Chapter 11: Pengakuan

84 9 0
                                    

Hening.

Hayato menyadari keadaan itu begitu sosok yang tiba-tiba muncul di depannya menghilang seketika. Ia terdiam di tempatnya seraya memastikan sosok itu telah benar-benar pergi sebelum menoleh untuk menemukan sahabatnya sedang ditahan oleh seorang remaja lain yang seumuran dengan berambut hitam dan memagang tongkat baseball di tangannya yang lain. Tak lupa, ia melirik setiap orang yang tiba-tiba saja muncul. Seorang pemuda dengan rambut putih yang seperti rumput, pemuda bermata tajam dan berambut hitam yang membawa tonfa, sepasang kembar-cewek dengan mata yang satu tertutup oleh penutup mata dan yang lain bewarna ungu, dan cowok dengan mata yang satu bewarna merah dengan simbol kanji dan lain bewarna biru tua-dua duanya memiliki rambut seperti nanas. Tunggu... di mana ia pernah melihat wajah mereka?

Hayato menggelengkan kepalanya dengan cepat. Biasanya ia akan langsung menghadapi mereka dan bertanya ada urusan apa mereka di sana, tetapi begitu melihat wajah Tsuna yang pucat pasi ia memutuskan untuk menghampiri sahabatnya itu.

"Tsuna. Kau baik-baik saja?" Hayato bertanya dengan khawatir seraya menatap Tsuna-yang masih menatap tempat di mana sosok yang menyerang itu terlihat dengan melamun. Tsuna tersadar dari lamunannya dan beralih untuk menatap Hayato.

"... Hayato?" Tsuna bertanya dengan tak yakin. Hayato mengerutkan alisnya dengan khawatir.

"Hei, Tsuna, kau baik-baik saja?" pemuda berambut hitam yang memegangnya bertanya. Hayato mengirimkan salah satu pelototannya ke arah pemuda itu. Tsuna dengan pelan menoleh.

"Yamamoto-san?" Ia berhenti sejenak sebelum melihat sekelilingnya seraya matanya menatap setiap figur yang ada di sana.

"Onii-san?" Tsuna bertanya dengan tak pasti seraya melanjutkan pandangannya pada sosok selanjutnya.

"..Hibari-san? Chrome-san? Rokudo-san?" Tsuna berkata dalam bingung. Ia terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya tubuhnya menegang dan melihat sekelilingnya lagi.

"Lambo!?" Ia berteriak. Sosok lain melesat dari balik kerumunan yang mengelilingi Tsuna.

"Tsuna-nii!" Lambo berteriak. Ia langsung memeluk Tsuna. Tsuna mengelus punggung Lambo seraya membisikkan kata-kata untuk menenangkannya.

Hayato menggertakkan giginya dengan geram. Ia berjanji akan melindungi Tsuna. Ia berjanji padanya. Tapi, ia bahkan tak bisa melindunginya ketika ia sedang diserang oleh sosok tak di kenal. Jika saja orang-orang ini tak muncul, mungkin Tsuna sekarang sudah berada di tangan penyerang itu.

Pikiran Hayato teralihkan ketika ia mengingat percakapan yang sempat terjadi di antara Tsuna dan penyerang itu. Ia mengerutkan dahinya, menandakan bahwa ia sedang berpikir dengan serius.

'Apakah Tsuna dan sosok itu saling mengenal satu sama lain? ... Pada awalnya sepertinya Tsuna tak mengenali sosok itu, tapi beberapa saat setelah pertarugan terjadi, Tsuna seperti menyadari identitas sosok itu. Apa mungkin, Tsuna mengenalinya hanya dari namanya, bukan wajahnya?' Hayato berpikir seraya menatap Tsuna yang masih berusaha menenangkan Lambo dan mengalihkan perhatiaannya ke setiap orang yang menatap Tsuna dengan pandangan kebingungan yang sama seperti dirinya tetapi fokus memperhatikan Tsuna.

'...Cloak-man. Ya, Tsuna memanggil sosok itu Cloak-man, dan sosok itu meminta sesuatu pada Tsuna... cincin? Tunggu, di mana aku pernah mendengar tetang Cloak-man sebelumnya...?' Hayato kembali berpikir. Matanya terbelalak kaget ketika ia menyadari di mana ia pernah mendengar nama itu sebelumnya. Namun, pikirannya terganggu.

"Omnivore." Suara dingin itu menyadarkan Hayato dari pikirannya seraya ia menoleh untuk menemukan pemuda pembawa tonfa berkata. Dari matanya, Hayato langsung sadar bahwa pemuda itu juga meminta penjelasan kepada Tsuna mengenai apa yang terjadi. Tsuna mengalihkan pandangannya. Hayato bisa melihat Tsuna menggigit bibir bawahnya dengan gugup.

The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang