13~Bunda

1.3K 68 0
                                    

Happy Reading..

Ana menggeliat dalam tidurnya, dia menarik gadis yang tidur disampingnya itu kedalam pelukannya. Kemudian saat sadar dia sedang ada dimana, dia pun membuka matanya dengan cepat.
Dia melirik jam dinding dikamar Kayla, pukul 05.00 pagi. Ana pun bangkit dan keluar dari kamar Kayla. Iya, wanita muda itu memutuskan tidur dikamar Kayla semalam. Entah kenapa dia tak suka tidur sendirian dikamar yang luas itu.

Setelah dia kembali segar, Ana pun turun dari kamar. Dia akan menuju ke dapur untuk melihat apa yang bisa dia masak pagi ini. Saat di dapur dia melihat Lia yang juga baru memasuki dapur.

"Eh Non Ana." ujar Lia yang kaget melihat Ana juga masuk ke dapur. Ana tersenyum pada Lia, perempuan yang ternyata pernah dia tolong itu.

"Kok pagi-pagi sudah di dapur, Non?" ujar Lia pada Ana.

"Ngga apa, mau bantu Mbak Lia masak aja." ujarnya, lalu membuka kulkas besar yang ada di dapur.

"Hari ini mau masak apa, Mbak?" tanya Ana yang menahan pintu kulkas.

"Terserah Non saja." ujarnya. Ana mengangguk. Dia pun mengeluarkan beberapa sayuran hijau dan telur dari kulkas.

"Kita bikin roti lapis aja bagaimana Mbak?" Lia mengangguk setuju. Dia pun melirik bahan yang sudah dikeluarkan Ana. Lalu mengambil roti yang belum ditemukan oleh Ana.

"Makasih Mbak Lia." ujar Ana. Keduanya pun mulai berbagi tugas.

Ana langsung mengisi roti dengan sayur, telur dan keju yang sudah dipersiapkan itu, lalu memanggangnya sebentar. Setelah semuanya siap dia menyuruh Lia untuk meletakannya dimeja makan. Dia akan membuat susu dan wafel sebagai pilihan lain. Setelah itu dia pun memasukan saus pada satu roti lapis yang sengaja ditinggal.

"Wah, sarapan apa pagi ini." ujar Susi yang sudah masuk kedapur. Ana menatap Susi sejenak.

"Ana dan mbak Lia hanya membuat roti lapis dan wafel, Mah. Tidak apa, kan?" tanyanya pada Susi. Susi mengangguk tersenyum.

"Tidak apa, sudah selesai semua?" Susi memperhatikan kerja Ana itu. Ana mengangguk lalu membawa wafel kemeja makan sedangkan Lia membawa susu. Susi pun mengekori mereka.

Tak berapa lama, meja makan pun sudah ramai oleh yang lain.

"Cucu Mamah belum bangun, An?" tanya Susi pada Ana.

"Ah iya, Ana liat dulu Mah. Tadi sih masih tidur." Baru saja Ana akan melangkah, Imam menghentikannya.

"Ngga usah sayang, Kayla masih tidur. Kita sarapan duluan saja." ujar Imam. Ana pun melihat kearah Susi yang mengangguk. Kemudian ia pun kembali duduk dan mulai sarapan.

Imam melirik piring Ana, kemudian menarik piring itu mendekat. Melihat itu, Ana menahannya sambil menampakkan cengirannya.

"Kamu mau apa?" tanya Ana masih menahan piringnya.

"Mau lihat isi roti kamu." ujar Imam. Ana menyengir.

"Isinya sama kaya punya yang lain." ujar Ana. Imam menatap Ana dengan wajah datarnya, sedangkan Susi dan Andi memilih tidak ikut campur urusan keduanya. Dia tahu tabiat putranya itu seperti apa.

"Mah..." ujar Ana mencoba mencari bantuan. Susi hanya tersenyum lalu kembali memakan rotinya.

"Kamu pasti bedain isiannya kan, sayang?" Imam memicing curiga. Ana menggeleng.

"Jangan bohong, meskipun kita kenal ngga lama tapi saya tahu kebiasaan kamu." ujarnya. Ana kemudian menghela nafas pelan.

"Iya, isinya beda." ujarnya lalu membiarkan pria itu memeriksanya.

Ana LeolinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang