07. Semua Laki-laki Sama Saja

1.4K 219 10
                                    

Niat hati menghabiskan waktu di kamar sembari bermalas-malas ria, Renjun harus rela angkat kaki membawa tubuh mungilnya menuju kafe sederhana dekat tempat tinggal Donghyuck. Di antara mereka bertiga memang hanya Donghyuck yang sengaja memilih tempat tinggal berada dekat dengan berbagai tempat makan mengingat anak itu punya cinta rahasia dengan makanan.

Mengetukan jari sembari memperhatikan lalu lalang dalam kafe sama sekali tidak mengurangi rasa bosannya dalam menunggu sang bintang hari ini. Berbeda dengan Donghyuck yang sudah asik melalap sedikit demi sedikit menu pembukanya demi menghabiskan waktu.

"Ada apa lagi dengan Yangyang dan kekasihnya?" Tanya Donghyuck setelah menelan makanannya.

"Bukan Yangyang, tapi apa lagi ulah yang Jaemin lakukan."

Renjun sama sekali tak habis pikir dengan perilaku Jaemin. Beberapa waktu belakangan ini pemuda kerap kali membuat Yangyang kesal hingga menangis. Keluhan demikian juga datang dari Jeno yang sempat bercerita akan rasa kesalnya terhadap tingkah laku Jaemin yang semakin hari semakin memancing emosi.

Pernah suatu malam saat ia dan Jeno tengah melakukan panggilan video, bercerita bagaimana hari-hari mereka dan memamerkan Yogurt juga Cherry yang ternyata diam-diam saling menaruh perhatian - harus terhenti sebab Jaemin tiba-tiba datang dengan pakaian lusuh dan memar biru di wajah. Jeno jelas kaget bercampur panik, Renjun pun demikian. Mendengar bagaimana pertanyaan yang Jeno lontarkan, ringisan dan jeritan aneh membuat Renjun paham betapa mengenaskannya kekasih Yangyang tersebut. Walhasil panggilan video mereka harus terhenti karena Jeno perlu mengobati Jaemin juga menenangkan Yogurt yang mengonggong ketakutan melihat wajah si Na.

Itu belum seberapa, tak perlu waktu lama Renjun mendapati Yangyang menangis karena kesal melihat Jaemin yang datang ke tempat tinggalnya dengan tangan penuh luka. Belum lagi lutut juga dahi pria itu berdarah, Renjun sampai ngilu sendiri melihatnya. Hal yang mengesalkan adalah Jaemin hanya tertawa tidak menjelaskan apapun pada Yangyang perihal luka-lukanya.

"Apa lagi yang kamu lakukan Na Jaemin?!" Renjun meringis sendiri begitu melihat Yangyang menaruh kapas yang telah diberikan cairan antiseptik pada tangan Jaemin. Kalau itu Renjun ia pasti sudah menangis sambil menjambak rambut Yangyang, kalau itu Jeno -ah bicara soal Jeno anak itu sedang tertidur dengan wajah pucat serta keringat dingin. Renjun maklum, kekasihnya ini harus memapah Jaemin yang penuh luka -serta darah tentu saja ke tempat Yangyang.

Jagoannya hebat.

Sekarang, entah keonaran apalagi yang pria itu lakukan pada dirinya sendiri sampai membuat Yangyang menangis kesal.

"Ayo bertaruh. Kali ini tingkah aneh apa yang Nana lakukan." Dengan acuh Donghyuck menyampaikan permintaannya. Jauh dalam lubuk hatinya ia bersyukur karena Mark termasuk orang yang hati-hati. Walau terkadang ceroboh namun turun tangan dalam adegan perkelahian tak pernah masuk dalam pilihan Mark.

"Tidak ada yang bisa menebak tingkah laku Nana. Bahkan Yangyang sekalipun."

Donghyuck mengangguk setuju. Na Jaemin terlalu random untuk manusia normal seperti mereka.

"Kalau Mark bilang semua karena pergaulan mereka Ren. Lingkungan tempat mereka tumbuh membiasakan mereka melihat kekerasan sejak dini." Dahi Renjun mengerut heran, ia tentu paham maksud Donghyuck akan lingkungan tempat Jaemin tumbuh. Bahkan Jeno pun tumbuh bersama dengan anak itu hanya saja jika melihat bagaimana Jeno-nya sekarang rasanya agak sangsi untuk setuju atas pernyataan Donghyuck barusan.

"Jen-"

"Tidak terkecuali Jeno. Memangnya apa yang membuat Jeno takut darah kalau tidak berhadapan dengan sesuatu yang berhubungan dengan darah? Ren, papanya Jeno itu seorang mafia. Dia pasti punya RPM."

MA. FI. ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang