11. KEBETULAN

19.1K 1.3K 45
                                    


HAPPY READING!
🌈MODE REVISI🌈
𝐑𝐞𝐯𝐢𝐬𝐢 : 𝟒 𝐃𝐞𝐬𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟐𝟎𝟐𝟏 [𝟐𝟏:𝟎𝟖]








    Setelah kepergian Mita, Sella langsung pergi meninggalkan toko bahkan saat Tama bertanya pun tidak Sella hiraukan. Pikirannya kalut dia ketakutan. Ketakutan terbesarnya adalah bertemu dengan keluarga Diantoro. Sella belum siap dan dia merasa tidak akan pernah siap.

    Langkah kakinya melambat saat melihat seseorang di seberang sana sedang berdiri menatap dirinya datar. Sella ingin melangkah mundur namun, yang ada dia justru maju menghampiri orang itu.

    Terpaku menatap sosoknya yang bisa dikatakan terlihat kacau. Bukan sosok Rishan yang dia nikahi. Bukan seperti sosok suaminya yang gagah perkasa, melainkan sosok pria yang terlihat tidak terurus. Hanya dalam waktu satu bulan sudah membuat sosok Rishan seperti ini bagaimana jika satu tahun? Dan bukankah seharusnya pria ini baik-baik saja karena ada wanita pujaan hatinya yang selalu berada di sisinya. Bukan wanita seperti dirinya yang pembangkang dan egois.

    Masih dengan langkah pelan yang penuh dengan keraguan, Sella berusaha terlihat biasa saja. Dia tidak mau menimbulkan kesan janggal di sini.

    “Permisi,” ujar Sella saat langkahnya dihadang oleh Rishan. Sella menunduk tidak mau menatap Rishan barang sedetik pun.

    “Maaf? Ada perlu dengan saya?” Masih mendunduk dan berada di tempat yang sama.

    Tanpa diduga oleh Sella pria itu berlalu begitu saja memasuki mobilnya yang membuat Sella bertanya-tanya. Sella kira Rishan akan menyeret dirinya untuk ikut bersama atau bahkan memeluknya sebentar. Dan tindakan Rishan barusan membuat Sella melongo di tempat.

    “Kenapa konyol sekali?” Sella menggaruk pipinya yang tidak gatal.

    Tidak masalah! Setidaknya untuk saat ini Sella bersyukur dan aman dari Rishan. Semoga saja ini bukan permulaan.

    Kembali melanjutkan langkah kakinya yang sempat tertunda karena kehadiran Rishan. Jarak toko dan kontrakan miliknya tidak terlalu jauh. Bisa dijangkau jika berjalan kaki memakan waktu lima belas menit. Sella memang lebih suka jalan kaki ketimbang naik angkutan umum atau ojek. Bukan karena urusan hemat saja, melainkan bisa untuk olahraga.

    “Sampai!” desah Sella membuka pintu rumah kontrakan kecil miliknya.

    Menuju dapur untuk memasak makan malam nanti. Jika biasanya Agnes akan datang membawakan makanan hasil masakan tangannya, kini tidak lagi karena temannya itu harus menyelesaikan pekerjaan yang sempat tertunda. Sella juga berencana untuk mendatangi temannya. Bukan ke apartemennya, melainkan bertemu di suatu tempat. Mana mungkin Sella berani menghampiri Agnes di apartemen. Yang ada dia akan bertemu dengan Rishan.

    Karena unit meraka sama. Jadi tidak memutus kemungkinan Sella akan bertemu.

    “Masak apa enaknya?” Sella nampak berpikir. Jika ibu hamil kebanyakan mogok makan maka, tidak berlaku untuk Sella. Wanita ini makan dengan seenaknya saja tidak ada drama mual saat memasukkan makanan. Itulah yang membuat Sella santai dan nyaman untuk urusan perut.

    Dan juga Sella tidak mengalami ‘keinginan’ seperti wanita kebanyakan. Itu yang membuat Sella bersyukur. Seolah calon anaknya tidak ingin merepotkan Sella. Seolah tahu keadaannya.

Istri sang CEO [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang