Happy Reading...
Imam dan Ana saat sudah berada di ruangan pria itu. Imam pun mempersilahkan Ana untuk duduk dimana pun gadis itu mau. Sedangkan dia memilih membuka jasnya dan meletakkannya ditempat biasanya dan menyisahkan kemeja putih yang sudah digulung dan rompi hitamnya.
"Masuk." ujar Imam. Dia yakin itu Yuni, sekertaris nya. Benar saja, Yuni datang dengan sebuah nampan yang berisi pesanannya.
"Letakan saja di sana." ujar Imam menunjuk meja dihadapan Ana. Yuni mengangguk dan meletakannya di sana.
"Silakan, Nona." ujar Yuni pada Ana. Ana mengangguk.
"Terimakasih." ujarnya. Yuni pun langsung keluar begitu pekerjaannya selesai.
"Pak..." panggil Ana pada Imam yang mulai memeriksa dokumen didepan sana. Imam pun mengalihkan pandangannya pada Ana.
"Iya?"
"Katanya ada meeting?" Imam tersenyum mendengarnya. Dia pun melangkah kearah Ana.
"Sebenarnya saya bohong tadi." Ujar Imam yang sudah duduk di samping Ana. Pria itu kembali tersenyum pada Ana. Mendengar itu Ana yang merasa dibohongi pun melempar tatapan kesalnya Imam.
"Pak Im..."
"Ssttt." ujar Imam yang meletakan telunjuknya tepat dibibir Ana. Ana seketika terdiam.
"Kalau saya ngga bohong. Kamu ngga akan naik-naik, An, dan lama-lama pekerjaan saya semakin menumpuk..lihat!" ujar Imam menunjuk kearah mejanya yang terdapat tumpukan dokumen.
Ana yang melihat pun berdecak kesal pada Imam, kemudian mendorong pelan tubuh besar pria itu.
"Ya udah, sana balik. Kenapa malah kesini." usirnya. Imam terkekeh melihat wajah kesal Ana.
"Saya mau minta vitamin saya." Ujar Imam. Ana pun langsung menjauhkan tubuhnya.
"Pak Imam jangan macem-macem ya. Mau saya pukul?" Bukannya takut, Imam justru mencondongkan tubuhnya kearah Ana, membuat gadis itu bersandar diujung sofa panjang itu.
"Saya kan cuma minta vitamin An, bukan macem-macem." ujar Imam semakin menggoda Ana.
"Tap... "
Cupp
Imam langsung mencium kening Ana dan seketika itu juga Ana berhenti berbicara. Melihat Ana terdiam, Imam pun menarik tubuhnya menjauh.
"Sudah sana, ambilkan semua dokumen dimeja kesini." ujarnya yang mendorong pelan tubuh kaku Ana agar bangkit.
Ana yang tersadar dari keterkejutannya semakin mendengus kesal pada Imam.
"Bapak kan punya kaki, kenapa tidak ambil sendiri." ujarnya kesal.
"Saya kan punya kamu, jadi lumayan menghemat energi." Ana mendengus mendengarnya. Dia pun membereskan dokumen yang diminta Imam.
"Ini iya?" tanya Ana pada Imam sambil mengacungkan sebuah dokumen yang sudah terbuka. Imam mengangguk.
"Silakan Pak Imam yang terhormat." ujar Ana yang sudah meletakan semua dokumen yang ada dimeja kerja Imam ke atas meja dimana saat ini Imam duduk. Imam yang duduk di sofa pun terkekeh.
"Kamu tidak mau memberikan saya Vit.."
"Pak..." peringat Ana yang sudah mengambil tempat duduk disamping Imam. Imam terkekeh melihat wajah penuh kewaspadaan Ana.
"Saya serius An, masa kamu tidak mau.."
"Pak Imam, cepet kerja ngga! Kalau ngga saya tinggal pulang nih." ancamnya yang kesal dengan tingkah jail pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Leolina
RomanceSendiri adalah hal yang selalu menyenangkan bagi seorang wanita muda yang tak pandai beradaptasi. Dan kesendirian membawanya menemukan seseorang yang banyak memberinya pelajaran. Dan bagi seorang pria, kenyamanan adalah senyum dari orang di sekitarn...