Chapter 10

8.3K 848 17
                                    

Semua hal yang dirasakan Gretha tertulis jelas dalam buku diary itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua hal yang dirasakan Gretha tertulis jelas dalam buku diary itu. Eirich bisa merasakan seberapa menderitanya Gretha selama ini atas perlakuan mereka sampai dia berniat bunuh diri. Pikiran Eirich saat itu sungguh sangat kekanakan. Dia melampiaskan kepergian ibunya kepada Gretha yang jelas tak mengetahui apapun, bahkan adiknya itu tak merasakan kasih sayang dari ayah dan ibunya.

Tubuh Gretha kaku. Dia kaget mendapatkan pelukan dari kakaknya. Ini sungguh tak terduga, dia kira Eirich akan memutilasinya saat itu juga mengingat bahwa kalimat yang ditulisnya sebagian besar kata-kata halus untuk kakak dan ayahnya, ya itu benar kata-kata halus dengan tanda kutip. Aish, bikin takut saja, leganya. Gretha balas memeluk Eirich dengan senyum seringai diwajahnya.

'maafkan aku kakakku tersayang. Aku tak sebodoh itu. Kau pikir aku tak tau kalau kau masih berhubungan dengan keluarga Coevorden, sialan itu. Meskipun itu hanya rasa simpati mu tapi jika ku biarkan si Anne sialan itu, pasti akan memanfaatkan kesempatan itu. Aku ikuti permainanmu.' batin Gretha dalam pelukan Eirich.

Gretha tau Anne tak mungkin diam saja saat dipermalukan, dia pasti akan menggunakan berbagai cara untuk dekat dengan keluarganya. Dan salah satunya adalah menarik simpati Eirich. Gadis sialan itu, memanfaatkan perasaan Eirich. Dia tau kakak pertamanya itu menyukainya jadi dia memanfaatkan Eirich. Baiklah, jika itu mau kalian tak apa. Aku hanya perlu mengikuti alurnya, bukan?, Batin Gretha dengan senyum liciknya.

.
.
🌼🌼🌼

Gretha sudah cantik dengan long dress tulle berwarna ungu dengan rambut di kuncir kesamping ditambah pita berwarna ungu sebagai hiasannya. Sangat cantik. Milly menatap kagum pada Gretha yang sangat cantik, walaupun dia sering melihatnya tapi pujian tak pernah dia lewatkan untuk nonanya itu.

 Milly menatap kagum pada Gretha yang sangat cantik, walaupun dia sering melihatnya tapi pujian tak pernah dia lewatkan untuk nonanya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Kurang lebih, kyk gini penampilan Gretha)

"Kau selalu cantik," puji Milly membuat Gretha tersipu malu.

"Benarkah, ini berkatmu Milly," Gretha balik memuji Milly.

"Ah, keretanya sudah siap, apa kita pergi sekarang?," Ujar Milly yang di jawab anggukan oleh Gretha. Gretha beranjak dari kursi, dia keluar kamar berjalan menuju gerbang mansion Visser. Disana sudah ada sebuah kereta kuda sederhana yang akan mengantarkan mereka menuju pasar.

Gretha memakai jubah hitam agar tidak terlalu menarik perhatian. Mereka menuju sebuah restoran yang terkenal akan kelejatan pie nya. Gretha memesan beberapa menu rekomendasi yang banyak di pesan oleh pengunjung lain.

Seseorang datang menghampiri meja Gretha dan tanpa permisi langsung duduk dikursi samping Gretha. Orang itu menurunkan penutup kepalanya kebelakang, memperlihatkan wajahnya pada Gretha yang menatap bingung kearahnya.

"Kau masih ingat denganku lady?," Tanya orang itu yang membuat Gretha tambah bingung.

Gretha mencoba bersikap ramah. Dia menampilkan sedikit senyum diwajahnya, lalu berujar, "maaf tuan sepertinya ini pertemuan pertama kita."

Laki-laki itu menyilangkan kaki, menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. "Ah, kau melupakan ku ternyata, crepes lady," ujar laki-laki itu dengan senyum diwajahnya.

Gretha mengingat-ingat laki-laki didepannya ini dan seketika sebuah ingatan muncul tentang kejadian naas waktu dia berjalan-jalan dipasar bersama Lars dan Eirich yang membuat crepes tercintanya terjatuh.

"Apa tuan ingin uang anda waktu itu? Milly berikan tuan ini 10 koin emas," tebak Gretha yang dijawab gelengan kepala dari laki-laki itu.

"Aku tidak ingin itu, aku tak butuh uang yang aku butuhkan adalah kau untuk menjadi ibu dari anak-anakku kelak," ujar laki-laki itu sambil menatap Gretha dengan senyum diwajah.

"Ahahaha, tuan jangan melontarkan candaan seperti itu ditempat umum."

"Aku tidak bercanda dan panggil aku Naville bukan tuan. Mungkin dimasa depan kau akan memanggilku sayang," ujar Naville mengedipkan matanya sebelah dengan senyum genitnya.

"Tuan jaga sikapmu," tekan Milly yang kesal dengan tingkah Naville yang membuat Gretha risih.

Naville mengabaikan perkataan Milly. Dia beranjak dari kursinya setelah mencomot pie dari piring Gretha, mendekatkan wajahnya pada telinga Gretha kemudian membisikkan sesuatu, "sampai jumpa di pertemuan berikutnya, Gretha sayang. Ah, pertemuan selanjutnya ku pastikan kita bertemu di altar." Gretha kaget dengan kelakuan Naville. Bagaimana bisa laki-laki itu melontarkan kata seperti itu di tempat umum? Bisa-bisa citra Gretha yang di bangun beberapa bulan hancur berantakan.

Gretha menarik tangan Naville kencang, membuat tubuh Naville membungkuk tepat di samping wajahnya kemudian dia berujar sarkas, "ahaha ha ha, akan sangat menyenangkan jika itu kenyataan tapi aku berharap kita tak pernah bertemu lagi. Ini pertemuan terakhir kita."

Naville memiringkan kepalanya, diwajahnya terpampang jelas senyum remeh, "ah, sepertinya itu akan sulit karna kau tau... Apa yang ku inginkan tidak akan pernahku lepas." Naville keluar dari restoran, meninggalkan Gretha dan Milly yang diam mematung mendengarkan bisikan kerasnya.

'sungguh tak tau malu!.' geram Gretha dalam hati.

"Nona, anda tak apa?," Tanya Milly khawatir yang di jawab dengan gelengan kepala.

"Nona, anda tak apa?," Tanya Milly khawatir yang di jawab dengan gelengan kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vomen readers
Kalau ada typo mohon dimaafkan. Sampai jumpa di next chapter.

Vote gratis loh tanpa di pungut biaya jadi hargai karya ini dengan cara vote dan komen.

Bye bye.

Why You Don't Love Me Duke? [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang