Chapter 7: Kabut dan Cincin

97 8 0
                                    

Rokudo Mukuro mempunyai masa kecil yang tak menyenangkan. Kau bisa berkata begitu ketika kau menyadari bahwa kau dijual oleh keluargamu sendiri-di mana seharusnya keluarga adalah tempat kau menerima kasih sayang dan cinta-dan menjadi salah satu korban eksperimen dari sebuah mafia famiglia, Estraneo.

Ia lahir di keluarga dengan perekonomian yang rendah. Untuk memenuhi kebutuhan mereka, ia dijual ke mafia dan vice versa, begitulah ia berada di sebuah sel dingin yang gelap selama dua tahun masa hidupnya. Ya, ia mengalami penderitaan dan sakit yang tak pernah ia rasakan, mengunjungi neraka sampai enam kali untuk mendapatkan kekuatannya, Paths of Hell atau Jalan Neraka, dan membangkitkan kekuatannya dengan apa yang mereka sebut sebagai Dying Will Flame.

Jujur, ia bersyukur karena ia yang merasakan semua itu.

Ia tak bisa membayangkan jika adik kembarnya, adik perempuannya, yang berada di tempatnya.

Begitulah ia bertahan dengan seluruh kekuatannya, dengan kebenciannya kepada mafia, dan keinginannya untuk balas dendam demi sebongkah kecil perlindungan yang bisa diberikannya kepada adiknya. Ia bertemu dengan dua anak lain yang memiliki nasib sama dengannya, Joushima Ken dan Kakimoto Chikusa, yang mana setelahnya menjadi pengikutnya.

Betapa marahnya ia ketika suatu malam, ia menemui kenyataan bahwa adiknya mengalami kecelakaan dan dibuang oleh kedua orang tuanya.

Malam itu, ia tertidur setelah eksperimen yang benar-benar melelahkan. Sebagai seorang ilusionis, ia memiliki kemampuan pikiran yang kuat, dan malam itu, entah mengapa, ia mengembara memasuki pikiran orang lain yang dikelilingi oleh kabut putih. Ia menelusurinya dan saat itulah ia mendengar suara gadis, suara yang dikenalnya degan baik.

"Tolong..." yang paling membuatnya geram, suara itu terdengar putus asa.

Mukuro segera bergerak menghampiri sumber suara itu, dan memasuki sebuah ruangan, yang ia ketahui merupakan salah satu sel rumah sakit dan menemukan Nagi, adiknya, terbaring di sana. Sebuah selang oksigen terpasang di wajahnya, salah satu matanya diperban dan ia bisa merasakan nafasnya yang tak beraturan.

"Nagi..." Mukuro berbisik dengan sedih. Ia bisa mendengarnya terkesiap.

"Mu-Mukuro-nii...?" suara itu berbisik dengan pelan dan penuh harapan. Mukuro bisa merasakan rasa sakit yang menghujam hatinya.

"Ya, Nagi-ku tersayang, ini aku, Mukuro." Ia berbisik. Ia mendengar suara tangisan, walaupun begitu wajah di depannya tak berubah sedikit pun. Seperti yang diduganya, ia berbicara dengan Nagi melalui alam bawah sadarnya.

"Mukuro-nii *hiks* Aku merindukanmu... Aku benar-benar merindukanmu..."

"Katakan padaku Nagi, apa yang mereka lakukan padamu?" Mukuro berkata dengan lembut, tetapi ia bisa merasakan amarahnya yang mulai naik.

"Ak-aku mengalami kecelakaan Mukuro-niii... *hiks* Mama dan Papa memilih untuk tak menolongku dan membiarkanku mati di sini... *hiks* *hiks*... dokter berkata bahwa aku membutuhkan transplatasi organ... aku takut..." Nagi berkata dengan pelan dan penuh dengan isak tangis. Mukuro bisa merasakan bahwa ia siap menyiksa kedua orang tuanyanya, bukan kedua makhluk bengis itu.

"Tenanglah, Nagiku tersayang... Aku akan segera menyelamatkanmu..."

Ia terbangun begitu saja. Tanpa menunggu apa pun, ia segera mematerialisasikan trident-nya dan mengeluarkan seluruh api kabutnya. Ken dan Chikusa yang satu sel degannya menatapnya dengan bingung.

"Kita akan keluar dari sini." Mukuro berkata dengan suara penuh amarah, kebencian dan dendam di dalamnya, membuat bulu kuduk Ken dan Chikusa berdiri. Ia segera menghancurkan pintu selnya dan dalam sekali percobaan ia menghancurkan apa saja yang ada di depannya.

The SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang