Happy Reading
Imam berlari menuju spot favorit wanita itu. Dia berharap Ana ada ditempat itu. Dia menghembuskan nafas kasar saat wanitanya ternyata sedang menatap langit sore. Imam melepas sepatunya dengan kasar dan berjalan cepat kearah Ana.
Imam menarik tangan Ana untuk menghadap kearahnya, hingga Ana yang ditarik pun terkejut melihat Imam ada disampingnya.
"Kamu sedang apa disini, ha?" Imam mencoba menekan emosinya, meski itu percuma karena nyatanya nada bentakan tetap keluar.
"Nggak perlu ngebentak, Mas." ujar Ana. Wanita itu menatap Imam dengan mulut yang berkedut menahan tangis.
"Bagaimana bisa! Kay dirumah lagi manggil-manggil kamu, dia nangis ngga mau berhenti-berhenti Ana...dan kamu justru lagi disini? Kamu mau buat Kay terus menangis nunggu kamu sampai pulang!" ujar Imam masih menaikkan nada bicaranya. Ana menunduk mendengarnya.
"Saya kecewa sama sikap kamu yang seperti ini." lanjut Imam yang baru saja menumpahkan kekecewaannya. Nada dingin keluar begitu saja saat mengatakannya.
"Maaf Mas." cicit Ana yang hanya bisa menunduk saat tahu Kay menangis dirumah. Imam menghembuskan nafas kasar.
"Dimana ponsel kamu? Kenapa tidak aktif?" tanya Imam.
"Ponsel Ana kehabisan batre." ujar Ana lirih. Iman menghembuskan nafas kasar.
"Sekarang kita pulang. Saya tidak mau Kay terus menangis di rumah." ujar Imam. Dia melangkah ketepian lebih dulu meninggalkan Ana yang masih menunduk takut dan menahan tangis. Ana pun menghembuskan nafas pelan lalu menyusul Imam.
Didalam mobil keduanya hanya diam satu sama lain tanpa berniat mengucap sepatah kata pun.
Ana memilih memandang keluar, menatap matahari yang mulai kembali keperaduannya. Sedangkan Imam masih fokus menatap jalanan sekaligus mengontrol emosinya.
Sampai di pekarangan rumah, Imam memutuskan keluar lebih dulu dengan sedikit membanting pintu mobil.
Ana memejamkan matanya sejenak karena terkejut, lalu keluar dari mobil.
"Ayah, bunda mana." ujar Kayla yang matanya sudah sembab. Imam pun mengangkat Kayla dari gendongan Andi dan mencium Kayla dengan sayang.
"Ana pergi kemana, Mam?" tanya Andi yang sejak tadi juga ikut menenangkan cucunya itu.
"Pantai, ngga tau lagi kenapa." ujar Imam yang masih sedikit emosi. Dia menatap Ana yang sudah masuk.
"Bundaa" ujar Kayla yang meminta turun dari gendongan ayahnya.
Imam pun menurunkannya dan membiarkan Kayla berlari menuju Ana.
"Hati-hati, Kay." peringat Imam pada putrinya itu.
"Bunda kemana? Bunda udah janji sama Kay ngga akan tinggalin Kay kan." ujar Kayla memeluk kaki Ana. Ana menunduk mengusap rambut Kayla yang kembali menangis.
"Maaf Kay." ujarnya. Dia pun menggendong Kayla dan mendekat kearah Susi, Andi, juga Imam.
"Maaf Mah-Pah, tadi ponsel Ana kehabisan batre pas mau ngabarin kalian." ujar Ana. Susi menghembuskan nafas pelan.
"Ngga apa An, lain kali ingat waktu saja." ujar Susi mengusap lengan Ana. Ana mengangguk.
"Yaudah sana masuk ke kamar. Pasti capek kan?" ujar Andi. Ana mengangguk dan membawa Kayla naik ke kamar.
"Kamu ngga marahin dia kan tadi, Mam?" tanya Andi. Dia tahu anaknya akan seperti apa jika sudah menyangkut keluarganya. Apa lagi anak.
"Sedikit, Pah." ujar Imam. Susi pun mengusap lengan putranya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Leolina
RomanceSendiri adalah hal yang selalu menyenangkan bagi seorang wanita muda yang tak pandai beradaptasi. Dan kesendirian membawanya menemukan seseorang yang banyak memberinya pelajaran. Dan bagi seorang pria, kenyamanan adalah senyum dari orang di sekitarn...