p;s
*cetak miring : suara hati Yogurt
cetak miring bold : suara hati Jeno
...
Jeno mau marah, menangis, mengamuk, hingga murka begitu ia tahu jika hujan tengah menyapanya. Biasanya ia senang sekali kalau hujan datang menyapa pagi harinya, karena bisa jadi hari itu bisa bergelung manja dalam selimut lalu menjadikan hal tersebut sebagai alasannya untuk tidak masuk kuliah.
Tapi masalahnya, hari ini adalah hari yang paling dia tunggu-tunggu. Selama satu minggu ia berusaha mempersiapkan diri demi hari ini, mencari baju yang paling bagus untuk memberikan kesan baik bagi sang pujaan hati, belum lagi semalaman dia sudah membuat Johnny dan Yuta repot membantunya mencari cara bagaimana membuat wajah tak bengkak paska menangis semalaman bersama papa.
Jeno siap lahir batin dunia akhirat untuk menghabiskan waktunya dengan calon kekasih. Sayang, dunia nyata tak seindah harapan.
Memandang kesal ke arah jendela kamar yang menampilkan bulir-bulir hujan lengkap dengan air mata yang nyaris mengalir karena menahan marah, Jeno memendang asal selimut dan bantalnya demi menyurutkan sedikit saja emosinya.
"Astaga! Kenapa sih?! Aku hanya mau berkencan dengan Renjun, bukan menculiknyaaa." Oceh Jeno sembari menyembunyikan wajahnya di balik bantal. Ia sudah menungging dengan kedua kaki sibuk menghentak-hentak tempat tidur sementara kedua tangannya menarik rambut-rambutnya kesal.
"Tuhaaan mengapa hujannya malah tambah deras sih?! Aaaargh!"
Pemandangan Jeno yang bergumun di atas tempat tidur menarik perhatian Yogurt. Si gumpalan putih itu tadi baru saja bangun, sembari mengulet juga menguap ia malah mendapati majikannya seperti manusia aneh, berteriak tidak jelas dan menggeram. Ini adalah pagi yang dingin dan tenang dimana seharusnya mereka bersantai bersama dalam selimut.
*Jeno hooman ini memang aneh tapi aku sayang.
Keempat kaki imut Yogurth terhenti di sisi tempat tidur Jeno. Ia berusaha mencerna apa yang sedang majikannya lakukan, apakah itu hal yang menyenangkan atau tidak. Apakah di bawah benda putih empuk itu ada cookies kesayangannya? Mengapa Jeno menyembunyikan wajahnya di sana?
"Guk!"
Panggilan Yogurt barusan membuat Jeno berhenti menghentakan kaki beralih melihat ke arah peliharaannya. Si putih nan gempal yang senang asik memiringkan kepalanya gemas, membuat hati Jeno menghangat dan secara tiba-tiba menjatuhkan diri di depan sang peliharaan. Menyusut hidungnya yang berair, Jeno membawa Yogurh dalam pelukan untuk kemudian menangis karena kesal.
"Hiks.. Aku kesal Yogurt, kesal benar-benar kesal. Hiks.." dan beragam keluh kesahnya pada hujan hari ini. Yogurt hanya pasrah saja menerima pelukan, tangisan juga ingus Jeno menempel di bulu-bulunya, toh ia pun merasa nyaman-nyaman saja. Sesekali ia akan menyaut dengan gonggongannya yang ditimpali Jeno dengan suaranya geraman dalam tangisnya.
Begitu terus sampai-sampai ia sendiri tak sadar jika adegannya barusan sudah menjadi tontonan tiga orang yang sejak tadi berdiam diri menahan tawa di depan pintu kamarnya. Bukan, itu bukan Renjun yang datang secara mengejutkan ke rumah Jeno melainkan Jaemin, Yuta dan Johnny.
"Yang seperti ini mau mengencani primadona UKM Radio?" Jaemin bertanya dengan nada skeptis bersamaan dengan gigitan pada roti isi miliknya.
"Iya, yang seperti ini kemarin habis bertaruh mau memberikan nyawa pada calon kekasih." Timpal Johnny dengan secangkir americano hangatnya.
"Renjun betul sudah mengetahui kalau Jeno itu anak Mafia kan?" Tanya Yuta yang dibalas dengan anggukan pasti dari Jaemin. Roti isi kekasihnya Yangyang itu sudah tinggal setengah, ternyata seru juga menonton adegan picisan majikan dan peliharaanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MA. FI. A
FanfictionMenjadi putra semata wayang dari ketua Mafia tak lantas membuat Jeno menjadi sosok bertangan dingin. Lee Jeno adalah seorang laki-laki yang penakut dan gemar bermain kucing. Ia juga nekat pulang malam sampai mengajak anak lawan ayahnya untuk membolo...