✨Bab Kesepuluh, Juna dan piano.

260 38 0
                                    

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading.

Mereka berdua masuk ke rumah dengan keadaan Juna memapah Yuri ke dalam kamarnya,ia baringkan adiknya lalu bergegas keluar untuk membelikan sarapan untuk keduanya.

Juna merasa terimakasih karna dokter Jennie sudah membayar biaya rawat Yuri begitupun dirinya bukan hanya itu dokter Jennie juga memberikan Juna bekal katanya sih untuk jaga-jaga.

Jika ada kesempatan lain waktu ,Juna akan membalas Budi kepada dokter Jennie jika dia bisa tentunya.

"Lo minta-minta sama dokter tadi?"tanya Yuri menatap Lamat kakaknya

Juna tidak menanggap,ia hanya diam tanpa berbalik menghadap adiknya

"Gue gak sekolah dan Lo juga gak sekolah,mereka curiga gak ya?bego sih Lo bukannya sekolah malah nganter gue balik"ujar wanita itu lagi

Kali ini Juna berbalik menghadap Yuri dengan wajah lelah "memangnya kenapa jika mereka tahu? Dosa?"

Yuri berdecak "Gue malu!"sentak Yuri

Menghela nafas lelah, Juna melanjutkan jalannya keluar dari kamar dengan air mata yang ia tahan.Sakit sekali rasanya.

Melihat Juna keluar seenaknya membuat Yuri mendengus,dia terlalu sebal pada kakaknya itu.

Dari pada memikirkan hal yang tak masuk akal Yuri lebih baik tidur ia muali memejamkan matanya namun sedetik kemudian ponselnya berbunyi.

Tadinya dia ingin mengabaikan namun ketika melihat nomor yang tak ia kenali jadi ia balas pesan itu, Penasaran.

08****
[Kenapa Lo gak sekolah?]

Yuri melongo tak percaya,siapa dia? Dari nomornya Yuri tak mengenalnya itu bukan nomor temannya

[Siapa Lo?"]

[Lo mau kabur dari gue setelah Lo nyolong sepatu gue?!Inget itu sepatu mahal!!]

Lagi-lagi Yuri melongo ternyata ini yedam,Gawat.

[Hehe..maaaf kak aku kira tadi siapa.Sepatunya ada kok lagian gak bakal aku colong]

Yuri menelan ludahnya ketika dirinya dapat pesan dari yedam lagi, begitu cepat fast respon.Apa dia gak mau kehilangan sepatunya sampe segitunya,Yuri berpikir.

[Terus kenapa Lo ga sekolah?]

[Ada masalah aja kak,besok aku balikin ya sepatunya]

08*** typing.

[Lo sakit?]

Wanita itu tersenyum kecil ketika membaca balasan yedam barusan, rasanya seperti di perhatikan.

[Besok juga baikan kok kak,cuma demam biasa]

[Oh]

Yuri mendengus sebal dia pikir yedam akan membalasnya dengan panjang tapi yang dia balas cuma sebegitu doang.

Wanita itu memejamkan matanya sembari menarik selimutnya,"Juna mana sih,lama bener"gumamnya kesal.

Satu notip pesan keluar Yuri melihatnya dan tersenyum kecil ketika membaca pesan itu

08****

[Cepet sembuh]







Lia memanyunkan bibirnya ketika  melihat Juna tidak sekolah hari ini,rasanya sepi.Padahal dari pagi gadis itu menunggu.Helaan nafas panjang keluar "kenapa Juna gak sekolah ya?"ia bergumam gelisah

"Mana dia gak punya hape lagi.Ih kesel gue"

Rona yang terdiam di ambang pintu lantas terkejut melihat Lia bicara sendiri, kebetulan ini sedang jam istirahat

"Kamu ngomong sama siapa?hantu?"tanya rona takut

"Iya."balas Lia seenaknya

"Hah!kamu bisa lihat hantu?gimana ciri-cirinya?"rona panik

Lia mendengus lalu menenteng tas ranselnya

"Mau kemana?"tanya Rona takut-takut

"Tolong bilangin nanti pas pelajaran Bu Arini gue izin.Ada urusan mendadak"

"Tapi hantunya masih ada gak?"

Sebelum Lia keluar gadis itu sempat berteriak"masih!"

Dan di susulLah teriakan rona yang menggelegar di kelas.

•°•°•Selembar  kertas •°•°•

Setelah Juna menemani Yuri makan dan izin untuk bekerja, ia bersama sepedanya  yang sudah terparkir sedang membersihkan kaca sebuah caffe.

Kebetulan caffe itu dekat beberapa meter dengan sekolahnya, sebelumnya Juna sedang menimbang-nimbangkan apakah ia harus melanjutkan sekolahnya atau tidak?tapi Juna belum juga mempunyai keputusan yang harus di ambil.

"Woi terus ini gimana bisa rugi gue kalau  gini"

"Maaf-maaf nanti gue cari pengganti lagi"

"Secepatnya dong!"

Juna tersenyum renyah ketika melihat bentakan -bentakan dari mereka

"Siapa yang bisa main piano?!"

Elusan pada kaca itu Juna hentikan tanpa ragu  Juna mengangkat tangan

"Lo bisa?"

Juna mengangguk

"Beneran bisa gak soalnya hari ini caffe pasti rame gue butuh pemain piano nih,si nattan kan lagi sakit kebetulan"

"Tapi Lo kan bisu"seseorang menyahut

"Dia bukan gue suruh nyanyi ogeb!"

"Yaudah Lo ganti baju terus langsung ke tempat ya,sebentar lagi kita manggung"

Juna mengangguk antusias

Entah dapat kepercayaan dari mana Juna bersemangat untuk tampil.

Sebenarnya Juna juga masih paham tentang kunci-kunci dari alat musik piano tentang chord mayor dan chord minor.Juna masih ingat ketika kelas 4 sekolah dasar dirinya memainkan alat musik itu.Bersama ibunya.

Ini saatnya mereka tampil Juna yang membuka awalan atau sambutan sebelum yang lainnya

Caffe ini memang begitu.

Juna dengan perasaan berdesir senang bisa memainkan piano lagi membawa alunan-alunan dari alat musik itu dengan merdu

.hanya rindu dari andmesh kamaleng.

Pada saat itulah mereka mulai .

Para tamu mula berdatangan lagu demi lagu mereka ganti,para tamu terlihat menikmati

"JUNA?!"































To be continued.

Untukmu,Junkyu 𝙎𝙚𝙡𝙚𝙢𝙗𝙖𝙧 𝙠𝙚𝙧𝙩𝙖𝙨 [FINISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang