Cetak tebal miring : suara hati Jaemin
***
Tidak pernah satu haripun Jeno lewati tanpa membatin dan berdoa agar ia selalu selamat dan bahagia sejak pertama kali mengenal Jaemin. Ada aja hal-hal aneh yang anak itu lakukan dan berimbas padanya. Dulu sewaktu masih sekolah, mereka memang tidak satu sekolah namun berita tentang kegiatan aneh seorang Na Jaemin pasti sampai ke telinganya. Saat sedang asik makan di kantin, ada saja yang mendatanginya untuk memberi kabar kalau anak dari Paman Na itu sedang tergolek di unit kesehatan dengan wajah penuh luka. Alasannya apa lagi kalau bukan iseng mengganggu kekasih orang yang menurutnya lucu.
Kalau itu belum cukup, pernah suatu ketika Jeno yang pusing atas ujian hariannya harus berlari ke depan sekolah yang jaraknya cukup menguras tenaga perkara Jaemin rindu. Iya, Jaemin rindu Jeno, ia rindu bermain bersama Jeno, memacu kuda besi bersama. Masalahnya Jaemin itu sedang demam karena semalam ia nekat bermain hujan.
Jadi kalau sekarang ada saja hal aneh yang Jaemin lakukan seharusnya Jeno tidak perlu heran. Ia hanya perlu maklum dan memahami keadaan lalu bersabar seperti biasanya. Namun sepertinya hari ini Jeno harus menambah lagi stok kesabarannya karena kehadiran Jaemin di antara ia dan Renjun.
Kalau tidak ingat ada Renjun dan betapa kejamnya serta teganya Jaemin pada Yogurt, mungkin anak itu sudah Jeno tendang dari dalam mobilnya.
"Mau apa ya Na Jaemin?" tanya Jeno sambil memundurkan mobilnya, ia terlihat sangat sebal dengan kehadiran Jaemin yang duduk di bangku penumpang. Seharusnya tadi ia ajak saja Johnny hyung dan Yuta hyung untuk pulang berempat dengannya dan Renjun.
Tak apa deh harus menahan diri mendengar ocehan Johnny dan Yuta hyung, aduan mereka pada Renjun terhadap sikapnya lebih menyenangkan untuk didengar daripada harus menambah stok kesabaran menanggapi Jaemin yang banyak tingkah unik.
"Aku rindu Yangyang." Jawab Jaemin sambil menyandarkan diri, menutup mata berusaha untuk istirahat sejenak. Sudah seminggu ini ia menghabiskan waktu untuk mengerjakan laporan penelitian tanpa belaian kasih Yangyang.
Ya aku kan jadi kekurangan asupan energi.*
"Salah siapa ya membuang dua puluh ekor anak-anaknya Yangyang?" Tadinya Jeno mau mengomel lebih panjang lagi tapi ia berhenti kala Renjun memegang tangannya sembari menggeleng. Renjun memberikan kode pada Jeno untuk membelikan Jaemin satu cup kopi agar moodnya membaik dan Jeno setuju. Akan lebih baik mendapati Na Jaemin dalam kondisi sugar rush daripada menghadapi mood nya yang buruk.
Menyebalkan.
"Jaemin,"
"Iya Renjun,"
"Sudah menghubungi Yangyang?" Tak terdengar jawaban apapun dari Jaemin selain helaan nafasnya. Jeno mengintip dari kaca tengah dan mendapati Jaemin mengusap wajahnya lemah.
Aduh kasihan sih tapi ya sukurin lah, siapa suruh nakal.
"Kata Yangyang aku hanya boleh menghubunginya kalau dia menghubungiku terlebih dahulu. Perkara anak-anaknya Yangyang sudah aku ganti ya Jeno."
"Kau menggantinya?" Jaemin mengangguk.
"Dua puluh ekor?"
"Dua puluh tiga. Aku baik kan." Jeno mendengus mendengarnya. Bonus tiga ekor bukan apa-apa, kalau dia berikan Yangyang satu kolam ikan nah, baru baik.
Mobil Jeno berbelok memasuki sebuah kedai kopi kenamaan, mereka berhenti untuk antri drive thru, "Lalu sekarang masalahnya apa Jaem?" Jeno menolehkan tubuhnya ke belakang dan mendapati Jaemin sedang merebahkan tubuhnya malas. Sebelah tangan memutupi matanya dari sinar matahari walau jendela mobil Jeno sudah cukup gelap. Helaan nafas Nana -panggilan sayang papa pada Jaemin, terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MA. FI. A
FanfictionMenjadi putra semata wayang dari ketua Mafia tak lantas membuat Jeno menjadi sosok bertangan dingin. Lee Jeno adalah seorang laki-laki yang penakut dan gemar bermain kucing. Ia juga nekat pulang malam sampai mengajak anak lawan ayahnya untuk membolo...