Happy reading.
"Makasih buat hari ini,Jun"
Juna mengantarkan Lia pulang mereka sampai malam hari,di perjalanan menuju rumah Lia mereka kembali menggunakan sepeda Juna hal itu justru membuat Lia merasa senang karna dia bisa bersepeda malam hari menikmati angin malam apalagi jika bersama Juna, seperti hari ini.
"Seharusnya juna yang berterima kasih.Terimakasih Lia untuk kemarin,hari lalu dan hari ini"
Lia Tersentuh membaca itu.
"Yaudah sana pulang"usir Lia bergurau
"Lia yang masuk lebih dulu,masuklah."
"Tidak.Aku mau liat Juna dulu."
"Di luar dingin cepat masuklah"
Lia mendengus kemudian melangkah mundur, terlihat ragu-ragu "sepertinya ini gak ada ujungnya.Yaudah ku masuk lebih dulu.--Selamat malam,Juna"
Juna tersenyum kecil,Samar-samar Juna menatap iris coklat mata Lia dalam dan penuh makna,Lia yang di tatap seperti itu terkekeh renyah,salah tingkah.
"Selamat tinggal,Lia."Kata Juna lalu bersiap mengayuh sepedanya saat Lia sudah masuk gerbang hitam rumahnya.
Lia di dalam tersenyum salah tingkah.
"Kembali lagi ya Jun."
•°•°• Selembar kertas•°•°•
Juna sampai di rumah dengan sekantung kerdus hadiah yang sudah ada di tangannya,ini untuk Yuri besok ulang tahun.
Juna jadi tak sabar.Memikirkan soal kue sepertinya Juna tak ada lagi uang untuk membeli kue ulangtahun untuk Yuri bahkan yang kecil pun tidak.Untuk mengganti kue biasanya Juna akan memakai roti dengan lilin di tengahnya.
Juna jadi tak sabar.
Dia menyimpan hadiah dan roti itu di atas meja lalu berjalan menghampiri kamar Yuri
Suara ketukan pintu sudah memenuhi rumah tapi tak kunjung di buka.dengan terpaksa Juna harus masuk tanpa izin dari Yuri.
Mata Juna membola ketika melihat seluruh barang berserakan matanya memincing pada satu tembok yang terdapat tulisan tangan Yuri,tulisan itu sangat besar.
Sudah Juna yakini saat Yuri menulis ini pasti adiknya itu merasa kesal.
Aku ingin seorang kakak yang lebih baikSeorang kakak yang tidak bisu
Seorang kakak yang mengerti dan dapat mendengar harapanku
Seorang Kakak yang dapat bicara dan bicara mengenai ketakutanku
Seorang kakak seperti kakak yang lain.
Aku benci kakak.
Aku malu.
Cairan bening sudah meluruh membasahi pipi Juna,sakit sekaligus benci pada dirinya sendiri sudah Juna telan kepahitan ini dalam-dalam.
Semua orang di semesta ini membencinya dan mengapa harus adiknya juga?.
Menghela nafas panjang, menghapus jejak air matanya lalu berlari ke penjuru rumah untuk mencari keberadaan Yuri,nihil hasilnya tak ada.Berjalan ke arah kamar mandi ternyata di kunci lalu dengan sekali dobrakan pintu kamar mandi tua itu terbuka menampakkan sosok Yuri yang terpejam di atas bak mandi dengan air darah.
Kamar mandi menjadi bau amis dan banyak darah kental Yuri.
Juna panik dia berlari dan langsung mengangkat Yuri tanpa memperdulikan bajunya yang ikut basah.
Seperti dejavu,kali ini Juna berlari lagi dengan Yuri di pangkuannya dan darah sialan itu masih menetes deras berjatuhan di sepanjang jalan.
"Itu kenapa?ayok saya anter ke rumah sakit".
Roda jenjang itu berputar dengan Yuri yang terpejam di atasnya memasuki ruang gawat darurat, dokter dengan beberapa suster ikut masuk untuk segera menangani sedangkan beberapa suster lainnya menahan Juna agar tak ikut masuk.
"Tolong selamatkan adikku,tolong hanya dia yang aku punya kalian boleh mengambil rumahku tapi tolong jangan sampai adikku pergi"Perjelas Juna dengan bahasa isyarat,Cairan bening sudah penuh membasahi pipinya,matanya yang bengkak dan hidungnya yang memerah
"Kamu tenang saja,dokter sedang berusaha di dalam"sahut salah satu suster
"Eeegh...e...m..aghh"
Sumpah demi tuhan salah satu suster di sana menahan air matanya ketika melihat Juna yang berusaha bersuara sembari tangannya memohon
"Jangan di paksakan tenggorokan kamu bisa sakit"kata suster itu
"Tolong selamatkan adikku...besok hari ulangtahunnya aku tak mau membuatnya sedih"
Juna berjongkok dengan menutup wajahnya menahan sandaran pada tembok sembari terisak tak bersuara tapi satu persatu air matanya dapat menjelaskan keadaannya
Juna benci dirinya,karna dirinya Yuri jadi terluka.
"Besok ulangtahun nya,jangan bawa dia pergi.Tuhan izinkan Yuri bahagia."
"Maafkan Juna"
"Juna sanggup mati untuk Yuri"
"Adik Juna jangan sampai terluka."
Dokter keluar "Dia kekurangan darah, darahnya habi--"
Juna bersujud di kaki sang dokter membuat dokter menghentikan ucapannya lalu menatap Juna yang sedang menggerakkan tangannya, pedih.
"Ambil saja darahku--semuanya."
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untukmu,Junkyu 𝙎𝙚𝙡𝙚𝙢𝙗𝙖𝙧 𝙠𝙚𝙧𝙩𝙖𝙨 [FINISH]
Roman pour Adolescents❝𝑶𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒊𝒔𝒖 𝒔𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒂𝒌𝒖 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒑𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒖𝒌𝒂𝒊 𝒌a𝒎𝒖❝ --"Aku ingin seorang kakak yang lebih baik, seorang kakak yang tidak bisu". Tentang warna yang kamu lukisan untukku tentang aku yang bahagia nya bisa mengen...