27. Kembali di Tempat Ini

3 0 0
                                    

'Aku tahu. Kamu memang suka sama aku, aku juga suka sama kamu kok'.

Nina melebarkan mata dan mulut tidak percaya. Benarkah Davin juga menyukainya?

"K-kamu suka sama aku?" tanyanya untuk memastikan, dalam hati dia sudah sangat gembira. Karena dia rasa, cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.

Davin mengangguk polos. 'Aku memang suka sama kamu. Kamu kan sahabat aku'.

Senyum Nina seketika surut membaca tulisan Davin. Laki-laki ini selalu bilang sahabat, sahabat, dan sahabat. Tidak ada yang lain. Semua disangkutpautkan dengan sahabat.

"Davin!" pekik Nina kesal. Davin mengangkat alis bingung.

"Bukan itu maksud aku." Setelah menghela frustasi, Nina berusaha untuk menjelaskan. Biarlah saja, dia akan mengakui perasaannya sekarang juga. Tidak peduli apa tanggapan Davin setelah ini. Dia sudah tidak bisa menahan ini sendirian. "Aku itu suka sama kamu dalam hal cinta. Aku cinta sama kamu!"

Davin menutup rapat mulutnya, dia tampak terkejut. Baiklah, sekarang Davin mengerti maksud Nina. Sungguh, dia tidak menyangka Nina ternyata menyukainya.

'Benarkah?'

"Iya, Dav. Kamu pikir aku main-main?" kesal Nina. Sangat susah menghadapi Davin yang terlalu polos ini. Rasanya ingin sekali menjelaskan panjang lebar tentang perasaannya, tentang rasa cemburunya terhadap hubungan Davin dan Ambar.

Nina bersumpah, jika Davin bertanya apa itu cinta, dia akan memukuli wajah laki-laki itu untuk melampiaskan kekesalannya.

'Ngapain kamu cinta sama aku. Masih banyak laki-laki lain yang lebih sempurna dari aku. Lagian aku bisu, aku bisa apa'.

Ada rasa yang menohok di hati Nina saat membaca tulisan Davin. Mengapa laki-laki itu membawa-bawa kekurangannya. Mengapa dia menjadi rendah diri seperti ini.

Bahkan Nina sama sekali tidak memikirkan tentang itu selama ini. Nina tidak peduli baik Davin bisu, yang namanya cinta tidak bisa dibohongi. Lagipula kenapa jika Davin bisu, apakah orang bisu tidak berhak mencintai dan dicintai?

"Aku gak peduli meskipun kamu bisu. Aku cinta kamu apa adanya. Kamu itu baik, kamu ... ah, kamu segalanya, Dav!" Hingga tanpa aba-aba kejujuran Nina akhirnya diungkap.

Memang benar, Nina mencintai Davin apa adanya. Hanya saja caranya mencintai Davin sedikit salah. Dia ingin mendekati Davin dengan cara merusak hubungan Davin dan Ambar.

Davin tersenyum manis, kemudian dia menggeleng. 'Terima kasih karena kamu sudah jujur. Tapi aku juga harus jujur, aku cuma anggap kamu sahabat. Aku sayang kamu, tapi bukan berarti cinta'.

Sekali lagi, Davin membuat Nina terbungkam kali ini. Seolah dia sedang kehabisan kata-kata. Oh, ternyata begitu perasaan Davin kepada Nina. Ternyata Davin hanya menganggap Nina sahabat. Jadi benar, bahwa cinta Nina ini bertepuk sebelah tangan.

Nina tersenyum kecut. Hatinya terasa sakit, sangat sakit. Dia pikir, perhatian yang Davin berikan selama ini sudah membuktikan bahwa Davin juga mencintainya. Tapi ternyata tidak.

Pasti yang Davin cintai adalah Ambar. Begitu yang dipikirkan Nina.

¶¶¶


Davin berjalan pelan memasuki kamar Ambar. Dia masih mengenakan seragam sekolahnya. Melihat Ambar yang sedang merebahkan tubuh di atas ranjang sambil bermain ponsel, dia tersenyum. Sepertinya kondisi Ambar sudah membaik.

Mengingat kondisi Ambar kemarin malam, hari ini Ambar tidak sekolah. Tadi pagi dia sempat marah-marah pada orang satu rumah karena dia tidak diperbolehkan sekolah. Tapi akhirnya dia berhasil diluluhkan oleh Davin yang membujuknya dengan kata dia akan membelikan Ambar arum manis sewaktu pulang sekolah nanti.

Butterfly Angel (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang