52~Protektifnya Imam

1.2K 63 0
                                    

Happy Reading

Imam sedang sibuk dengan tumpukan berkas di meja kerjanya. Pria 29 tahun itu meski sibuk, namun pikirannya sedang memikirkan cara untuk merayakan ulang tahun istrinya yang akan jatuh tepat setelah melahirkan anak mereka.

Imam menghembus nafas kasar, sudah sejak seminggu yang lalu dia pikirkan namun belum menemukan ide yang bagus untuk merayakannya. Imam pun memutuskan untuk memanggil Yuni ke ruangannya. Setelah itu pria itu bangkit menuju jendela ruangannya. Menatap keluar sana.

"Masuk!" Perintah Imam pada Yuni.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Yuni begitu wanita itu masuk ke ruangan bosnya. Imam mengangguk, menatap sejenak Yuni yang berdiri beberapa meter darinya.

"Menurutmu, apa yang para gadis muda inginkan saat ulang tahunnya tiba?" tanya Imam. Yuni sejenak terdiam untuk berpikir.

"Apa ibu sebentar lagi berulang tahun?" tanya Yuni memastikan tebakannya. Imam mengangguk membenarkan.

"Jika dilihat dari karakter ibu Ana, mungkin pesta yang sederhana, Pak. Ibu cukup tidak ribet dalam segala hal, dan mungkin ibu juga tidak ingin perayaan yang terlalu mewah." Imam mengangguk setuju. Apa lagi Ana yang tak banyak bergaul.

"Tapi jika itu, saya juga tahu Yuni. Maksud saya, biasanya mereka ingin hal-hal macam apa saat ulang tahun, romantis atau apa?"

"Ah," Yuni menyengir.

"Bapak pilih saja makan malam romantis berdua. Saya yakin ibu bisa meleleh, apalagi ibu sudah jarang keluar." Yuni terkekeh kecil. Imam mendengus melihat sekertarisnya itu.

"Baiklah, kamu boleh pergi." Imam mengusir Yuni untuk segera pergi. Yuni tersenyum dan mengangguk.

"Baik Pak, saya permisi." ujar Yuni.

Imam melirik ponselnya yang bergetar di meja, kemudian senyumnya mengembangkan saat melihat nama istrinya tertera disana.

"Hallo sayang." Seketika suara Imam berubah lembut.

"Hallo, Mas." ucap Ana diseberang sana.

"Hm, Mas nanti pulang cepet atau seperti biasa?" lanjut Ana.

"Kenapa?" Imam mendudukkan tubuhnya di kursi kebesarannya.

"Ana mau izin keluar boleh?"

"Tidak." ucap Imam langsung. Pria itu pun mendengar Ana mendengus diseberang sana. Sedangkan wajah Imam berubah masam saat mendengar Ana meminta izin itu.

"Sebentar saja...ya Mas?"

"Saya tutup dulu." ujar Imam memutus sambungan telpon sebelah pihak. Ana cemberut diseberang sana.

"Dasar suami kejam." gerutu wanita berperut buncit itu.

Usia kandungannya sudah masuk 36 minggu dan hanya menunggu hari-H persalinan. Hari persalinan diperkirakan akan jatuh bulan Mei tanggal 16, itu pun jika perkiraan dokter tidak meleset. Itu artinya hanya tinggal satu minggu lagi.

"Adek udah ngga sabar ya ketemu ayah sama kakak?" Ana berucap sambil mengelus perutnya yang sudah mulai merasakan kontrak palsu. Calon ibu muda itu sangat merasa sangat bersemangat dan juga cemas secara bersamaan akhir-akhir ini.

Namun karena tidak ingin memikirkan hal-hal buruk, wanita itu pun memilih sibuk menemani putrinya yang juga sebentar lagi akan memasuki usia 4 tahun. Ah, memikirkan itu, dia jadi ingat. Ulang tahun putrinya berdekatan dengan ulang tahunnya. Hanya berjarak beberapa hari sebelum ulang tahunnya tiba.

Ana jadi memikirkan hal apa yang harus dia berikan untuk ulang tahun pertama Kayla bersamanya.

"Eh, kita kasih hadiah apa ke kakak ya, dek?" tanya Ana bermonolog. Wanita itu masih sibuk mengelus perutnya dan melupakan kekesalan pada suaminya itu.

Ana LeolinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang