20. Menjauhkan Ambar dari Davin

8 3 0
                                    

Bel istirahat sudah berbunyi beberapa menit lalu, Ambar segera merapikan buku-buku latihan soal yang baru saja dikerjakan. Hari ini dia berniat pergi ke kantin bersama Davin, kemarin malam laki-laki itu mengatakan bahwa dia ingin mentraktirnya.

Teman-teman sekelasnya berhamburan keluar kelas, pun sama dengan Ambar yang berdiri di depan pintu kelasnya, menunggu Davin. Senyumnya terlihat merekah saat pucuk hidung laki-laki itu muncul dari kelasnya. Ambar melambaikan tangan pada Davin, memberi tanda bahwa dia ada di sana.

Melihat kegiatan Ambar, Anna yang sedang duduk-duduk di bangkunya itu segera berjalan mendekat pada Ambar. Matanya berjalan mengikuti arah pandang Ambar. Oh, dia sedang melihat Davin.

Raut wajah Anna menjadi berubah. Dia terlihat sangat sinis dengan sorot mata sangat tidak mengenakkan. Mengembuskan napas tidak suka, Anna segera menarik tangan Ambar sebelum Davin semakin mendekat.

"E-eh, Anna. Ada apa?" Ambar terkejut atas tindakan Anna yang tiba-tiba.

"Em ... ikut aku yuk, ke kantin sama aku aja. Aku traktir, deh," ajaknya setelah melirik Davin yang ternyata kini sudah berada di depan Ambar.

Ambar beralih menatap Davin. Dia sebenarnya tidak ingin ke kantin bersama Anna, dia sudah berencana akan menghabiskan waktu bersama Davin. "Boleh sama Davin juga ya, bertiga," tawarnya setelah berpikir beberapa detik.

Anna reflek melirik sinis pada Davin. Kemudian dia cepat-cepat menarik lengan Ambar, membawanya pergi menuruni tangga. "Gak usah, sama aku aja. Berdua."

Sementara Ambar masih terus menatap Ambar meski langkah kakinya sudah mulai menjauh dari Davin. Rasanya berat sekali. Akhir-akhir ini, Anna selalu ketus kepada Davin. Gadis itu sudah berubah. Dia tidak suka jika Davin ikut campur dengan segala urusan persahabatannya. Anna selalu ingin menjauhkan Ambar sari Davin. Dia benar-benar masih tidak bisa memaafkan Davin atas kejadian yang menimpa Raffa.

Memang terkadang memaafkan itu butuh waktu yang lama. Tapi, Ambar harap Anna segera memaafkan Davin yang kenyataannya tidak bersalah itu.

Davin menatap kepergian Ambar dengan senyum yang tidak surut, sama seperti saat tadi dia berjalan mendekati Ambar. Senyum itu masih tetap terlihat, tapi rasanya yang berbeda. Tadi, senyum itu manis, sekarang menjadi pedih.

"Gak apa-apa, Ambar. Lain kali aja kita bareng lagi. Masih ada waktu," ucapnya dalam batin kemudian memutuskan untuk kembali ke kelas.

Tidak ada yang dia lakukan di dalam ruang persegi itu. Hanya memandang kosong papan tulis yang berbekas coretan-coretan spidol. Sejujurnya, teman sekelas Davin tidak ada yang berteman akrab dengannya. Sehingga di dalam kelas, dia hanya diam. Diajak bicara bersyukur, tidak diajak bicara tidak apa-apa.

"Davin." Suara tersebut yang memanggil namanya, membuat Davin spontan menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Nina. Gadis itu terlihat mengintip Davin dari arah jendela kelas yang terbuka. Dia terlihat lucu saat memasukkan kepalanya di jendela. "Sini, deh!"

Mendengar itu, Davin segera mengangguk dan beranjak dari bangkunya. Dia berlari kecil menghampiri Nina yang sudah berdiri di depan kelas. Dia tersenyum manis.

"Dav, ke kantin yuk!"  Belum sempat Davin bertanya ada apa dia memanggil, ternyata sudah ditemukan jawaban.

Tanpa menolak dan berpikir panjang, Davin langsung mengangguk. Kemudian mereka berjalan berdua menuju kantin. Menelusuri koridor berdua. Sempat Nina menggandeng tangan laki-laki itu, kemudian terlepas karena Davin membenarkan tali sepatu.

Setibanya di kantin, Nina sengaja memilih tempat duduk yang cukup jauh dari Ambar dan Anna. Dia tahu bahwa Ambar memang sedang ada di kantin. Dia juga sengaja mengajak Davin ke kantin berdua dengannya.

Butterfly Angel (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang