16. Kesempatan Kedua

283 77 82
                                    

●●●

jeffrose_'s present

●●●


"KAU yang menemui Yuna kemarin?!"

Yangyang mengangguk tak acuh, mengabaikan kerutan-kerutan emosi di dahi Lucas.

"Salahmu sendiri tidak mengangkat telepon kemarin."

"Aku sedang menyetir!"

"Lucas," Winwinㅡseperti biasaㅡmemotong kalimat Lucas ketika pria itu sedang mengomel. "Yuna Shin memintamu mendatanginya lagi hari ini."

Lucas melenguh panjang sampai terdengar seperti sapi yang kekenyangan di musim panas. "Dia pasti kesal karena kau datang kemarin!"

Yangyang hanya tersenyum mencemooh sambil memandang teduh kepergian pengacara itu.

"Dia benar-benar merasa bersalah, ya?" katanya datar.

"Bersalah terhadap apa?" tanya Winwin.

"Honoria Jewels," ujar Yangyang pelan. "Dia masih belum bisa melupakan Honoria Jewels."

Winwin menghentikan ketikannya. "Yangyang..."

"Tidak apa." Yangyang mengangkat tangannya. "Ini wajar. Gadis itu klien pertamanya, sangat cantik, dan meninggal ketika rasa mereka masih menggebu-gebu. Amat wajar jika sampai sekarang ia masih belum melupakannya."

"Menurutmu apakah dia menolong Yuna Shin dengan tulus? Maksudku bukan karena dia menganggap Yuna Shin sebagai Jewels atau sebagainya," tanya Winwin.

"Entahlah," kata Yangyang. "Tapi bagaimanapun aku yakin sekali, di kasus ini, dia akan menang."

●●●

Bola mata Dejun seakan berputar saat didudukkan di kursi terdakwa. Meja di hadapannya telah menyediakan beberapa lembar kertas dan satu pena. Di sana Dejun harus menuliskan autobiografinya.

"Buat kisahmu semenyedihkan mungkin agar para juri iba." Begitulah nasihat Hendery yang penuh dengan strategi. Kala itu Dejun hanya dapat mengangguk. Ia selalu mengangguk di depan Hendery agar pengacara itu berhenti memberi nasihat-nasihat cemerlang yang mustahil dilakukannya.

Sementara itu, sang pengacara bersama Yang Mulia Jaksa tengah memilih juri yang sebelumnya telah dikarantina untuk keperluan kasus Brutusist. Sidang ini tidak dilaksanakan secara ideal karena seharusnya para juri akan dikarantina lagi setelah dipilih, tapi dalam kasus Brutusist tidak, kata Hendery.

Persetan, maki Dejun dalam hati. Ideal atau tidak, sidang di mana kau ditempatkan di kursi terdakwa tetap akan membuatmu mual.

Hendery menoleh ke arahnya sebentar, dan tersenyum.

'Astaga, mengapa orang itu harus tersenyum?' Dejun menenangkan hatinya yang sudah tidak keruan dihantam perasaan-perasaan kelabu.

Ia akan diajak Hendery ke lapangan parkir itu lagi, dan melihat matahari terbenam itu lagi. Maka dari itu, ia harus menulis autobiografinya semenyedihkan mungkin agar para juri iba, meskipun Dejun yakin tidak mudah membuat iba 12 orang asing dengan isi kepala berbeda.

Devil's Advocate ● HenXiao ●Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang