9. Komunikasi

356 105 76
                                    

●●●

jeffrose_'s present

●●●

MATA Hendery mengerjap sekali ketika sosok lelaki berbaju tahanan itu dibawa. Sosok itu begitu pucat, tegang, mata dan pipinya cekung, serta rambutnya kusut dan kaku tak disisir. Hendery terpana. Sosok itu adalah Dejun, namun sama sekali tidak mirip dengan Dejun.

Sipir penjara yang mengantar membuka borgol yang menjerat tangan Dejun dan sang tahanan langsung menggerak-gerakkan tangannya yang terasa kebas. Setelah itu, sipir tersebut mengangguk pada Hendery dan pergi ke luar.

"Selamat pagi, Pak Pengacara," sapa Dejun sambil tersenyum.

Hendery tak membalas sapaannya. Ia menarik kursi untuk diduduki kliennya tersebut. "Mereka tak memberimu makan?"

Dejun kemudian duduk di kursi tersebut. "Tentu saja mereka memberiku makan."

Hendery mengeluarkan sisir dari saku di balik jasnya dan pelan-pelan mulai menyisir rambut Dejun. "Kau sudah tahu sidangmu akan dilaksanakan seminggu lagi?"

Dejun meringis ketika rambut kusutnya diterobos sisir Hendery. "Ya, aku sudah tahu."

"Fernando akan disidang besok," ujar Hendery sambil merenung. "Pengacaranya tidak bagus."

"Giusseppe," Dejun mengoreksi. "Menurutmu hukuman apa yang akan ia jalani?"

Hendery menghentikan gerakan sisirnya dan meletakkan dagunya di pucuk kepala Dejun. "Dia tidak akan dihukum mati," katanya. "Tapi dia tidak bisa bebas dari penjara."

"Kenapa?"

"Sudah kubilang pengacaranya tidak bagus," Hendery terdengar jengkel. "Pengacara yang ditunjuk hakim tidak ada yang bagus. Mereka semua hanya 'melaksanakan tugas' tanpa benar-benar menghayatinya."

Bagi Dejun, ungkapan itu terdengar lucu. "Lantas apakah kau menghayati pekerjaanmu, Pak?"

Hendery menegakkan tubuhnya lagi. "Ya," katanya dengan mantap. "Aku menghayatinya."

"Ten berkata kau dijuluki 'Pengacara Koruptor'. Apa itu salah satu pencapaian penghayatanmu?"

"Kau menyindirku, Dejun."

Dejun tertawa kecil. "Beruntungnya kau," katanya, "yang menghayati pekerjaanmu. Aku menebas kepala orang tanpa penghayatan sama sekali."

"Pernyataan yang bagus. Aku bisa menulisnya untuk naskah pembelaan."

Keduanya berhenti berbicara. Ruangan tempat mereka bertemu begitu putih, begitu terang oleh sinar matahari yang masuk dari celah-celah ventilasi. Dejun duduk menghadap ventilasi tersebut, matanya menyipit silau. Tiba-tiba dadanya terasa sesak. Mungkinkahㅡmungkinkah dirinya dapat menikmati sinar matahari seperti ini lagi? Ataukah seumur hidupnya akan ia habiskan mendekam di penjara?

"Jika ada satu pertanyaan," Hendery berjalan mengitari Dejun dan duduk di kursi depannya, "mengenai siapa antagonis dalam hidupmu, apa jawabanmu?"

Kelopak mata Dejun bergetar sedikit saat terangkat. Ia kini berhadapan dengan mata Hendery sekali lagi. "Akuㅡtidak tahu," ujarnya yang lebih mirip gumaman.

Devil's Advocate ● HenXiao ●Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang