Chapter 18

5.4K 664 10
                                    

Jangan lupa vomen

Jangan lupa vomen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌼🌼🌼

Disebuah ruang dalam penjara terdapat seorang gadis dengan tampilan acak-acakan. Sudah berhari-hari dia dalam sana, badannya lemas untuk berbicara saja dia harus mengeluarkan tenaga lebih. Menelungkup kan kepalanya dalam-dalam di kedua kakinya, memejamkan matanya sejenak.

Pintu penjara itu terbuka, memperlihatkan dua laki-laki tampan. Perlahan gadis itu mendongak, menatap dua orang yang dikenalnya menampakkan senyum tipis diwajahnya. Berharap mereka melepaskannya kali ini, walaupun itu hanya harapan semu yang tak mungkin terwujud.

"Menjijikkan," ucapnya yang membuat senyum tadi memudar.

"Penjaga, berikan dia minum dan makanan tadi," perintah salah satu laki-laki yang langsung dituruti oleh penjaga.

Gadis itu meraih minuman dalam nampan yang dibawa penjaga untuk menghilangkan dahaganya. Tatapannya beralih ke piring yang berisi makanan. Senyum masam terbit di bibirnya, makanan yang diberikan bahkan tak lebih mewah dari makanan pelayan.

"Makan itu dan renungkan kesalahan mu,"

Mata gadis itu beralih menatap laki-laki yang memerintahnya tadi. Sorot matanya menyiratkan kesedihan, menatap kedua kakaknya. Perlahan bulir air mata membasahi pipinya, dia berusaha menahannya tapi tak bisa. Bibirnya bergetar hendak mengatakan sesuatu.

"Bunuh. Bunuh aku," lirihnya.

Mereka menatap kearah adiknya sejenak sebelum berbalik meninggalkan penjara dingin itu. Tangisan keras terdengar ditelinga mereka. Terdengar pilu bagi siapapun yang mendengarnya.


Gretha membuka matanya, perlahan tangannya meraba area disekitar matanya mendapati sisa air mata, sepertinya dia menangis. Lagi-lagi dia memimpikan kenangan masa lalunya. Kenangan menyakitkan yang berusaha dilupakan.

Beranjak dari ranjang, Gretha berjalan menuju kursi balkon mendudukkan dirinya di sana. Dia kembali mengingat mimpinya tadi, begitu menyedihkan dirinya saat itu. Mereka bahkan tak membiarkan dirinya untuk menjelaskan apa yang terjadi saat itu.

'Hah, bagi mereka akulah sumber masalah. Mereka tak akan membiarkan ku mati dengan mudah, dengan menyiksa ku mereka merasa puas,' batin Gretha dengan wajah sendu.

Bunyi ketukan pintu membuyarkan pikiran Gretha. Milly masuk bersiap membantu Gretha membersihkan dirinya. Tatapan Milly terarah ke Gretha yang duduk dikursi balkon, melangkah mendekati Gretha.

"Mimpi buruk lagi?," tanya Milly yang langsung ditatap Gretha.

"Aku dikurung dalam penjara bawah tanah yang dingin tanpa makan dan minum," jelas Gretha lirih membuat Milly yang mendengarnya tercekat.

Why You Don't Love Me Duke? [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang