23. Akhir-akhir Ini

6 2 0
                                    

Sudah satu minggu lebih ini Ambar tidak pernah bersama Davin. Dia bersama hanya saat berangkat sekolah dan di rumah. Bahkan, Ambar sekarang jarang menginjak rumah. Dia selalu bermain ke rumah Anna, keluyuran bersama Anna dan Kinan.

Entah ini perasaan Davin saja atau memang kenyataan, Ambar semakin hari semakin sering mengabaikan Davin. Perlahan-lahan gadis itu berubah, bukan menjadi Ambar yang tidak suka aneh-aneh seperti dulu.

Lihat saja, sekarang dia sering keluyuran sampai larut malam. Kadang dia pergi tanpa ijin. Juga suka berfoya-foya saat baru mendapat uang jajan dari Bu Tias atau ditraktir Anna.

Davin bukannya iri, dia hanya sedih karena Ambar perlahan sudah berubah.

"Davin, kamu tahu Ambar ke mana?" Bu Rani yang baru saja selesai memasak di dapur untuk makan malam akhirnya menanyakan keberadaan Ambar yang tidak ada di rumah.

Davin menggeleng sambil mengangkat bahu. 'Tadi dia cuma bilang mau pergi, gak tahu ke mana, Bu'.

Membaca tulisan Davin, Bu Rani berkacak pinggang sambil menghela frustasi. Tampaknya dia juga kesal dengan Ambar yang sekarang.

Sementara di sisi lain, Ambar, Anna, Nina, dan Kinan sedang bersenang-senang di sebuah tempat yang cukup ramai. Di tangannya memegang mikrofon yang sejak tadi dibuatnya bernyanyi sesuka hati bersama mereka. Tidak peduli seburuk apa suaranya, yang penting mereka bersenang-senang di sana.

Menghabiskan waktu bersama di tempat karaoke memang sangat menyenangkan. Suara musik yang dikeraskan membuat mereka tidak mendengar apa-apa selain itu. Bahkan, panggilan berkali-kali yang masuk di ponsel Ambar tidak dapat didengar.

Dua belas panggilan tidak terjawab dari Davin dan keluarganya yang khawatir di rumah. Menunggu kedatangan Ambar yang tidak ada kabar.

Sialnya, Nina baru saja kembali di ruangannya dengan membawa sebotol minuman. Sorakan senang karena akhirnya air yang ditunggu-tunggu ketiga sahabatnya itu datang. Dengan telaten Nina membagikan minuman tersebut.

Dengan rakus Ambar meminumnya, membuat tenggorokan yang sejak tadi terasa kering akibat terlalu banyak bernyanyi merasa segar. Di satu sisi Nina sedang memperhatikan Ambar dengan senyum puas. "Minum terus, Ambar ... minum sampai habis!"

Ambar yang tidak tahu apa-apa itu langsung meneguk habis minuman itu. Hingga setelah beberapa menit berlalu pandangannya terasa kabur, dia serasa sedang melayang, lalu dia hilang kesadaran.

¶¶¶

Tidak terasa, waktu ternyata terus berjalan. Hingga pukul sebelas malam mereka akhirnya tersadar bahwa hari sudah larut malam. Nina membangunkan Kinan yang ketiduran. Sementara Ambar sejak tadi hanya melek merem karena merasa tidak bisa fokus, kepalanya terasa pusing.

Tadi, diam-diam Nina memberikan alkohol pada minuman Ambar. Dia sengaja mencampurkan alkohol tersebut supaya Ambar mabuk. Perlahan-lahan rencananya mungkin akan berhasil.

"Ambar, kok kamu bisa mabuk gini, sih. Kamu habis minum apa, sih?" keluh Anna yang berusaha memapah Ambar untuk berjalan dengan benar.

Sementara Ambar hanya menyipitkan mata sambil menatap Anna dengan tatapan sayu. "Aku gak mabuk, aku beneran gak mabuk."

"Gak mabuk tapi jalan sentoyongan gini," sela Anna kesal. Entah dia tidak mengerti sejak kapan Ambar mabuk, padahal tadinya dia tampak baik-baik saja.

Butterfly Angel (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang