✨Bab Kesembilan,Para orang baik.

240 42 0
                                    

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading.

Di sisi ranjang Yuri Juna terisak pilu dengan sesekali ia usap pucuk kepala adiknya penuh sayang "jangan sakit "rintihnya

Jujur saja sejak tadi pagi Juna belum makan dia lapar lihat saja sekarang wajahnya sudah pucat pasi

"Apakah dia belum siuman juga?"dokter wanita itu datang menghampiri mereka

Juna tersenyum lalu menggeleng pelan.Dokter ini dari tadi sangat baik kepada Juna bahkan dia rela memeriksa Yuri padahal saat jadwalnya dia harus pulang, namanya dokter Jennie.

Jangan lupakan dokter Jennie juga bisa bahasa isyarat,itu membuat Juna terkejut awalnya.

"Sudah makan?"

Juna menggeleng lagi,jujur saja dia benar-benar sangat lapar siapa coba yang gak lapar belum makan dari pagi sampai malam seperti ini

"Yaudah yu makan dulu nanti kamu ikut-ikutan sakit lagi,tenang biar saya aja bayar"tawarnya

Juna hanya diam merenung,tapi dia juga malu

"Anggap aja saya ini kakak kamu,yu ah"dokter Jennie menarik Juna untuk ikut bersamanya

"Yuri nanti ada yang jagain tenang aja"ucapnya seakan tau pikiran Juna.

Juna menghela nafas lega,selain tukang sopir tadi tuhan mengirimkan orang baik juga padanya.

"Mau pesan apa?"tanya dokter Jennie saat mereka sudah sampai di kantin rumah sakit

Juna menggerakkan tangannya "apa saja yang penting murah"

Dokter Jennie mengangguk mengerti "Bu mau nasi pake telur,ayam goreng sama air putihnya ya sekalian"

"Berapa neng?"

"Satu porsi aja".

Sudah seperti warteg saja.

Juna kaget "kenapa satu ?dokter tidak makan?"

"Kamu saja saya masih kenyang"

"Tapi itu terlalu banyak"

"Gakpapa biar badan kamu gemuk"dokter Jennie tersenyum gemas "jangan panggil saya dokter dong kakak aja ya"

Juna terkekeh lalu mengangguk.

"Setelah makan ikut saya ya"

Satu alis Juna terngakat "kemana?"

"Sudah jangan banyak tanya ,ikut saja."


Juna terheran-heran ketika dokter Jennie membawanya ke sebuah ruangan tepatnya seperti ruangan pasien chek up.

"Duduk aja di sini--kakak coba periksa kamu ya"ujarnya

Juna mengkibaskan tangannya sebanyak mungkin "tidak usah Juna tidak sakit "

"Juna diem ya,sekali aja"kini dokter Jennie sudah memeriksa keadaan pria itu dari mata, tenggorokan bahkan dadanya.

"Dada kamu sakit ya?"tanya dokter Jennie lirih

Juna mengangguk sudah tidak bisa mengelak

"Kamu juga demam Jun"

Juna diam karna memang dari tadi kepalanya berdenyut

"Kamu sering sakit dada kan?"

Juna mengangguk membenarkan

"Dada sakit atau sesak itu bisa saja karna angina.Angina terjadi ketika otot jantung tidak mendapat cukup darah,sehingga dada terasa amat berat dan sesak.Selain nyeri dada angina juga memicu sensasi tertekan di dada serta tubuh bagian atas"jelas dokter Jennie,ia memberikan obat tablet yang sudah ia bungkus sedari tadi pada Juna

"Ini apa?"

"Buat kamu,biar cepet sembuh supaya tetap semangat jagain adik kamu tanpa orangtua"terdengar bergetar suara dokter Jennie ketika ia bicara

Juna menelan ludah lalu menerima obat itu "Terimakasih kak"ucapnya menggunakan bahasa isyarat

Jennie mengulum senyumnya, matanya berkaca-kaca.

"Jika boleh Juna akan kembali lagi ke ruang rawat Yuri"

Dokter Jennie mengangguk setuju "kemungkinan besok Yuri boleh pulang"

"Biar saya yang bayar."






Juna memperhatikan obat yang di berikan dokter Jennie tadi, hatinya berseru mengucapkan ribuan terimakasih.

Ia alihkan lagi perhatiannya pada Yuri yang masih betah memejamkan matanya

Setelahnya ia terisak pilu tanpa suara hanya air mata saja yang bisa menjelaskan keadaannya

"Tolong jangan pernah sakit."

"Kenapa sakit itu tidak menular saja padaku?"

"Cepat sembuh adikku."

Semua itu jeritan hati Juna sedari tadi

Sedikit demi sedikit Yuri membuka matanya,Juna langsung saja menghapus air matanya dan tersenyum lebar melihat adiknya siuman

"Gue di rumah sakit?"tanya Yuri sembari melihat jarum impus di tangannya

Juna mengangguk pilu

"Lo gila?gimana coba kalau ada temen sekolah gue yang liat kita di sini?Lo kenapa pake gegayaan embel-embel gue harus di bawa ke sini sih?Lo emang punya duit buat bayar gue?"Yuri langsung nyerocos panjang lebar dengan kekesalannya

"Jangan dulu banyak bicara kamu masih belum sembuh sepenuhnya.Lagian besok dokter juga sudah mengizinkan pulang"

Yuri yang melihatnya hanya menghembuskan nafas kasar.

Seseorang di balik pintu tersenyum puas "Menarik". gumamnya

















To be continued

Untukmu,Junkyu 𝙎𝙚𝙡𝙚𝙢𝙗𝙖𝙧 𝙠𝙚𝙧𝙩𝙖𝙨 [FINISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang