12. Bukan siapa-siapa

74 20 58
                                    

Happy Reading!! Semoga waktu anda terbuang ✨sia-sia✨!! HAHAHAHA😈

Delisa masih berada di dalam mobil yang terparkir di depan sekolah SMA Arjuna 1. Sudah lumayan sepi di sana.

Delisa nampak melihat-lihat satu persatu orang yang keluar dari sekolah. 

Ia bergumam, "Nih gue nungguin siapa ya? Si Tiara? Cindy? Atau nungguin si Aldi? Lah, Aldi kan udah satu sekolah sama gue. La terus gue nungguin siapa dong?"

Bego emang. Niatnya ke sini hanya untuk melihat-lihat saja. Entah melihat apa. Ia hanya rindu saja dengan dirinya dan keadaannya yang dulu.

Matanya menyipit menangkap objek seseorang. Ia melihat Wendi dan Cindy sedang berboncengan. Sudah menjadi rutinitas bagi keduanya untuk pulang bersama. 

"Gue kangen ngeledekin kalian," gumam Delisa.

Tak lama ia menemukan Tiara sedang menunggu seseorang. Ternyata dari arah parkiran dalam sekolah, Dewa membawa motor dan berhenti di depan Tiara. Tentu saja mereka pulang bersama. 

"Lancar ya, pdkt-nya. Dulu aja kalo dijodoh-jodohin ngelak. Kemakan omongan sendiri kan." 

Delisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia menghela nafas panjang. 

Dari arah belakang, ia melihat Aldi dan teman-temannya mengendarai motor ke arah samping sekolah. Pasti mau nongkrong ke warungnya mbok Mumun. Memang warung kopi langganan mereka adalah warung kopi milik mbok Mumun.

Delisa turun dari mobil dan berjalan menuju samping sekolah. Ia melihat motor Aldi dan teman-temannya sudah terparkir rapi disana.

Ia berdiri tak jauh dari warung mbok Mumun. Aldi dan teman-temannya tidak menyadari kehadirannya. Ia  pun melihat Aldi merokok.

Perlahan tapi pasti, Delisa mendekat ke arah Aldi. Reflek, Delisa mengambil putung rokok yang akan dihisap Aldi. Ia lempar ke bawah dan ia injak-injak. Tentu saja mereka tidak menyangka.

"Apa-apaan lo?!" ujar Aldi. 

Ia mendongak, menatap tidak suka pada gadis yang berdiri di sampingnya.

"Kok lo nyebat sih?" tanya Delisa. 

"Emang apa urusannya sama lo!" 

Delisa mundur satu langkah meneguk ludahnya. Jantungnya berdegup kencang.

"Ya gue tanya, ngapain lo nyebat?" ucapnya mencoba terlihat tenang.

"Ya kalo gue ngerokok terus kenapa? Apa hubungannya sama lo?"

"Rokok itu bikin lo sakit," jawab Delisa.

"Terus kalo gue sakit kenapa? Lo siapa ngatur-ngatur gue? HAH?"

"Gue emang bukan siapa-siapa lo, tapi.." Delisa menjeda. 

"Tapi, ngerokok itu nggak sehat, bikin lo sakit. Emang lo mau sakit? Lo mau mati?"

Aldi makin menatap tajam pada Delisa dan tak habis pikir.

"Dari kemarin, gue lihat-lihat lo sok kenal banget sama gue."

"Lo tertarik banget sama kehidupan gue?"

"Lo mau cari muka di depan gue?"

Delisa diam tak terfikirkan akan menjawab apa.

"Al, udah-udah," ucap Jino menarik bahu Aldi untuk sedikit mundur.

Aldi melihat nametag di seragam Delisa.

"Sellyn, gak usah sok akrab, gue gak tertarik sama lo," ucap Aldi menusuk jantung, paru-paru, ginjal Delisa.

Aldi langsung meninggalkan Delisa dan mengendarai motornya.

NOT SHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang