Bagian 22 : Buntut Kuda

214 14 2
                                    

Hallo guys i'm back!! (^__^)

Maaf banget baru bisa up aku sempat kehabisan ide buat nulis T__T

Untuk temen temen yang udah nungguin cerita ini makasih banyak yaa, makasih sebesar-besarnya buat kalian🙏🏻 

°

°

°

°

°

Selamat membaca!!

And, enjoy..

Bara masih termenung ditempatnya menatap kosong tumpukan bangku dan meja yang disusun tak teratur, sejak beberapa menit yang lalu Khansa sudah undur diri untuk kembali ke kelasnya, dia bahkan tidak menyadari hanya tinggal dirinya seorang yang ters...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bara masih termenung ditempatnya menatap kosong tumpukan bangku dan meja yang disusun tak teratur, sejak beberapa menit yang lalu Khansa sudah undur diri untuk kembali ke kelasnya, dia bahkan tidak menyadari hanya tinggal dirinya seorang yang tersisa di sana tapi dia tidak peduli kata kata gadis barusan lebih manarik segala pikiran dan perhatian nya bahkan ucapannya masih terngiang jelas di telinga Bara.

Lelaki dengan mata tajamnya itu tidak pernah sekalipun mengungkit perihal kakaknya sama sekali kepada siapapun, terutama orang tuanya. Bukan karena takut mengorek luka lama mereka tapi yang dia takutkan adalah dirinya sendiri, luka yang ada di dirinya. Dia terlalu pengecut untuk itu.

Jika boleh Bara egois dia ingin meminta pada tuhan untuk menukar posisi sang kakak dengan dirinya karena pasti kakaknya akan tau bagaimana harus bergerak dan mengatasi situasi ini, sedangkan Bara? Dia sama sekali tidak tahu harus berbuat apa, mengingat mendiang sang kakak saja mampu membuat nya tidak bisa berfikir jernih.

Bara mengacak-acak rambutnya kasar, "Bisa gila lo, Bar" gumamnya.

Mungkin dia tidak sadar, tapi sejak kemarin bahkan sejak saat itu pun dia memang sudah gila.

Sepertinya Bara benar-benar sudah gila.

•_• =_= •_•


Khansa kembali ke kelasnya dengan mata yang sembab, membuat Ana serta Sagara yang sudah ada di sana memusatkan perhatian pada wajahnya yang menunduk. Rambut panjangnya tergerai hampir menutupi seluruh wajah cantiknya.

Dia tersenyum canggung pada Ana dan Zenisa yang menatapnya lekat seakan wajahnya bisa ter lubangi hanya dengan tatapan mereka. Sedangkan Sagara dia seperti biasa selalu memasang wajah tenangnya tetapi Khansa bisa melihat ketidaksukaan dalam sorot matanya, bahkan anak kecil pun pasti tau lihat saja tatapan tajam mata itu saat menatapnya. Danu serta Kevin jangan tanyakan lagi, mereka bahkan terang terangan menatap penuh selidik terbukti dari pandangannya yang menyoroti Khansa dari atas sampai bawah.

"Lo kenapa, Sa?" tanya Zenisa khawatir dia bahkan sampai berdiri dari duduk nya menghampiri Khansa sambil mengecek tubuh gadis itu memastikan tidak ada yang terluka

ALBARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang