"Sudah saatnya."
"Menurutmu begitu?"
"Ya, aku sudah melakukan segala hal yang kuanggap perlu dan akan membantunya."
"...Apakah kau pikir, kita akan bisa mengalahkannya, Mama?"
"Aku tak tahu, Sayang..."
"..."
"Kupikir semuanya menjadi keputusan Yuni."
"... Ya, semua menjadi keputusan Yuni."
"ITE!"
Tsuna menggosok kepalanya dengan kesal. Ia mengirimkan salah satu pelototannya (yang mana malah terlihat seperti merengut) kepada pelaku yang menyebabkan rasa sakit di kepalanya.
"Apa maksudnya ini, Reborn-san?" Tsuna berkata dengan kesal seraya memandang sosok di depannya. Reborn hanya tersenyum dengan senyuman sadisnya.
"Saatnya bangun Dame-Tsuna, atau kau akan terlambat." Reborn berkata sebelum menghilang untuk membangunkan kakaknya di kamar sebelah.
'Paling tidak kau tak perlu memukulku.' Tsuna menggerutu di dalam hati. Ia segera berdiri untuk membereskan tempat tidurnya ketika ia menyadari bahwa futon yang semalam digunakan oleh Hayato telah tertata rapi di samping tempat tidurnya. Dari bahwa, ia bisa mendengar teriakan Hayato dan Lambo yang sedang bertengkar satu sama lain.
Tsuna menghela nafas. Ia berjalan menuju ke meja belajarnya dan duduk di sana sambil memandangi kotak cincin yang tergeletak di atasnya. Pikirannya kembali ke peristiwa yang sempat terjadi malam itu.
Setelah Hayato dan Lambo memberikan tanda mereka sebagai seorang guardian, suasana menjadi sangat canggung. Selain badai yang terus meraung di luar, Hayato maupun Lambo tak mengatakan apa pun, begitu pula dengan Tsuna. Dalam diam, Tsuna menyiapkan futon untuk Hayato dengan dibantu dengan Hayato. Ketika mereka akan tidur, barulah Tsuna berani mengatakan 'Selamat malam' yang juga dijawab Hayato dengan ucapan yang sama. Sebelum ia tertidur lelap, Lambo menyelinap ke tempat tidur Tsuna dan tidur di sana seperti malam sebelumnya.
Tsuna kembali menghela nafas.
'Sekarang apa? Aku sudah menemukan guardian-ku, mereka juga sudah setuju menjadi guardian-ku, aku juga sudah mendapatkan cincin-cincin peninggalan Kawahira-san, sekarang aku harus bagaimana? Apakah aku harus memberikan cincin-cincin itu pada guardian-ku?' Tsuna berpikir. Wajahnya cemberut mengingat sesuatu.
'Dan aku benar-benar tak menyangka bahwa Luce memilihkan guardianku tanpa menanyakan persetujuanku. Hibari Kyoya dan Rokudo Mukuro, oh tuhan! Aku bisa mati duluan karena mereka sebelum aku benar-benar mengalahkan Cloak-man!' Tsuna merengek dalam hatinya.
"Ah, Tsuna, kau sudah bangun?" Tsuna menolehkan kepalanya untuk menemukan Hayato yang berdiri di ambang pintu kamarnya. Tsuna tersenyum kecil seraya berdiri dengan kotak cincin di tangannya.
"Selamat pagi, Hayato." Tsuna menyapa. Hayato membalas senyuman Tsuna dengan senyuman miliknya sendiri.
"Selamat pagi, Tsuna." Tsuna mengelus kotak cincin di tangannya sebelum akhirnya berjalan ke meja kopi di tengah ruangan yang mana diikuti oleh Hayato.
"Apa ada sesuatu, Tsuna?" Hayato berkata dengan khawatir. Tsuna menggeleng pelan.
"Kau tahu Hayato, aku benar-benar terkejut ketika kau setuju untuk menjadi guardianku dan memberikan tandamu padaku." Tsuna berkata. Hayato menatap Tsuna dengan khawatir.
"Apa kau tak suka?"
"Tidak, tidak..." Tsuna menggelengkan kepalanya. Ia menatap Hayato.
"Lebih tepatnya aku khawatir." ia berkata pelan. Genggamannya mengerat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sky
FantasyLangit, adalah keharmonisan. Ia menerima segalanya dan tempat di mana para cuara bersandar. Matahari yang memberi semangat, awan yang bebas, hujan yang menenangkan, kabut yang melindungi, badai yang berontak, dan petir yang menggelegar. Ryohei, Kyoy...