39. JANGAN DIGIGIT

15.9K 755 41
                                    

HAPPY READING!
🌈MODE REVISI🌈
𝐑𝐞𝐯𝐢𝐬𝐢 : 𝟐𝟖 𝐃𝐞𝐬𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟐𝟎𝟐𝟏










     “Boleh, ya?”

     Sella meneguk salivanya dengan susah payah, dia memalingkan wajahnya saat merasakan deru napas Rishan yang terasa dekat di depan wajahnya.

     “Saya ... ingin. Sekali saja, Sella,” ujar Rishan dengan permohonan penuh.

     Sella menggigit bibirnya keras menimbulkan bibir bagian dalam mengeluarkan darah segar.

     “Jangan digigit,” kata Rishan menyapukan ibu jarinya di bibir Sella dengan lembut, takut menyakiti wanita itu.

     “P-pak ...,” cicit Sella saat Rishan semakin menekan inti tubuhnya membuat Sella tersentak karena sesuatu yang menonjol menyentuh perut bagian bawahnya. “Saya lagi hamil, lho,” ujar Sella. Dia memberanikan diri meletakan kedua telapak tangannya di dada bidang pria itu guna menahan, memberikan jarak di antara mereka.

     Rishan menghela napasnya pelan. “Selama dokter tidak melarang itu tidak masalah, Sella. Kamu mau menghindar sampai mana lagi, hem?” Rishan membelai pipi mulus Sella. Dia bisa merasakan suhu badan Sella memanas, nampak berkeringat. Belum lagi badannya ikut menegang saat mendapati ketegangan dari wanita itu.

      “Boleh?” tanya Rishan sekali lagi.

     Sella menimbang lebih lama lagi baik buruknya, dia juga sedang dalam mode ngambek dan sekarang Rishan berlaku seolah tidak peka.

     “Mending Bapak mandi saja dulu, deh, biar enakan juga, ‘kan? Gimana?” Sella menyentuh lengan berotot pria itu dengan sedikit remasan membuat Rishan mendesis merem melek.

     “Sialan baru disentuh aja saya sudah tidak tahan,” batin Rishan menahan diri. Dia menatap Sella dengan anggukan pelan. “Saya mandi dulu.”

     Sudah lepas.

     Sella merasa beruntung untuk beberapa menit yang lalu, tapi untuk menit berikutnya dia tidak bisa menjamin dirinya akan selamat.

     “Alasan apa, dong? Gue nggak siap kalau hati dan pikiran lagi pusing kayak gini.” Sella mondar-mandir di depan cermin besar yang menampilkan full body-nya.

     Sebuah ide cantik mampir di otaknya. Dia mengambil selimut dan membawa ponselnya. Berjalan keluar mengendap-endap dari kamar utama. Lalu, ketika sudah berhasil keluar tak lupa pula Sella masuk ke kamar sebelah dan menguncinya.

     “Aman, ‘kan?” tanya wanita itu memegang dadanya yang bergemuruh. Dia hendak menghabiskan waktu dengan menonton film saja daripada makan hati.

     ***

     Tadinya Sella hendak membangunkan suaminya itu. Namun, belum sempat dia justru dikejutkan dengan kondisi kamar yang masih nampak rapi seolah penghuni kamar ini tidak menempati ranjang. Melihat sofa pun masih sama bersihnya.

     Jadi ke mana perginya pria itu di pagi buta gini?

     Sella sudah tidak bisa berpikiran positif, tapi dia tetap mengecek toilet yang juga sama bersihnya. Lantainya masih kering.

     “Ke mana pak Rishan? Masa iya pagi buta kayak gini udah pergi ke kantor?” gumam Sella. Dia menutup pintu toilet dengan pelan. 

     “Ini nggak ada kaitannya dengan penolakan gue semalam, ‘kan? Kenapa dia pergi secepat itu, ya? Tanpa pamitan juga,” lirih Sella. Dia duduk di pinggir ranjang. Memikirkan ulang penolakannya semalam. Memang, sih, Sella merasa tidak nyaman jika berhubungan dengan kondisi dirinya yang sedang bimbang.

Istri sang CEO [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang