13. Beginikah Rasanya Punya Teman?

10 4 0
                                    

Siang ini Ambar berniat untuk menjemput Davin di kelasnya. Mereka akan pergi ke kantin bersama. Sesuai rencana tadi pagi, nanti mereka akan membeli mi pangsit dan es jeruk. Hal sekecil itu saja direncanakan oleh mereka.

"Ambar!" Baru saja dia hendak memasuki kelas Davin. Anna memanggilnya. "Ikut ke Green Home, yuk!"

Belum sempat Ambar menolak dan mengatakan bahwa dia ingin bersama Davin, Anna sudah menarik tangannya lebih dulu. Hanya bisa pasrah, menjauh dari kelas Davin dan mengikuti Anna. Dia tidak hanya bersama Anna. Ada beberapa teman-temannya juga.

Davin tahu baru saja Ambar pergi. Dia hanya tersenyum menatap punggung Ambar yang perlahan menjauh. Tidak ada niat untuk menemui gadis itu. Bukan karena apa, Davin tidak ingin mengganggu Ambar bersama teman-temannya. Karena Davin tahu betul, Ambar sangat bahagia dengan mereka.

Kembali masuk ke kelas, memakan bekal yang dia bawa  sambil bermain ponsel. Itu yang dia lakukan sekarang.

Sementara di area Green Home, Ambar dan teman-temannya tidak melakukan apa-apa. Hanya duduk-duduk santai sambil mengobrol hangat. Saling bercanda tawa, lalu salah satu dari mereka membeli makanan dan dimakan bersama.

Benar kata Davin. Ambar sangat senang bersama teman-temannya. Ucapkan terima kasih saja kepada laki-laki itu karena telah mau mengerti.

Bersenang-senang dengan mereka adalah hal yang sangat membahagiakan. Davin rela jika Ambar akan lebih banyak menghabiskan waktu di sekolahnya bersama mereka. Namun, dia takut Ambar akan lupa padanya.

Ah, tidak-tidak. Katakan saja bahwa Ambar tidak akan sampai melupakan Davin karena sudah punya banyak teman sekarang. Jika sampai hal itu terjadi, Ambar sangat keterlaluan.

"Eh besok main ke rumah aku, yuk? Kebetulan papa aku besok datang dari Sumatera, pasti dia bawain makanan banyak." Anna mengambil alih obrolan baru setelah berbincang-bincang tentang sekolah ini.

"Boleh-boleh, yuk!" Dengan penuh semangat Kinan langsung menyambar. Dia paling nomor satu jika soal makanan.

"Kamu kalau soal makanan mah nomor satu," sahut Nina sambil mencubit pelan perut Kinan yang nyatanya tidak terlalu gemuk.

Kinan memang sangat suka makan. Tapi herannya, dia tidak gemuk. Tubuhnya tetap terlihat ideal, bahkan posturnya sangat bagus. Teman-temannya curiga bahwa Kinan sering berolahraga secara diam-diam.

Ngomong-ngomong, teman dekat Ambar kini bertambah personal lagi. Semakin hari, banyak teman-teman yang baik kepada Ambar. Ambar juga tidak menyangka bahwa ternyata di SMA dia tidak mengulangi penderitaan seperti yang dia alami seperti di SMP dulu.

"Mbar." Anna kini mengalihkan pandangan pada Ambar yang hanya senyum-senyum tanpa ada jawaban. "Kamu ikut, kan?"

Ambar mengangguk ragu. "Lihat dulu aja, deh."

"Ih ... Ambar, kenapa gak yakin gitu jawabannya, ayo dong ikut biar seru ...," rengek Kinan sambil menggoyang-goyangkan lengan Ambar dan memanyunkan bibir untuk merayu.

"Kalau kamu mau ngajak Davin, boleh kok ajak aja, Mbar." Ucapan Anna membuat Ambar menaikkan kedua alis terkejut.

Apakah dia tidak salah dengar? Anna mengajak Davin untuk gabung dengan mereka?

Oh, Tuhan ... benarkah ini?

"Beneran?" Ambar memastikan dengan wajah penuh semangat. Senyumnya pun juga terukir jelas di wajahnya.

Melihat itu Anna tersenyum nyengir lalu mencubit pipi Ambar gemas. "Kalau dibilangin boleh ngajak Davin aja langsung semangat."

Ambar yang baru sadar akan reaksinya itu hanya bisa tersenyum malu. "I-iya ... ya udah." Tiba-tiba saja Ambar kehabisan kata-kata. Ada apa ini?

Butterfly Angel (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang