cetak miring* / cetak miring tebal : suara hati Taeyong
...
Suatu siang menjelang sore di kediaman Papanya Jeno,
"Terima kasih pak!" Jeno tertawa kecil sambil berjingkrak riang begitu mendapati pesanannya datang. Beberapa waktu lalu, majikannya Yogurt ini menemukan sebuah mainan lucu di e-commerce dan Jeno langsung tertarik. Memang dasarnya Jeno menyukai permainan maka ketika menemukan permainan baru ia akan dengan semangat mencobanya. Segera saja jagoan kita melesat menuju kamarnya dengan rasa penasaran yang tinggi.
Tingkah Jeno barusan tentu saja mengundang tanya Taeyong yang baru saja kembali dari dapur untuk teh sorenya. Entah apa lagi yang anak itu beli, semoga saja bukan benda-benda aneh seperti tempo hari. Ia belum siap harus menerima ceramah panjang sang Bos Besar terkait tingkah ajaib anaknya. Terbayang saat beberapa minggu lalu si bos kecil ini membeli seperangkat peralatan bondage - dominant - sadistic - masochist karena ia penasaran. Memang sih tujuan Jeno membelinya karena penasaran selain itu juga ia ingin mencobanya sebagai alat penyiksaan saat interogasi tapi masalahnya pesanan tersebut diterima oleh sang papa dan Taeyong yang harus menerima ceramah panjang setelahnya.
"Anakku Yong, anak itu kenapa ada-ada saja ulahnya. Memangnya ia tidak bisa membeli perlengkapan penyiksaan yang lebih jantan? Apa harus membeli yang punya telinga kucing begini?!" Taeyong tidak bisa berkata apa-apa. Ia juga terkejut saat Bos memanggilnya lalu menunjukkan isi paket yang Jeno beli. Sebenarnya bukan alat baru karena para petinggi dan algojo juga punya alat-alat seperti itu, masalahnya punya Jeno ini terlalu unyu.
Sang bos kembali mengeluarkan satu alat lagi, bentuknya panjang lembut dan menggemaskan. Taeyong menelan ludahnya berat. Ia tahu pasti alat apa itu.
Itu ekor kucing.
Lee Jeno ini benar-benar. Eh tapi itu lucu, apa aku beli untuk Ten ya?*
"Panggil Jeno sekarang, kita lihat apa penjelasannya kali ini. Aku pasti punya banyak sekali dosa sampai dianugerahkan anak laki-laki unik sepertinya." Taeyong bisa apa selain memanggil Jeno yang sedang sibuk mengerjakan tugas kuliahnya.
Mengantisipasi hal-hal aneh di kemudian hari, segera Taeyong meletakan teh sorenya di meja makan dan mengikuti Jeno. Samar-samar terdengar suara pekikan gemas Jeno sambil membaca sesuatu seperti perintah. Ia juga mendengar ocehan Jeno tentang betapa bagusnya benda yang baru saja ia beli. Tadinya Taeyong mau turun lagi tapi urung sebab tiba-tiba ia mendengar kata-kata mengejutkan dari mulut Jeno.
"Masukkan jari ke dalam selama 2 menit. Sebentar sekali."
Apa yang mau dimasukkan jari?!
"2 menit 69. Mana seru!"
69?! Apanya yang enam sembilan?!
"...dengan sayang. Yah kalau ini aku bisa lakukan selama mungkin."
Wah tidak bisa dibiarkan. Taeyong segera berlari membuka pintu kamar Jeno yang ternyata tidak tertutup sempurna. "LEE JENO BELI APA ITU?!" Dapat Taeyong lihat Jeno terlonjak kaget begitu juga Yogurt tapi bukan itu fokusnya. Ia segera mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kamar Jeno untuk mencari benda yang baru saja bos kecilnya beli. Namun sejauh mata memandang tidak juga ia temukan benda-benda mencurigakan hanya ada selembar papan berwarna merah muda lengkap dengan biduk dan dadunya.
Itu adalah papan permainan ular tangga.
"Aku membeli permainan ular tangga hyung. Lihat biduknya berbentuk beruang berwarna putih dan coklat. Lucu kan?" Jeno mengangkat sepasang beruang menunjukkannya pada Taeyong. Memang pasangan beruang itu lucu tapi bukan itu pokok masalahnya. Ocehan Jeno barusan tidak ada lucu-lucunya, semua mengarah ke urusan seksual.
"Jeno tidak bohong kan?" Rambut Jeno yang tebal ikut bergerak seiring dengan gelengan kepala yang ia lakukan. Wajahnya terlihat sangat polos membuat Taeyong jadi ragu dengan pendengarannya sendiri. Bisa saja kan semua karena ia terlalu memandang Jeno sebagai anak kecil padahal jika anak itu membeli hal-hal dewasa ya wajar saja.
Bisa juga karena ia sudah terlalu merindukan sang kekasih jadi pikirannya melayang kemana-mana. Setelah yakin jika semua masih dalam kendali, Taeyong segera keluar dari kamar setelah sebelumnya memberikan usapan sayang di kepala Jeno. Mungkin ia akan berkunjung ke tempat Ten untuk melepas rindunya.
Benar, aku harus segera melepas rinduku pada Ten.
Kembali pada Jeno dan biarkan Taeyong dengan rindunya pada sang fiance. Setelah memastikan jika hyung nya tadi pergi, Jeno segera mengambil gawainya untuk melaksanakan misi rahasianya.
"Halo" suara lembut Renjun mengalun menyapa rungu Jeno lantas membuatnya tersenyum sumringah. "Halo sayang! Paketnya sudah datang. Kapan mau kita coba?" Terdengar jeda dengan gumaman lirih sang terkasih tengah membaca jadwalnya, "Hari Jumat dan Sabtu aku kosong."
Jeno tersenyum puas mendengar jawaban Renjun.
"Baiklah, kita coba dari Jumat ya!
"Iya. Oh, Jeno nanti pelan-pelan saja ya, jangan seperti waktu itu. Aku masih ada projek kelompok." Jeno meringis mengingat betapa bersemangatnya ia dan Renjun kala itu sehingga membuat si mungil kesulitan berjalan setelahnya. "Maafkan aku ya. Kali ini kita coba lebih lembut. Aku tutup teleponnya sebelum hyung yang lain dengar. Bye Love!"
...
Jeno segera merapikan mainan barunya lalu menyimpannya di dalam lemari. Berdoa supaya tidak ada orang yang melakukan penggeledahan pada lemarinya setidaknya sampai ia dan Renjun melaksanakan misi mereka. Setelah memastikan semuanya aman, ia kemudian ikut berbaring di atas tempat tidur bersama Yogurt dan memeluk si gumpalan putih.
"Terima kasih kawan, untung kamu menutupi kata dewasa di papan tadi hehehe."
Terinsipirasi dari tweet ini :
KAMU SEDANG MEMBACA
MA. FI. A
FanfictionMenjadi putra semata wayang dari ketua Mafia tak lantas membuat Jeno menjadi sosok bertangan dingin. Lee Jeno adalah seorang laki-laki yang penakut dan gemar bermain kucing. Ia juga nekat pulang malam sampai mengajak anak lawan ayahnya untuk membolo...