26~ Membaik

905 58 0
                                    

Happy Reading..




Pagi ini Imam masih melihat wajah mendung Ana, bahkan wanita itu masih mendiaminya sejak bangun tadi.

"Hallo Yuni, cancel semua jadwal saya hari ini. Saya ada urusan di rumah." ujar Imam pada Yuni. Pria itu bahkan sudah rapi dengan jas dan dasi namun memilih mengcancel semua jadwal hari ini.

"Tapi Pak, anda ada janji bertemu dengan pak Wildan pukul 11.00 nanti." ujar Yuni memberitahu, pasalnya pertemuan ini sangat penting bagi mereka. Imam menghela nafas mengingat janji tersebut.

"Kalau gitu, cancel semuanya kecuali janji dengan pak Wildan." putus Imam.

"Baik, Pak." ujar Yuni. Panggilan pun terputus.

Imam langsung mengganti pakaiannya dan turun kebawa dengan baju rumahan.

"Ngga ngantor, Mam?" tanya Andi begitu melihat putranya turun dengan penampilan santainya itu. Imam menggeleng dan duduk disamping Andi.

"Ngga, Pah. Papah juga ngga ngantor?" tanya Imam yang melihat Andi juga dengan pakaian santainya. Andi mengangguk.

"Ngga. Mau ajak Mamah sama Kay jalan nanti." ujar Andi. Imam sejenak berpikir, kenapa juga waktunya pas sekali.

"Iya udah ajak aja Pah, kebetulan aku juga mau ngelurusin masalah kemarin sama Ana." ujar Imam.

Andi mengangguk, lalu keduanya menatap kearah pintu saat anggota wanita keluarga mereka datang.

"Pagi Kakek, Ayah." sapa Kayla yang mendekat pada Imam dengan riang.

"Pagi princess Kakek."

"Pagi anak Ayah." ujar Imam. Dia kemudian melirik Ana yang masih hanya diam.

"Ayok sarapan. Papah sudah lapar menunggu kalian." ujar Andi memecah keheningan. Susi pun mengangguk.

"Ayo An, kita sarapan." ajak Susi. Ana mengangguk dan duduk di samping Imam yang dibatasi satu kursi untuk duduk Kayla.

"Kay mau makan apa?" tanya Ana pada gadis yang sudah duduk di kursinya.

"Kay mau roti lapis." ujar Kayla. Semua ora mengerutkan keningnya.

"Kan ngga ada roti lapis princess." ujar Susi.

"Bunda mau buat kan?" ujarnya memelas pada Ana. Imam mengusap puncuk kepala Kayla.

"Biar Ayah yang buat, oke?" Kayla menggeleng.

"Mau buatan Bunda." ujar Kayla menatap Ana. Ana pun mengangguk.

"Iya udah Bunda buat dulu." ujarnya menggeser kursi lalu melangkah kedapur.

"Kay, jangan gitu dong sayang. Bunda juga mau sarapan, kan dari tadi udah nemenin Kay yang ngga mau turun dari gendongan bunda." peringat Susi pada cucunya.

"Bener Kay?" tanya Imam. Kayla menyengir.

"Abis bunda kemarin pergi ngga pulang-pulang." ujar Kayla cemberut.

"Tapi ngga boleh kaya gitu. Kalau Kay ngga nurut sama bunda. Mau bunda pergi lagi?" ujar Imam. Kayla menggeleng. Dia pun turun dari kursi dibantu Susi.

"Kay mau nemenin bunda." ujarnya yang lari kearah dapur.
Imam menghembuskan nafasnya pelan.

Ana yang melihat Kayla masuk kedapur pun langsung melahap lebih dulu roti yang isinya berbeda itu.

"Bundaa, buat Kay mana?" ujar Kayla yang melihat Ana sedang makan roti lapis. Ana menyengir.

"Bentar sayang. Ini punya Kay lagi di panasin." ujar Ana. Kemudian mengangkatnya dan meletakannya dipiring. Sedangkan tangannya sesekali memasukan roti lapis yang tinggal setengah ke mulutnya sendiri.

Ana LeolinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang