43~Pria yang di rindukan

891 78 234
                                    

Happy Reading



Imam baru saja sampai diruang rawat Ana dengan tergesa-gesa. Pria itu langsung menatap wajah lemah Ana yang duduk memeluk Kay di atas ranjang dengan pandangan kosong. Sedangkan didalam juga ternyata sudah ada kedua orang tuanya dan  Lia. Namun pria itu tak melihat Adam di sana.

Andi dan Susi mengalihkan pandangannya kearah Imam yang baru saja masuk. Kemudian kembali menatap Ana yang masih saja diam sejak tadi. Hanya sesekali bersuara saat Kay bertanya.

"An.." Panggil Imam yang sudah berdiri di samping Ana dan Kay. Ana hanya menatap sekilas Imam.

Imam pun membawa Ana kedalam pelukan nya dan mencium puncuk kepala Ana."Maafin saya, saya telat." gumam Imam yang merasa bersalah.

Dia belum tahu pasti penyebab Ana ada di rumah sakit. Namun dia hanya berharap keduanya baik-baik saja. Itu yang dia harapkan.

"Ayah bunda kenapa?" tanya Kayla yang juga merasa aneh dengan ibunya itu. Imam mengusap rambut Ana lembut saat wanita itu masih dalam pelukannya.

"Bunda ngga apa sayang.." ujar Imam pada Kayla. Mendengar itu Ana semakin terdiam. Ana melepas tangan Imam yang melingkar ditubuh nya.

"Kak Adam..." gumam Ana mencari keberadaan Adam. Imam mendengar itu tertegun karena Ana mencari sahabatnya, sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya sejenak.

Sedangkan Andi dan Susi hanya bisa menahan sedih. Keduanya tidak menyangka saat mendengar penjelasan dari Adam beberapa saat yang lalu, namun tidak ada yang bisa mereka lakukan saat ini. Kandungan Ana memang sudah dinyatakan keguguran. Tindakan pengangkatan dan pembersihan rahim Ana pun sudah dilakukan oleh dokter. Sekarang mereka hanya bisa berdoa, semoga kondisi Ana cepat membaik.

Imam menatap tanya kearah kedua orang tuanya. Susi menggeleng. Dia tak tahu harus mengatakan apa pada Imam.

"An-Ini saya-Imam.." ucap Imam, mencoba mencari perhatian Ana. Susi yang melihat keduanya butuh bicara pun mengambil Kay dalam pangkuan Ana.

"Kay sama nenek dulu ya. Ayah mau bicara dulu sama bunda." ujar Susi..

"Kak Adam, Mah.." lirih Ana pada Susi, yang kembali mengabaikan Imam. Susi mengangguk sambil mengusap lengan Ana agar menantunya itu tenang kembali. Wanita itu juga menatap sedih putranya.

"Mamah carikan.." ujar Susi. Lalu mereka pun pergi meninggalkan Ana dan Imam berdua.

"An.." Panggil Imam memegang bahu Ana lembut. Ana mengalihkan pandangannya dari Imam. Jelas sekali jika Ana saat ini memang tak ingin melihat Imam.

Ana menelan ludahnya kasar. Terlalu lelah untuk melihat Imam saat ini. Dia hanya ingin Adam cepat berada disini.

"Apa yang terjadi?" tanya Imam lirih. Ana tersenyum mendengar pertanyaan Imam. Apa Adam belum memberitahu kejadian yang terjadi pada Ana? Atau pria itu yang tak ingin tahu keadaan Ana selama ini. Sekarang dia tahu apa yang harus dia lakukan, toh dari awal mereka menikah hingga sekarang mungkin pria yang masih memeluknya itu hanya menganggapnya wanita asing dalam hidupnya.

Ahh, itu jelas alasannya. Sampai saat ini pun pria itu masih betah menggunakan kata saya, dari pada menggantinya menjadi aku-kamu. Ana menarik nafas dalam. Melepas pelukan Imam pada tubuhnya.

"Hanya keguguran Pak, tidak perlu khawatir." ujar Ana seolah hal itu bukan masalah besar. Namun jelas sekali dibalik senyum Ana, raut sedih Ana pun jelas terlihat. Melihat raut sedih Ana dan panggilan dengan embel-embel pak dari wanita itu kembali, membuat Imam merasakan terhantam batu besar. Pria itu langsung membawa Ana kedalam pelukannya.

Dia tahu, dia bersalah disini.

"Ayah minta maaf.." ujar Imam penuh dengan penyesalan. Ana hanya terdiam, tak membalas pelukan Imam atau pun menolaknya. Wanita itu sudah cukup asing dengan pelukan pria di sampingnya, meski rindu itu masih menggunung pada pria itu.

Ana LeolinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang