HAPPY READING
°
°
°
^_^
Bara terus mendengarkan setiap kata yang keluar dari bibir Khansa, dari mulai dirinya yang ditolong Albian saat hendak tertabrak motor sampai pada mereka yang diam-diam berpacaran tanpa sepengetahuan siapapun
Bara tau itu, dulu saat kakaknya masih ada Bara pernah memergoki Albian yang cengengesan memandang layar ponsel nya, pernah juga satu waktu dirinya mengangkat telepon di handphone kakaknya yang terus berdering dan mendapati suara wanita di sebrang sana berceloteh tentang rasa kesalnya, Bara yang bingung mencoba melihat nama yang tertera di sana mencari tahu siapa pemilik suara itu tapi tidak ada nama apapun, hanya ada emoticon love. Sejak saat itu dirinya tau bahwa sang kakak sedang dimabuk Cinta dan dia tidak ingin terlibat untuk hal itu.
Bara tersenyum simpul saat Khansa mulai bercerita tentang keusilan yang sering dilakukan oleh kakaknya. Dia rindu satu hal itu, jika saja saat ini kakaknya masih mengusili dirinya mungkin Bara tidak akan marah seperti dulu, justru momen itu lah yang sangat Bara rindukan sekarang.
Senyum Khansa memudar saat topik pembicaraannya mengarah pada kecelakaan yang Albian alami kala itu, dia tidak antusias seperti awal. Saat khansa mengucapkan tentang kecelakaan Albian di rumah Rafa kala itu dia tidak serta merta langsung menceritakan semuanya. Awalnya itu membuat Bara ragu, bisa saja Khansa mendengar hal itu dari orang lain tapi saat Khansa mulai bercerita perasaan itu berubah menjadi rasa yakin, dia akhirnya menemukan seseorang yang selama ini sangat ingin Albian jaga.
"Awalnya gue gak tau kalo lo adiknya Bian" ucap Khansa, Bara masih terus setia mendengarkan.
"Tapi waktu gue liat nama panjang lo mirip sama dia gue jadi penasaran, gak ada yang kebetulan. Belum lagi gue ngeliat Albian di diri lo" sambungnya. Khansa menarik nafas saat merasakan dadanya yang sesak, dia menggigit bibir bawahnya menahan agar tidak menangis.
Khansa hanya tau dari Bian bahwa dia mempunyai adik yang seumuran Khansa tapi tidak pernah bertemu atau melihat batang hidungnya sekalipun. Tidak disangka ternyata sekarang mereka satu sekolah.
Dunia itu sempit ya, Bian.
"Yah walaupun lo gak ada lembut-lembutnya" Khansa tertawa tipis, matanya masih Setia menatap ke bawah. Tidak berani menatap Bara yang mengingatkan nya pada sosok sang kekasih yang sudah tidak ada di sisinya, setiap lekuk di wajah mereka sangat mirip, apalagi saat Bara tersenyum.
"Tapi yang mau gue omongin bukan itu" Khansa mengepalkan tangannya, sudah waktunya untuk membicarakan ini pada Bara, dia tidak kuat lagi untuk merahasiakan ini sendirian
Bara merubah posisi duduknya menghadap Khansa, dari awal dia terus bungkam agar apapun yang Khansa ucapkan tidak terpotong karenanya.
"Ada yang aneh dari kecelakaan Bian" lanjutnya bersuara, "Bar, gue yakin udah nemenin Bian sampai ke rumah sakit dan dia masih baik baik aja" air mata yang sedari tadi dia tahan lolos begitu saja membasahi pipinya
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBARAN
Teen FictionMenjadi pacar seorang pembuat onar disekolah adalah sesuatu yang tidak mudah. Athanasia Diana Putri Gadis yang selalu menemani Bara walaupun dia dibuat marah dan kesal, karna bagaimanapun Bara tetap orang yang disayangnya. Dan lagi dia hanya tau...