15. KENANGAN

36 2 0
                                    

“Pengkhianatanmu sangat menyakitkan, tetapi rasanya
diriku masih tak mampu melepas
cinta dan memilih tuk bertahan
dalam ketidakpastian ”

Setelah kepindahan mereka ke rumah baru di Citraland, Prasetyo berusaha menutupi semua jejak keberadaan Nadira agar Raka tidak akan pernah menemuinya. Selain menghibur sang putri dengan berbagai rencana, Prasetyo juga meminta bantuan dari seorang Psikolog bernama Naema yang setia mendampingi Nadira selama terapi.

Setahun telah berlalu dan tidak terasa Nadira sudah bisa menerima kehidupannya kembali. Kehadiran papa dan Tommy sangat membantunya untuk bisa move on.

Meliihat perkembangan kondisinya ini, Prasetyo sangat bahagia sekali. Namun, ada satu yang masih mengganjal di hatinya bahwa Nadira belum bisa membuka hati untuk mencari pengganti Raka dan surat cerai itu tidak pernah ditandatanganinya.

“Telepon siapa, Pa?” tanya Nadira saat menikmati sarapan pagi.

“Tommy. Dia ingin mengajakmu ke sebuah pesta yang diadakan rekan bisnisnya. Apakah kamu ada waktu untuk menemaninya?” Prasetyo balik bertanya. Nadira hanya diam dan meneruskan sarapannya.

“Sayang, kamu sudah harus membuka hati. Kasihan Tommy. Jangan sampai ia merasa bosan dan mengalihkan hatinya pada wanita lain. Apakah kamu tidak sayang akan kehilangan pemuda sebaik dia?” Prasetyo berusaha membujuk Nadira.

Perlahan Nadira meletakkan sendok makan dan menatap papanya.

“Pa, Nad masih butuh waktu. Please, jangan paksa Nad dulu. Jika waktunya tiba, Nad pasti akan memberitahu Papa. Maafkan Nad, Pa,” pungkas Nadira dan segera bangkit meninggalkannya yang tidak bisa berkata apa-apa.

‘Sampai kapan kamu baru bisa melupakan pria itu, sayang’ Prasetyo membatin.

Ia melanjutkan sarapan pagi. Sedangkan di kamar, Nadira sedang berdiri di balkon sambil menatap panorama pagi yang sangat indah dan udara sejuk yang menerpa wajah. Ada rasa damai yang dirasakan.

Keheningan membuat pikirannya menjadi lebih bisa berpikir jenih dan belajar memilah permasalahannya. Haruskah aku mulai memberi harapan pada Tommy? Pikirnya.
Selama ini pemuda itu sudah berusaha melakukan yang terbaik demi membahagiakannya. Namun, hati ini rasanya masih tidak rela melepas cinta bersama lelaki pengkhianat itu.

Lalu apa yang akan kudapatkan jika terus memikirkannya sedangkan dia sudah berpindah ke lain hati. Rasa sakit. Hanya rasa sakit yang tidak berkesudahan. Nadira menarik napas panjang sambil berusaha memejamkan mata. Ia berusaha mengenyahkan beban hati yang memang begitu menyiksanya.

Tiba-tiba keheningan yang dirasakan terganggu oleh kedatangan sang papa yang memanggilnya dengan langkah cepat.

“Sayang, ada surat untukmu? Universitas Airlangga? Apakah kamu ingin melanjutkan kuliah lagi?” papanya mengajukan beberapa pertanyaan bertubi-tubi dan memilih untuk duduk di sofa.

Nadira memegang amplop coklat tersebut dan membukanya. Sebuat surat pemberitahuan membuat wajahnya sumringah.

“Ada berita apa?” tanya Prasetyo dan menyuruhnya duduk di sampingnya.

“Pa, maafkan Nad tidak pernah cerita keinginan terdalam Nad saat ini,” jelas Nadira sambil menatap wajah laki-laki paruh baya yang ada di sampingnya.

“Katakan ada apa ini, sayang!” Prasetyo tak sabar ingin mendengar berita dari Universitas Airlangga tersebut.

“Pihak kampus mengijinkan permohonan Nad untuk menyelesaikan pendidikan Nad yang sempat tertunda. Nad mengajukan permohonan tanpa sepengetahuan Papa karena Nad tidak ingin terus memikirkan Raka,” gadis ini menghentikan kalimatnya dan berusaha mencari kata yang tepat sambil menatap wajah papanya.

The License of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang