●●●
jeffrose_'s present
●●●
MATA besar Hendery mengerjap saat itu juga. "Apa kau yakin telah berkata jujur?"
Hendery dapat melihat bibir Dejun bergetar sedikit. Ia menjawab dengan gugup. "I—iya..."
"Lalu kenapa," Hendery menggenggam tangan Dejun dan menekannya di dadanya sendiri, "besi itu ada padamu?"
"Besi itu—" Dejun menelan ludahnya sendiri. "Besi itu memang ada padaku, Pak. Mereka sendiri yang menyerahkannya padaku untuk mencungkil jeruji sel tahanan."
"Besi itu berlumuran darah!"
"Besi itu memang sudah berlumuran darah saat diserahkan padaku, Pak." Suara Dejun terdengar hampir menangis. "Aku yakin mereka mengambilnya dari salah satu peralatan Brutusist."
Hendery duduk lagi di tempatnya. Wajahnya kosong. Malam itu memang sangat gelap. Yang ia lihat hanyalah seonggok besi yang berlumuran darah, ia tidak tahu apakah darah itu adalah darah baru atau bukan. Ia lalu berdiri lagi dan menatap Dejun lekat-lekat.
"Kau tahu sendiri akibatnya jika berbohong, Dejun," katanya tajam. "Besi itu pasti sedang diperiksa sekarang. Jika memang ada darah Giusseppe di sana, kau akan mati saat itu juga."
Dejun mengangguk lambat-lambat. Hendery lalu meraih tangannya lagi dan, entah dorongan dari mana, menciumnya. Sekujur tubuh Dejun berjengit.
"Kau mengerti sekarang," ujar Hendery pelan. "Aku percaya padamu. Aku sangat mempercayaimu. Jadi tolong—jangan berbohong kepadaku. Katakan semua dosamu, katakan saja, tidak apa. Aku akan mengerahkan seluruh tenagaku untuk membelamu."
Dejun belum pulih dari rasa kagetnya saat Hendery datang dan mengecup keningnya.
"Dan tolong—jangan mati. Jangan meninggalkanku. Tolong."
●●●
Lucas ada di belakang pintu kamar rawat Dejun saat itu terjadi. Ia memejamkan matanya.
"Berhentilah bersikap seperti santo, Lucas. Aku harap kau akan mengerti bahwa aku bukanlah yang bersalah di sini."
"Tapi kau membunuhnya, Honoria! Kau berharap aku akan membelamu meskipun kau telah menghabisi nyawa seseorang?!"
"Ya! Aku berharap kau akan membelaku! Aku harap kau akan terus membelaku karena tua bangka itu—tua bangka itu—"
"Kau sudah mengurusi semua biayanya?" Itu Hendery yang baru keluar. Sikapnya yang acuh tak acuh entah kenapa selalu berhasil menenangkan keadaan hati Lucas.
"Sialan kau. Menghubungiku hanya untuk mengurusi biaya rumah sakit," gerutu Lucas, namun dengan diselipi nada lega.
"Kau, 'kan, kakakku."
"Jangan bersikap manis padaku."
Mereka berjalan dengan lambat bersama-sama menuju ruang rawat Hendery.
"Kau dan laki-laki itu—" Lucas menahan kata-katanya di sana.
"Seperti kau dan Honoria Jewels," tambah Hendery dengan nada ringan.
"Dan kau tidak mau dia berakhir seperti Honoria," kata Lucas dengan murung.
"Lebih tepatnya," Hendery tersenyum bangga, "aku tidak mau membuatnya berakhir seperti Honoria Jewels."
Langkah Lucas terhenti.
Hendery ikut berhenti. "Tentu saja kau tidak mau mengingat kenangan buruk itu. Maafkan aku," ujarnya tanpa rasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil's Advocate ● HenXiao ●
FanficMereka memang menyatakan diri sebagai pembela, namun dengan misi dan kredo yang jelas amat berbeda. ●●● jeffrose_'s present A HenXiao Fanfiction