...
...
...
Cangung.
Satu kata itu cukup untuk mendeskripsikan situasi saat itu. Giotto memandangi setiap penghuni yang ada di kamar itu. Tsuna, tentu saja, Hayato yang berdiri di sampingnya dengan Lambo yang berada di dalam pelukannya, dan dua penghuni lain yang Giotto yakin, tak pernah melihat mereka.
'Dan kenapa aku kepikiran Daemon!?' Ia memekik dengan putus asa.
Dua penghuni itu, memiliki bentuk rambut yang mirip seperti nanas bewarna biru yang memiliki belah tengah, benar-benar seperti seorang Melon (?) hidup lain yang dikenalnya. Sang gadis, lebih pendek beberapa cm dari sang cowok. Gadis itu memakai eyepatch di salah satu matanya sedangkan matanya yang lain bewarna ungu terang. Ia memegang sesuatu yang berbentuk seperti trident.
Sang cowok, memiliki mata heterochromatic. Satu bewarna merah dengan sesuatu bertuliskan seperti kanji dan yang lainnya bewarna biru keabu-abuan. Ia membawa sebuah trident yang mirip dengan sang gadis dan memakai jaket panjang dengan celana kain dan kaos bermotif militer. Ia juga memakai sepatu boots bewarna hitam.
"Siapa kalian?" Giotto mengerutkan dahinya dengan waspada.
"Kufufu, sepertinya ia melihat kami, Tsunayoshi-kun~" Mukuro tertawa kecil dengan menyeramkan.
"E-to, Giotto-nii?" Tsuna berusaha memanggil kakaknya dengan pelan. Giotto menoleh.
"Mereka ini temanku, Rokudo Mukuro dan Chrome. Mereka ke sini, eh, mengunjungiku." Tsuna berkata dengan pelan. Ia meringis ketika menyadari bahwa kebohongannya terlihat dengan jelas. Mukuro di lain tempat melihat seluruh pemandangan itu dengan penuh humor.
Giotto memandang Tsuna, lalu Hayato yang berdiri sampingnya sebelum pandangannya beralih ke kedua orang yang tak dikenalnya itu. Ia menyisir rambutnya sebelum akhirnya menghela nafas panjang.
"Jujur, Tsuna. Apa yang sebenarnya kau sembunyikan?" Giotto akhirnya berkata. Keheningan kembali menghiasi ruangan itu.
"Kufufu, busted." Mukuro tekekeh memecah keheningan.
"Diam, Kepala nanas! Biarkan Tsuna mengurus ini!" Hayato mendesis. Tsuna menghela nafas melihat keunikan kedua guardiannya itu.
'Dan begitulah para penjagaku menolongku.' Tsuna berpikir dengan sarkatis.
"Aku tak menyembunyikan apa-apa, Gio-nii." Tsuna akhirnya berkata. Ia menatap kakaknya yang menyipitkan matanya dengan curiga. Tsuna menghela nafas.
"Oke, mungkin aku menyembunyikan beberapa hal."
Giotto menaikkan salah satu alisnya dengan tertarik. "Dan? Apa itu?"
Tsuna mengambil nafas panjang sebelum mengucapkan salah satu pikiran yang saat ini muncul di kepalanya.
"Aku tahu tentang mafia." Tsuna berkata lagi. Giotto membelalakkan matanya dengan kaget. Apapun rahasia yang disembunyikan Tsuna, ia benar-benar tak menyangka jawaban itu.
"K-kau tahu tentang mafia?" Giotto bertanya dengan tak percaya.
"Ya, seseorang memberitahuku." Tsuna berkata dengan penuh arti. Pandangan Giotto langsung beralih ke Hayato yang sendari tadi masih berdiri di tempatnya. Anggapan bahwa Hayato yang memberitahu Tsuna langsung muncul di kepalanya.
Keheningan kembali jatuh di ruangan itu. Giotto, maupun Tsuna tak berbicara sama sekali. Hayato, Mukuro dan Chrome dengan bijak mengambil saat itu sebagai saat untuk 'keluarga'.
"Maafkan aku, Tsuna." Giotto akhirnya berkata. Saat ini, ia benar-benar merasa bersalah kepada Tsuna. Ia sangat menyanyangi adiknya itu. Karena itu, ia tak ingin melibatkan Tsuna di Mafia. Dunia di mana ayahnya-lah yang menariknya ke dunia itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sky
FantasíaLangit, adalah keharmonisan. Ia menerima segalanya dan tempat di mana para cuara bersandar. Matahari yang memberi semangat, awan yang bebas, hujan yang menenangkan, kabut yang melindungi, badai yang berontak, dan petir yang menggelegar. Ryohei, Kyoy...