Dia Sakit Demam

600 116 41
                                    

Ternyata aku udah lama g update, ya? Hehe... Maapkeun... Ada yang nungguin g nih? Ehehe...

Anw, don’t forget to hit the star button and leave some comments. Ok?

Enjoy...

 

---


 

Hyunjin mendudukkan dirinya di bangkunya. Kelas masih sepi karena jam baru menunjukkan pukul 06:17. Tapi ia sudah sibuk dengan buku pelajarannya. Bukan, hari ini tidak ada ujian, kok! Dia membuka buku pelajaran karena tidak tau harus melakukan apa lagi. Tujuan dia datang lebih awal adalah untuk meletakkan susu coklat di dalam loker Jisung dan melihat laki-laki berpipi chubby itu memasuki kelas sambil meminum susu pemberiannya. Seperti biasa.

Iya. Seperti biasa. Kegiatan memberikan susu coklat itu memang sudah beberapa kali dia lakukan. Hyunjin belum pernah cerita, ya? Kalau Hyunjin bangun lebih cepat, ia akan datang lebih awal dan, yap! Meletakkan sekotak susu coklat di dalam loker Jisung agar laki-laki dengan tinggi 160-an itu tidak perlu repot ke kantin.

 

Hyunjin menopang dagunya dengan tangannya, sambil menyapukan pandangannya ke sekeliling kelas. 5 menit lagi bel berbunyi, tapi Jisung masih tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

 

Bel sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu, dan Jisung masih belum muncul. Tidak mungkin ketua kelasnya itu bolos, kan? Hyunjin sudah merelakan banyak tawaran membolos demi Jisung, tidak mungkin Jisung sendiri membolos, kan?

Semua dugaan ‘membolos’ itu menguap ketika ia melihat Pak Jungkook, guru matematika, itu datang lalu tidak lama mengumumkan, “Arka hari ini nggak masuk karena dia sakit demam, ya…”.

Oke, itu bahkan lebih buruk daripada Jisung membolos, menurut Hyunjin.

Tidak peduli dengan guru bergigi kelinci di depan yang sudah mulai menuliskan rumus-rumus di papan tulis, Hyunjin malah mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu disana.

---


Jisung mengerang pelan. Tubuhnya terasa pegal-pegal dan kepalanya terasa berdenyut dengan cara yang menyakitkan. Dia menghela nafas pelan kemudian kembali memejamkan mata.

Saat bangun tidur tadi pagi, badannya terasa tidak enak. Dan benar saja, saat kakaknya mengecek suhu tubuhnya, termometer menampilkan angka 38°C. Cukup untuk membuat kakaknya melarang dirinya berangkat ke sekolah.

Setelah denyutan di kepala sebelah kirinya itu sedikit berkurang, Jisung membuka matanya lalu meraba-raba nakas. Berusaha mencari ponselnya.

Saat ponselnya sudah di genggaman, ia langsung membuka salah satu aplikasi chatting yang memiliki 137 notifikasi. Sebagian besar dari group kelas yang berisi semacam ucapan ‘GWS’, beberaa chat dari group chat-nya dengan Seungmin dan Felix, dan…

 




Gio?

 

Jisung mengernyit. Kenapa Hyunjin mengiriminya DM?

Dan saat room chat-nya itu ia buka, kerutan di dahi Jisung malah semakin dalam.

Gio: Lo lagi pengen makan apa sekarang?

 

Pertanyaan macam apa coba itu? Semua orang mengirimkan doa agar cepat sembuh, dan Hyunjin malah bertanya apa yang ia ingin makan.

Jisung mengetikkan ‘huh?’ sebagai balasan. Sambil menunggu penjelasan Hyunjin, Jisung membalas pesan-pesan yang lain.

Gio: Iya. Lo pengen makan apa?

 

Balasan berikutnya tidak menjelaskan apa-apa. Hyunjin hanya mengulang pertanyaannya yang tadi. Akhirnya Jisung menghabiskan sekitar 10 menit untuk memikirkan apa yang ia ingin makan sekarang.


---


Hyunjin memarkirkan motornya lalu memencet bel rumah sambil menenteng kantong plastik berisi pesanan pujaan hatinya.

Arka: Mmm… Lagi pengen Janji Jiwa soklat, burger Mc’d, sama es krim vanila.

Arka: Kenapa emangnya, Gi?

 

Kalau melihat waktu, sekarang ini harusnya bel sekolah baru berbunyi. Tapi Hyunjin malah sudah di depan rumah Jisung sambil menenteng makanan. Dia memang keluar dari sekolah sebelum waktunya demi membelikan apa yang Jisung inginkan.

Tak butuh waktu lama, hanya sekitar 1 atau 2 menit, pintu rumah terbuka. Menampilkan Jisung dalam balutan piyama berwarna abu-abu dan rambut acak-acakan.

“Gio?”. Jisung tampak terkejut.

“Hai,” Sapa Gio.

“Gue bawa parsel buat Buketu yang lagi sakit, nih,” Lanjutnya sambil mengangkat plastik dan menggoyangkannya pelan.

Jisung sempat terkejut sesaat melihat plastik semi-bening berlogo huruf ‘M’ berisi sekotak burger dengan logo yang sama, segelas minuman berlogo tangan dengan jari kelingking yang terangkat khas orang yang akan membuat janji, dan 1 cup es krim rasa vanilla.

Jisung tidak pikun. Ia ingat kalau itu adalah makanan yang tadi ia katakan lewat chat.

“Itu… Buat gue?” Tanya Jisung, masih tidak melepaskan ekspresi tidak percaya dari wajahnya.

Hyunjin terkekeh lalu mengacak surai Jisung yang memang sudah berantakan. “Iya lah. Ya kali gue bawa makanan ke rumah lo buat gue sendiri,”.

Jisung baru akan mempersilahkan Hyunjin untuk masuk, tapi Hyunjin langsung menyerahkan plastik itu dan undur diri. “Ini ya. Dimakan. Gue udah bela-belain ngantri bareng abang Gojek, jadi harus dihabisin. Semoga cepet sembuh. Oh! Gue izin bolos dari kelas ya, hari ini. Buat lo,”.

Jisung diam. Terlalu shock bahkan hanya untuk mengatakan ‘iya’. Sampai ketika Hyunjin sudah naik ke motornya, barulah Jisung sedikit berteriak. “Gio!”.

Hyunjin yang baru akan memakai helm, menoleh.

“Makasih, ya!”.

Senyum lebar Hyunjin berikan sebagai balasan.

“Tapi emang gue boleh makan es krim?” Tanya Jisung.

“Boleh. Kalau lo makan sesuatu yang lo suka, lo bakal lebih cepet sembuh,”.




Sambil menggigit burger yang tadi Hyunjin belikan, otak Jisung terus mengulang-ulang perkataan Hyunjin tentang memakan sesuatu yang ia suka akan membuatnya lebih cepat sembuh.

“Gue suka main gitar. Apa gue harus makan gitar, ya? Makan Gio juga gitu? Eh!? Gue nggak suka Gio, kok! Astaga…” Monolog Jisung sambil memegangi pipinya yang mulai memerah karena pikirannya sendiri.


---


Hehe… Iya tau kok chapter ini cringe. Tapi aku sukanya nulis yang kek gini. Kalo kalian sukanya baca yang kayak gimana?

Anw, thanks for reading…

 

With Luv,

Felly

[01072021-14:57]

Tentang Dia [HyunSung]Where stories live. Discover now