Chapter 1: Prolog

164 8 0
                                    

Sawada Tsunayoshi dalam perngucapan Jepang, atau Tsunayoshi Sawada dalam pengucapan Inggris-kalian bisa pilih salah satu-lahir dalam keluarga yang sederhana. Dengan kedua orang tua yang menyayanginya, ibu yang sedikit-salah-banyak mengabaikan sekelilingnya atau lebih tepatnya tak menyadari sekelilingnya, Sawada Nana, serta ayah yang selalu mencintai ibunya dengan segenap hati kadang sampai membuat author mengerutkan alisnya dengan pandangan tak percaya (seriusan!? Apaan tuh Ibu-rumah-tangga-yang-benar-benar-super-duper-terbaik-di-dunia?), Sawada Iemitsu. Tak lupa juga dengan kakaknya, Sawada Ieyasu, lebih dikenal dengan Giotto, lebih tua 3 tahun darinya dan benar benar over protective terhadap adiknya yang lucu (maksudnya selalu melotot kepada setiap orang yang mendekati adiknya, yang katanya super-duper-lucu, dan membuat semua orang menjauh dari si kecil Tsuna).

Tsuna tumbuh dalam kasih sayang dan cinta yang besar dari keluarga tersebut. Ia merasakan bagaimana dicintai dan diterima, bagaimana rasanya disayangi dan dilindungi. Dari bentuk keluarga seperti itulah, ia tumbuh untuk belajar mencintai, menyayangi, menerima dan melindungi setiap orang disekelilingnya. Ya, layaknya sebuah langit yang menerima segalanya.

Sayangnya, kehidupan tak semudah yang dibayangkan. Walaupun ia menerima segala kasih sayang itu, ia juga menerima keburukan. Bullying salah satunya. Kejadian ini bermula sejak ia duduk di bangku 3 sd. Beberapa anak yang lebih besar darinya, tapi seangkatan dengannya memojokkannya di salah satu sudut sekolah dan mulai memukulinya dan meminta uang miliknya. Alhasil, ia pulang dengan beberapa luka di tubuhnya. Kejadian ini diketahui oleh Giotto, yang mana langsung mengambil tindakan dengan penuh amarah terhadap para pem-bullying adiknya. Sayangnya, hal ini malah memperburuh keadaan.

Keadaan di rumahnya pun tak semakin baik dengan kepergian ayahnya beberapa hari setelah ulang tahunnya yang keenam. Ayahnya tiba-tiba menghilang di tengah malam tanpa mengucapkan salam perpisahan kepada ketiga orang kesayangannya. Ketika si kecil Tsuna bertanya kepada ibunya, ibunya hanya berkata bahwa ayahnya pergi untuk menjadi bintang dan mengelilingi dunia. Saat itu Tsuna yang belum mengerti apa maksudnya hanya mengangguk.

Dua tahun kemudian, ketika ulang tahunnya yang kedelapan, ayahnya kembali dengan tiba-tiba. Ia membawa hadian untuk Tsuna dan Giotto yang ulang tahunnya seminggu setelah Tsuna. Ya, itulah saat terakhir si kecil Tsuna melihat ayah dan kakakknya.

"Mama, di mana Kak Gio?" Tsuna menarik lengan ibunya dengan pelan. Ibunya menolekan kepadanya. Ia memandang Tsuna dengan sedih.

"Kakakmu ikut dengan ayahmu untuk menjadi bintang, Tsu!" ibunya tersenyum dengan senang. Tsuna memandang ibunya. Ia tahu ada yang janggal tapi tak mengatakannya. Ia hanya mengangguk dan ikut tersenyum dengan ibunya, berpura-pura tak melihat senyuman yang terpaksa dari ibunya.

Sejak saat itu, enam tahun telah berlalu...





SELAMAT MENIKMATI, JANGAN LUPA VOTE YA!

The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang