panik

"Muka Lo kenapa?habis berantem?"tanya Yuri lagi

Juna menggelengkan kepalanya

Tangannya bergerak "kakak mandi dulu"

Yuri yang mengerti hanya berdehem saja.

Juna mengeringkan rambutnya yang basah menggunakan handuk setelahnya dia bawa air hangat nasi putih dan Paracetamol untuk Yuri.

"Gue bisa makan sendiri"ujar Yuri yang melihat Juna akan mengarahkan sendok berisi nasi itu pada mulutnya

"Nanti obatnya jangan lupa di minum"

"Iya."ketus wanita itu

"Besok jangan sekolah dulu ya"

"Iya."



Malam ini Juna berniat menemani Yuri pria itu masuk ke dalam kamar adiknya tapi beberapa saat kemudian ia menghentikan langkahnya ketika melihat Yuri merintih tidak berdaya,Juna panik lalu menghampiri

Yuri dengan wajah pucat merintih kesakitan dengan cepat Juna menggendong tubuh Yuri untuk di bawa ke rumah sakit.

Malam ini Juna terus saja berjalan mencari sebuah angkutan namun nihil tak ada angkutan yang lewat padahal ini baru jam 7 malam

Juna tersenyum kecil saat menemukan sebuah angkutan umum sedang berhenti di sisi jalan dengan cepat Juna menaikinya

"Saya udah gak narik sebaiknya kamu turun"ucap sang sopir

Juna memohon dengan mata berkaca-kaca tak henti-hentinya tangannya bergerak untuk mengisyaratkan bahwa dia sedang benar-benar butuh bantuan.

Sang sopir yang paham akan itu langsung saja melajukan mobilnya untuk menuju rumah sakit.

30 menit mereka sampai di rumah sakit dengan Juna yang berterimakasih lalu sesegera mungkin Juna berlari masuk dengan Yuri masih di gendongannya.

"Sebaiknya anda jangan panik dulu, tunggu ya kami yakin dia baik-baik saja"ucap sang dokter sebelum masuk menangani Yuri di ruang UGD

Juna merosot tersandar di bangku tunggu dirinya sudah benar-benar panik,Juna takut.

Dia mengusap wajahnya secara kasar raut wajahnya benar-benar menunjukkan kekecewaan

Dia kecewa kepada dirinya sendiri karena tak bisa menjaga Yuri .

"Dek uang nya tadi belum"sang sopir itu ikut masuk dari tadi

Juna tersentak,Juna benar-benar tak membawa uang sedikitpun tadi dirinya benar-benar panik

Juna diam menatap sang sopir itu penuh harap

"Gak bawa uang ya,yaudah gapapa lah gartis.Semoga si enengnya cepet sembuh ya" Juna mengangguk dan mengucapkan terimakasih banyak.






















To be continued

Untukmu,Junkyu 𝙎𝙚𝙡𝙚𝙢𝙗𝙖𝙧 𝙠𝙚𝙧𝙩𝙖𝙨 [FINISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang