Chapter 9

8.8K 1K 26
                                    

Btw, vote dulu sebelum baca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Btw, vote dulu sebelum baca. Gratis loh tanpa di pungut biaya.

Hargai karya ini dengan cara vote (klik tanda 🌟)

🌼🌼🌼

Gretha duduk dalam kereta bersama Eirich. Disepanjang jalan dia memikirkan sesuatu yang akan Lars berikan untuknya. Dia benar-benar penasaran. Gretha menatap Eirich dengan maksud tertentu, siapa tau kakak pertamanya ini tau tentang hal yang akan Lars berikan untuknya.

"Ehm, kak. Apa kau tau sesuatu seperti apa yang akan kak Lars berikan?,"

Eirich menoleh kearah Gretha yang menatapnya dengan wajah penuh harap.

"Kakak tidak tau. Untukmu," Jawab Eirich, menyodorkan toples cookies agar Gretha tak terlalu kecewa dengan jawabannya dan itu berhasil. Semudah itu membujuknya.

"Wah, bagaimana bisa kakak mendapatkan ini?," Kagum Gretha. Cookies yang diberikan Eirich sangat diinginkan olehnya bahkan untuk memakannya harus mengantri beberapa hari.

"Cobalah, ini sangat enak," Gretha menyuapi satu cookies pada Eirich yang diterima dengan senang hati.

Kereta berhenti tepat di depan mansion Visser. Eirich menuntun Gretha turun setelahnya memasuki mansion mencari keberadaan Lars. Gretha benar-benar tak sabar menantikan sesuatu yang akan Lars berikan untuknya. Senyum diwajah Gretha tak luntur sejak turun dari kereta.

"Kakak!," Gema suara Gretha saat mendapati siluet Lars yang datang menghampirinya. Gretha berlari kearah Lars.

"Berhenti disana!," Peringat Lars dan Eirich bersamaan membuat Gretha berhenti berlari.

"Jangan berlari, kau bisa terluka,"jelas Lars dengan lembut.

Gretha mengabaikan perkataan kedua kakaknya, dia bukan anak kecil. Gretha menengadahkan tangan pada Lars dengan tatapan polos membuat Lars tersenyum. Adiknya ini menagih hal yang dia janjikan.

Lars mengacak rambut Gretha pelan yang langsung di tepis Gretha. Dia memperbaiki rambutnya yang sedikit berantakan akibat ulah Lars, Milly sudah susah payah menguncir rambutnya dan kakaknya ini lagi-lagi merusaknya.

Eirich dan Lars menggelengkan kepalanya melihat tingkah Gretha. "Ini untukmu," Menyodorkan kotak persegi besar pada Gretha.

Gretha membuka kotak tersebut dengan perlahan. Kotak itu berisi satu set perhiasan. Dia ingat. Perhiasan ini seharusnya Lars hadiahkan untuk Anne tapi itu terjadi di kehidupannya dulu. Gretha tersenyum, dia berhasil merubah alur takdirnya. Ya, benar. Dia berhasil merubahnya. Tanpa sadar Gretha memeluk Lars saking senangnya, tak lupa dia mengucapkan terimakasih.

Eirich menghampiri mereka berdua, dia cemburu, wajahnya berubah kesal. Dalam pikirannya, seharusnya dia ya g mendapatkan pelukan itu bukan Lars, dia yang pertama memberikan hadiah. Sungguh tak adil.

"Ada apa ini, sepertinya kami melewatkan sesuatu," Ujar sebuah suara yang tak lain adalah putra mahkota Eden.

"Bukan urusanmu," Sarkas Eirich. Jika dilihat sejauh ini sifat Gretha dan Eirich sama. Gretha adalah Eirich versi wanita yang membedakan keduanya hanya wajah dan jenis kelamin. Gretha mirip dengan ibunya duchess Lea dan wajah Eirich campuran dari Duke Arjen dan duchess Lea sedangkan Lars mewarisi paras Duke Arjen dengan sifat lembutnya.

"Ah, Etha seharusnya kau memeluk kak Eirich juga, lihat wajahnya sungguh menyedihkan," Ejek Luzio yang mengetahui penyebab mood Eirich rusak.

"Jangan mengejek kakakku, dasar jelek," Kesal Gretha. Dia merangkul lengan kedua kakaknya lalu pergi tapi langkahnya terhenti. Dia berjalan menghampiri Eden.

"Ayo kak kita pergi. Jangan dekat-dekat orang jelek itu. Sungguh malang nasibmu mendapati saudara sepertinya," Ujar Gretha mendramatisir. Tingkahnya benar-benar membuat Eirich, Lars dan Eden tertawa.

Wajah Luzio seketika murung saat mendengar perkataan Gretha. Dia hanya ingin menarik perhatian Gretha.

"Hey, jangan tinggalkan aku. Harusnya kau juga merangkul aku," Teriak Luzio saat Gretha pergi meninggalkan dirinya sendiri.

Eden hanya menggelengkan kepala melihat tingkah adiknya, kepribadiannya berubah saat didekat Gretha. Eden tau Luzio sangat menyayangi Gretha lebih dari apapun. Jika Gretha sedih dan terluka maka dia akan menghiburnya bahkan jika tugasnya banyak dia akan menyempatkan waktu untuk sekedar melihat Gretha.

.
.
🌼🌼🌼

Milly sibuk mondar-mandir mengarahkan para pelayan untuk membawa beberapa gaun dan perabotan Gretha. Setelah satu bulan lebih akhirnya Gretha memutuskan untuk pindah kamar di mansion utama. Eirich dan Lars juga Ikut membantu, mereka bertugas menyusun buku yang berada di rak dan meja belajar. Saat akan menyusun buku di rak terakhir paling pojok sebuah kertas dan buku kecil jatuh menarik perhatian Eirich. Dia mengambil buku itu, membuka halaman per halaman. Tangannya terhenti pada satu halaman membaca sebuah tulisan yang tergores dengan tinta hitam.

Buku itu merupakan diary milik Gretha yang memang dia sembunyikan, sudah lama sejak dia menuliskannya, mungkin dia sudah tak mengingatnya sekarang. Diary yang berisi keluh kesah dan kesedihannya selama ini.

Seperti ada yang meremas dadanya, Eirich merasakan sakit yang luar biasa saat membaca kalimat demi kalimat yang ditulis oleh Gretha. Melihat Eirich yang diam mematung, Gretha menghampiri kakaknya itu. Dia melihat kakaknya memegang sebuah buku kecil berwarna hitam dengan ukiran emas di sekitarnya, Gretha segera tersadar, dia merampas buku yang dipegang Eirich.

Eirich menatap kearah Gretha dengan mata berkaca-kaca. Dia melihat Gretha menundukkan kepala takut.

"Kalian kenapa? Kenapa tidak lanjut bekerja?," Tanya Lars yang bingung dengan tingkah kakak dan adiknya.

'Ah, aku benar-benar takut sekarang. Bagaimana bisa kakak mendapatkan buku ini? Jelas-jelas aku sudah menyembunyikannya ditempat yang bahkan Milly tak melihatnya. Ah, bagaimana ini, hampir semua yang tertulis adalah kalimat sarkas tentang ayah dan kakak, disana juga tertulis rencana bunuh diri yang kupikirkan dengan kepala dingin yang bahkan dituliskan detail demi detail,' pikiran Gretha terus meracau takut.

 Ah, bagaimana ini, hampir semua yang tertulis adalah kalimat sarkas tentang ayah dan kakak, disana juga tertulis rencana bunuh diri yang kupikirkan dengan kepala dingin yang bahkan dituliskan detail demi detail,' pikiran Gretha terus meracau takut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vomen nya readers
Kalau ada typo mohon dimaafkan. Sampai jumpa di next chapter.

Bye bye, ketemu lagi di updatetan selanjutnya.

Vote dulu. Gratis loh tanpa di pungut biaya. Hargai karya ini dengan vote. Soalnya buat dapat inspirasi harus bertapa dulu:v

Why You Don't Love Me Duke? [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang