HAPPY READING!
🌈MODE REVISI🌈
𝐑𝐞𝐯𝐢𝐬𝐢 : 𝟒 𝐃𝐞𝐬𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟐𝟎𝟐𝟏 [𝟐𝟏:𝟐𝟖]“Gue kira lo udah tidur, Sell,” ujar Agnes ketika membuka pintu.
Rumah kontrakan Sella memang memiliki satu kamar saja. Itu pun kecil tidak seperti rumah pada kebanyakan. Sella menyewa karena pada waktu itu hanya tersisa beberapa lembar uang saja. Masih untung boleh menyicil namun, setelah mendapatkan pekerjaan tidak pula membuat Sella meninggalkan rumah ini. Tidak ada rencana mencari tempat tinggal baru karena Sella sudah nyaman dan juga tetangga rumahnya yang ramah-tamah.
Menurut informasi yang Sella dapatkan bahwa rumah ini adalah milik seorang wanita waruh baya yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Memang diperuntukkan kepada orang yang mau menyewa sedang uang sewanya disumbangkan kepada tempat yayasan seperti masjid dan tempat ibadah lainnya. Itu yang Sella tahu dari beberapa tetangga sebelah. Selebihnya Sella cuek saja asal tidak ada yang mengganggu ketenangannya.
“Sudah selesai?” tanya Sella melampar selimut yang baru saja dia ambil di dalam almari.
Agnes menangkap cepat selimut yang dilemparkan oleh Sella sebelum sempat mampir di lantai. “Bos gue kasih libur!” cengir Agnes.
Perkataan Agnes membuat Sella membeku. Bos yang dimaksud Agnes adalah suaminya yang mana artinya seseorang yang tadi meneleponnya adalah Rishan.
“Kenapa?” Hanya kata itu sebagai respon Sella. Tatapannya terkunci pada sosok Agnes yang sudah merebahkan diri.
“Nggak usah tanya gue tanya aja ke orangnya langsung!” Sella mencebik mendengarnya.
“Sini lo!” Sella menggerutu tidak jelas jalan dengan hentakan kecil.
“Geser sini, Sell! Kasur lo kecil yang ada jatuh!” omel Agnes yang tidak Sella tanggapi.
Karena posisi ranjang yang kecil membuat mereka tidur saling menghimpit. Karena size ranjang khusus satu orang saja.
***
“Geser kanan saja, Nes!” ujar Sella memangku keripik pisang di pangkuannya.
Mereka berencana menonton DVD kartun kesukaan Sella namun, karena posisi antena yang sedikit miring membuat saluran televisi seketika dipenuhi dengan semut hitam. Sella sebagai si tuan rumah hanya menyuruh ini itu sedangkan Agnes yang sedari dua sepuluh menit yang lalu berdiri di depan televisi sesuai arahan Sella.
Demi ibu hamil dan seketika Agnes menyesal diberi hari libur oleh Rishan.
“Udah belum?!” sewot Agnes karena Sella hanya cekikikan saja tanpa berniat membantu.
“Matikan saja, deh! Nggak usah nonton kalau nggak ada gambarnya, Nes,” ujar Sella dengan entengnya. Bangkit membawa toples keripik menuju dapur.
Dengan respon Sella yang seolah ‘biasa saja’ sukses membuat Agnes mencebik ingin sekali mencakar Sella. “Semoga kalau gue hamil jangan kayak Sella!”
“Nikah aja belum udah mikirin hamil aja, lo!” tegur Sella membawa satu bungkus biskuit kesukaan Agnes. Kemarin waktu belanja Sella membeli banyak cemilan. Salah satunya cemilan kesukaan Agnes.
“Malam nanti nginap di tempat gue, dong, Sell!” Agnes merayu Sella dengan apik. Wajahnya nampak imut di depan Sella.
“Gue nggak mau cari mati.”
“Lo nggak akan gue kasih racun, Sell. Nggak usah lebay!”
Sella menghela napasnya kasar. Sudah sekali bicara dengan Agnes. Agnes memang setidakpeka itu. Dan Sella akui tidak seharusnya bicara dengan Agnes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri sang CEO [ENDING]
Romance⚠️WARNING⚠️ Cerita tersedia dalam bentuk paid di aplikasi Kubaca, Icannovel, Dreame, Bakisah, KBM, dan dalam masa produksi audio Pogo FM ⚠️ Judul dan penulis sama ⚠️ Bagaimana perasaanmu saat akan melamar kerja justru lamaran pernikahan yang kamu d...