4. Davin Anak yang Cacat

15 5 0
                                    

Flashback Maret 2001

Ambar berjalan pelan menghampiri ibunya yang sedang memasak di dapur. Hari ini dia sengaja bangun lebih pagi, katanya ingin menikmati suasana pagi hari.

"Lagi masak apa hari ini, Bu?" tanya Ambar sambil duduk di atas meja makan. Kakinya mengayun-ayun di udara. Dia terlihat sangat santai.

"Masak soto, Ambar---

"HEH, AYO TURUN! JANGAN DUDUK DI ATAS MEJA!" Bu Rani segera berlari ke arah meja makan, memukuli Ambar pelan dengan spatula kayu yang dia pegang.

Ambar meringis, kemudian dia memilih turun dan duduk di atas lantai dingin. Bersandar di pilar kecil dekat dapur. "Davin belum bangun ya, Bu?"

"Belum kayaknya. Masih jam segini, dia masih tidur, dong." Bu Rani sudah tampak sedikit lelah. Berjalan ke sana ke mari mengelilingi dapur. Memasak, lalu mengambil bahan-bahan, mencuci peralatan masak. Apalagi dapur di rumah Davin berkali-kali lipat lebih besar dari dapurnya di desa.

"Aku heran, deh. Kenapa Davin gak pernah ngomong, kenapa dia lebih seneng nulis?" tanya Ambar sambil menghampiri dan berdiri di samping ibunya yang sedang memasak.

Mendengar itu, Bu Rani menghentikan aktivitasnya. Mengelap tangannya pada kain bersih, kemudian menekuk lutut supaya tingginya sejajar dengan Ambar. Dia menatap putri kecilnya dengan senyum. "Nak, Davin itu bisu, dia gak bisa ngomong."

"Maksudnya gak bisa ngomong gimana, Bu? Kan Davin punya mulut, kenapa gak bisa?" Ambar masih terlalu kecil untuk memahami arti kata 'bisu' itu.

"Iya, dia memang punya mulut, tapi dia gak bisa bersuara." Melihat ekspresi Ambar yang terlihat masih tidak paham, Bu Rani memilih berdiri sambil tersenyum menggoda. "Gak kayak kamu yang ngoceh terus."

"Ih, aku tanya beneran, Bu. Emangnya ada ya orang gak bisa ngomong?" Ambar masih tetap ingin tahu.

"Ada, Nak. Itu namanya cacat." Setelah mencuci beberapa piring, dia kembali membuka mulut. "Davin itu anak yang spesial di dunia."

Ambar diam, mencerna setiap kata-kata ibunya. Davin cacat? Tidak bisa berbicara? Anak yang spesial di dunia?

Flashback end

Ambar termenung di keramaian, ketika dia melihat banyak orang-orang seumurannya yang cacat sedang berlalu lalang di sekitarnya. Ada yang tuli, lumpuh, buta, dan seperti Davin. Bisu. Bahkan tidak sedikit yang autis.

"Ambar, kamu ngelamun apa? Ayo siap-siap, habis ini lomba di mulai, loh!" Bu Marni membuyarkan lamunan Ambar. Sejak tadi guru yang satu ini sibuk ke sana ke mari mengurus perlombaan Ambar yang akan berlangsung beberapa menit lagi.

Olimpiade Sains. Ya, hari ini Ambar tidak pergi ke sekolah. Dia pergi bersama Bu Marni ke salah satu gedung besar untuk melaksanakan olimpiade tersebut.

Ternyata, tidak hanya olimpiade saja yang sedang dilombakan di sana. Ada banyak perlombaan. Mulai dari lomba menari, menyanyi, hingga menggambar. Semua itu hanya untuk tingkat SMP.

"Ambar, ayo kamu masuk ke ruangan dua. Ibu tunggu di sini, semangat ya, semoga berhasil!" Bu Marni menggiring pelan Ambar pada salah satu ruangan yang sudah berisikan bangku-bangku khusus untuk peserta lomba olimpiade.

Namun, ketika dia hendak memasuki ruangan tersebut, langkahnya seolah dihentikan saat melihat seseorang yang berada di tengah kerumunan peserta lomba menggambar. Dia terlihat duduk di atas karpet, sibuk menggambar. Sama seperti yang dilakukan peserta lainnya.

"Itu kan, Davin?" gumamnya dengan wajah masih terheran. Dia ragu apakah itu benar Davin, dia takut penglihatannya salah.

"Ambar, tunggu apa lagi, Nak? Buruan masuk, lombanya hampir dimulai." Lagi-lagi Bu Marni membuatnya tergesa-gesa harus menjauhkan tatapannya pada seseorang yang dia curigai adalah sosok Davin.

Butterfly Angel (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang