p;s :
** cetak miring : suara hati Yuta
* cetak miring : suara hati Johnny
...
Johnny menahan nafasnya dalam sedangkan Yuta berusaha keras agar keringat yang membasahi dahinya tak turun dan mengenai mata. Ia sama sekali tak berani bergerak barang seujung kuku-pun di hadapan tuan besar yang satu ini. Bos besar mereka, papanya Jeno.
Pagi tadi selepas sarapan setelah Jeno bermain keluar bersama Yogurt, Taeyong sang asisten Pak Bos menyampaikan jika mereka berdua dipanggil untuk ikut ke ruangan Bos besar. Rasa americano yang Johnny sesap tadi seketika berubah seperti rasa pil obat pahit sekali sedangkan buah pisang yang baru saja Yuta telan seakan tersangkut di kerongkongannya tak mau ditelan. Entah kesalahan apa yang baru saja Jeno lakukan atau jangan-jangan mereka berdualah yang bertingkah sehingga bos memanggil mereka.
Pak Bos masih serius membolak-balik sebuah berkas yang berisikan data seseorang. Sekilas tadi Johnny bisa melihat ada kata-kata 'nama panggil' dan 'tanggal lahir' tersemat di sana. Mencoba memutar otak data siapakah yang sedang bos-nya baca, nama Renjun terlintas begitu saja.
*Jangan-jangan itu data Renjun, si cem-ceman Jeno. Aduh Jen, Jen.
"Jadi namanya Huang Renjun?" Kalau Johnny merasa panik dan bingung untuk menjawab pertanyaan sang Bos, berbeda dengan Yuta yang langsung semangat menjawab, "Iya bos, nama Renjun."
"Pendatang?"
Yuta melirik Johnny yang juga heran dengan pertanyaan sang Bos.
"Jangan buat saya mengulangi pertanyaannya."
"Iya bos, dia orang China. Orang tuanya puny-" Yuta menghentikan penjelasannya karena kode dari Johnny. Langkah yang cukup ekstrim mengingat mereka berdua dengan berhadapan dengan Tuan Besar.
"Orang tuanya kenapa?" Tanya Pak Bos tanpa mengalihkan pandangnya dari berkas Renjun. Baik Yuta ataupun Johnny yakin jika berkas yang tengah Bos mereka baca adalah data pribadi milik Renjun.
"Bos, mengenai Renjun ada baiknya anda mendengar langsung penjelasan Jeno. Saya rasa Jeno mempunyai hak lebih untuk menceritakan siapa itu Renjun kepada anda ayahnya." Jelas Johnny meski dengan ketakutan mendera. Yuta awalnya ingin protes karena rekannya menahan dirinya untuk menjelaskan siapa Renjun namun mendengar jawaban Johnny barusan ia maklum. Memang benar sih secara tak langsung Jeno adalah orang paling tepat untuk menceritakan mengenai Renjun pada ayahnya. Hitung-hitung seperti kehidupan normal lainnya dimana anak dan ayah saling bercerita mengenai hidup masing-masing.
Pak Bos terlihat menggangguk mendengar jawaban pengawal putranya. Teringat bagaimana pertemuan Jeno dengan dua orang ini, bagaimana Jeno yang masih balita harus membiasakan diri dengan kehadiran orang asing sebagai pengganti dirinya yang sibuk, bersembunyi kesana kemari dari kejaran musuh-musuhnya. Kalau bisa diibaratkan sosok Johnny dan Yuta mungkin tak sebatas pengawal atau kakak tapi sosok orang tua yang selama ini tidak Jeno dapatkan secara utuh.
Ia lantas menutup berkas tersebut beralih memandang dua orang yang berjasa dalam hidup Jeno. Mengarahkan jarinya pada Taeyong, Pak Bos menyuarakan perintahnya untuk memulai persidangannya.
"Panggil Jeno dan kalian berdua tetap di sini."
*Aduh Jen, baru juga mulai pdkt udah disidang bapak.
**Jeno, malangnya nasibmu nak.
Di taman belakang, Jeno sedang asik tiduran bersama Yogurt yang juga tengah bermalas-malasan bersama. Wajah polos Yogurt mengingatkannya dengan wajah imut Renjun kala mereka dalam perjalanan pulang. Sekarang ia sudah terbiasa membawa mobil sendiri, terpisah dari Johnny dan Yuta semua demi waktu berharga bersama sang pujaan hati. Terkadang mereka berdua sengaja pulang terlambat karena berburu makanan di pusat makanan kaki lima, iseng keluar malam untuk makan mi instan di toko kelontong 24 jam atau sekedar bermain sepeda bersama saat tak ada jadwal kuliah atau siaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
MA. FI. A
FanfictionMenjadi putra semata wayang dari ketua Mafia tak lantas membuat Jeno menjadi sosok bertangan dingin. Lee Jeno adalah seorang laki-laki yang penakut dan gemar bermain kucing. Ia juga nekat pulang malam sampai mengajak anak lawan ayahnya untuk membolo...