●●●
jeffrose_'s present
●●●
"DIA mati katamu?!"
Pengacara Giusseppe, seorang wanita berumur 38 tahun dengan penampilan efisien dan kacamata berbingkai bulat kecil dan tampak menggantung di tulang hidung khas Eropa, memandang Hendery dengan ekspresi sudah-tahu-masih-saja-tanya.
Penjara kepolisian Providence begitu sepi sehingga rasanya setiap ketukan dari sol sepatu Hendery terdengar bergema. Hanya ada empat orang di sana. Selain pengacara Giusseppe, tiga lainnya merupakan polisi tak berseragam.
"Wajahnya hancur, tapi dapat dipastikan. Dia memang Giusseppe," ujarnya.
Kaki Hendery lemas rasanya. "Kemana dua orang lainnya?"
"Ada kemungkinan seseorang atau beberapa orang ditenggelamkan. Ada bekas sesuatu yang berat diseret menuju Danau Providence."
Sejenak, Hendery teringat akan pria Alabama yang ia wawancarai tempo hari. Pria yang menyerang dan mencekik Dejun sedetik setelah kedatangannya ke ruang interogasi. Pria yang dari sorot matanya saja sudah menjelaskan kebencian yang mendalam pada si pengkhianat Brutusist tersebut.
Hendery menghela nafas gusar.
●●●
"Lagipula kenapa kau tiba-tiba datang ke rumahku pagi-pagi buta begini, sih? Apa tidak bisa menunggu sampai nanti saja di kantor?"
Yangyang yang masih memakai piama kuning cerah itu mengusap sudut matanya, berusaha keras untuk tidak tertidur. Di meja depannya, rangkuman-rangkuman kasus Yuna Shin menumpuk dan berjejer bagai benteng kokoh sebuah kastil. Pemuda mengantuk itu sudah berulang kali melakukan kesalahan ketika melaksanakan tugas yang diperintah oleh Lucas.
"Kau tidak akan lulus ujian jika masih tidur jam segini," ujar Lucas dengan bijak.
"Jam berapapun aku tidur rasanya tidak berpengaruh."
"Diamlah. Akan kuberi kau tips lulus setelah ini."
"Kau selalu berkata begitu dari setahun yang lalu, tetap saja aku tidak lulus-lulus."
Lucas mengabaikan keluhan Yangyang yang terakhir itu. "Jadi menurutmu apa yang bisa kita lakukan?"
"Menurutku," Yangyang meregangkan jari-jarinya yang kaku karena terus menulis selama satu jam lebih, "kita harus melakukan sesuatu."
"Aku sudah lebih dari melakukan sesuatu, sialan."
"Kalau begitu kenapa bertanya?"
Lucas menghela nafas gusar. "Kita harus mencari bukti-bukti lain. Sedangkan Yuna sendiri tidak ingat apapun dari malam itu."
"Mungkin kau bisa mengunjungi Brown," cetus Yangyang, "dan mewawancarai teman-teman Hangyul Lee."
Mata Lucas melebar. "Astaga, benar juga. Kenapa aku tidak berpikir ke sana?"
"Sebelum ini kau sibuk mencaci maki para rumah sakit, ingat?"
"Tapi, Yangyang," Lucas menegakkan punggungnya, "apa kau sendiri tidak mendapatkan informasi tentang orang itu?"
Yangyang berdecak kesal. "Aku sudah memberikan salinan laporan tentang itu kepadamu."
"Masa?"
Yangyang lalu melempar sebuah map berisi tiga lembar kertas pada Lucas. "Aku memberikannya setelah Hendery mendapat panggilan dari Changkyun Im. Kurasa kau tidak fokus saat itu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Devil's Advocate ● HenXiao ●
FanfictionMereka memang menyatakan diri sebagai pembela, namun dengan misi dan kredo yang jelas amat berbeda. ●●● jeffrose_'s present A HenXiao Fanfiction