FLASHBACK
Giotto menghela nafas dengan berat seraya turun dari kapal yang ditumpanginya. Ia memandang sekelilingnya untuk mencari orang yang dicarinya. Senyuman ringan muncul diwajahnya ketika ia menemukannya melambai padanya.
"Selamat datang di Jepang, Primo." Asari tersenyum ramah seraya menyapa sahabatnya itu. Giotto mengangguk.
"Halo, Asari, senang bertemu denganmu lagi." Giotto berkata. Mereka berdua berpelukan layaknya saudara sebelum akhirnya berbalik pergi.
"Kau bisa tinggal di rumahku selama di Jepang, Giotto. Aku senang kau mau mengunjungiku setelah Ricardo mengambil alih Vongola." Asari berkata. Giotto tersenyum sedih.
"Aku... berencana menetap di Jepang, Asari." Giotto berkata dengan pelan. Asari menolehkan kepalanya dengan cepat seraya menatap Giotto dengan serius.
"Apa sesuatu terjadi, Giotto?" Ia berkata. Giotto mengangguk dengan lemah.
"Yah, bisa dibilang begitu." Giotto berkata. Ia tersenyum dengan bijak. "Sudah setengah tahun sejak kau kembali ke Jepang Asari, dan setengah tahun Ricardo memimpin. Vongola mengalami banyak perubahan di bawah pimpinannya, perubahan yang tak kusuka."
Asari mengerutkan dahinya. "Giotto-"
"Aku akan menceritakannya padamu nanti." Giotto memotong ucapan Asari. "Untuk sekarang, aku akan menikmati waktuku di Jepang sebagai liburan dan menunggu yang lain untuk menyusulku. Ini akan menjadi pertemuan kita yang terakhir."
Asari membelalakkan matanya mendengar pengakuan sahabatnya itu. "Tapi, Giotto-!?"
"Tenanglah Asari, ini bukanlah perpisahan. Kau tahu aku tak akan bisa hidup tanpa kalian." Giotto berkata seraya ia mendongak untuk memandang langit senja yang mulai beranjak gelap. Ia menatap Asari dengan senyuman yang selama ini selalu memberikan perlindungan, kehangatan dan ketenangan untuk setiap orang yang menjadi orang yang disayanginya. Senyuman yang mengingatkan akan keluarga.
"Karena langit tak akan menjadi langit tanpa elemennya."
"Oh, kau sudah datang, Tsunayoshi-kun?"
Tsuna, Hayato dan Lambo terlonjak dengan kaget. Serentak, mereka menolehkan kepala mereka untuk menemukan seorang lelaki berambut putih, berkacamata dan memakai yukata warna hijau duduk di salah satu meja sambil menyeruput ramen di depannya.
Hayato langsung berdiri di depan Tsuna, sedangkan Lambo memeluk Tsuna dengan erat seraya mengarahkan pelototannya ke orang tak dikenal itu.
"Kawahira...-san?"
Hayato dan Lambo, secara serentak mengalihkan pandangannya ke Tsuna. Mata Tsuna terbelalak kaget dan perhatiannya tertancap pada sosok yang masih duduk dengan santainya itu. Berbagai pertanyaan dan pikiran berkelebat di benaknya.
"Tsuna?"
"Tsuna-nii?"
Tsuna tersadar dari lamunannya seraya menoleh untuk menatap teman-temannya. Ia tersenyum dengan malu-malu sebelum akhirnya memutuskan untuk melakukan perkenalan.
"Ah, Hayato, Lambo, kenalkan ini Kawahira-san, a.k.a Checkerface. Dia salah satu orang yang menunjukku sebagi penjaga Tri-ni-sette. Kawahira-san, ini Hayato dan Lambo, penjagaku." Aku memperkenalkan. Hayato dan lambo membelalakkan matanya mendengar perkataan Tsuna. Serentak, mereka menatap Kawahira yang hanya memandangi pemandangan di depannya dengan santai.
"Ah, syukurlah kau sudah menemukan para penjagamu, Tsunayoshi-kun. Aku sempat khawatir." Kawahira berkata seraya mempersilahkan Tsuna, Hayato dan Lambo untuk duduk di kursi yang tersedia. Tsuna tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sky
FantasyLangit, adalah keharmonisan. Ia menerima segalanya dan tempat di mana para cuara bersandar. Matahari yang memberi semangat, awan yang bebas, hujan yang menenangkan, kabut yang melindungi, badai yang berontak, dan petir yang menggelegar. Ryohei, Kyoy...