17. GAGAL LAGI

41 2 0
                                    

“Rahasia hati tak selamanya mampu tuk disimpan, sehingga butuh rasa yang lebih agar ia mampu selalu hadir diantara kita”

Raka berhasil menyakinkan klien yang sedang bersamanya, sehingga terjalin kesepakatan kerjasama sebagaimana yang sudah direncanakan. Arfan, sang klien mengulurkan tangan pada Raka.

“Saya rasa kerjasama kita ini seharusnya dirayakan. Bagaimana jika kita pergi ke club yang terkenal di kota ini?” tanya Arfan tersenyum.

“Sudah malam. Rasanya …,” Raka belum sempat menyelesaikan kalimatnya langsung disahut Arfan.

“Ayolah, Bro. Apakah kamu memiliki seorang istri yang menantimu di rumah?” balik Arfan bertanya sambil menepuk lengan Raka.

“Sobat saya ini belum punya istri. Saya rasa tidak masalah,” sahut Mario sambil menatap Raka, “Ayolah, Ka. Hanya malam ini saja kita merayakan kerjasama yang sudah terjalin sebelum kita mulai bekerja.”

Sebagai salah satu orang kepercayaan Tommy, Mario selalu terlibat terhadap semua kerjasama yang telah diperoleh perusahaan mereka. Apalagi saat ia mengetahui Tommy melepas Raka untuk mengatur semua dan menugaskannya untuk melaporkan semua perkembangan yang terjadi. Melhat keraguan di mata Raka, akhirnya Arfan angkat bicara.

“Apakah kamu tidak biasa bersenang-senang? Kalau begitu tidak masalah. Saya juga tidak akan memaksa,” sesal Arfan.

Menengar suara Arfan yang sedikit kecewa, akhirnya Raka menyetujui permintaannya. Namun, ia mengajukan syarat atas permintaan mereka.

“Baiklah. Tetapi jika saya merasa tidak nyaman, maka jangan menahan saya untuk pulang. Bagaimana?” tanyanya ingin memastikan kepada mereka.

“Tidak masalah. Jika kamu sudah mulai bosan, tidak masalah kamu pulang duluan. Biar kami yang menghabiskan malam ini dengan penuh gembira,” ujar Arfan terkekeh.

Mereka segera meninggalkan ruang pertemuan yang diadakan di hotel dan memilih untuk menikmati udara malam yang nyaman dan menuju ke sebuah club terkenal yang berada di kawasan jalan pemuda. Ketika mereka tiba di tempat tersebut, Arfan tertawa senang sambil menepuk pundak Raka.

“Coba lihat, Bro. Kita bisa bersenang-senang di sini. Pelayannya seksi-seksi dan sangat ramah. Kamu harus bisa menikmati malam ini. Lupakan pekerjaan dan semua permasalahan di kantor. Jangan terlalu serius, Bro. Yukk, masuk,” ajak Arfan yang sudah biasa mengunjungi club ini.

Raka hanya menatapnya tak percaya dan ia berusaha menahan diri untuk tidak pulang. Ia harus menghargai rekan bisnis barunya ini. Toh, setelah malam ini ia akan kembali ke Jakarta dan meninggalkan kota yang penuh kenangan. Tiba-tiba seorang pemuda berambut pirang menyambut kedatangan mereka.

“Hai, Fan. Sudah lama kamu tidak datang kemari,” sambut Ronald, manager yang telah lama bekerja di club tersebut dan mempersilakan mereka mengikutinya. Mereka segera mengekor di belakang Ronald.

“Tempat biasa ya, Bro?” tanya Arfan disambut anggukan kepala Ronald.

“Ka, ini adalah sahabat terbaikku waktu SMA dan sekarang. Dulunya seorang anak yang pendiam dan kutu buku,” cerita Arfan mengalir tentang Ronald. Mendengar namanya disebut, Ronald langsung menoleh.

“Jangan dengarkan anak badung ini. Semua ceritanya nggak ada yang benar,” gerutu Ronald.
Mendengar itu Arfan tertawa terbahak-bahak.

“Ini ruangan kalian. Silakan,” ucap Ronald ramah, “jangan lupa jika memerlukan sesuatu hubungi saja.

Selamat bersenang-senang ya.”

Ronald segera meninggalkan mereka. Mario, Alan dan Dino segera mengambil mic yang tersedia dan mulai memutar lagu favorit secara bergantian. Sedang Arfan masih berbincang-bincang dengan Raka tentang orang yang baru saja meninggalkan mereka. Tak lama kemudian datanglah lima orang gadis seksi membawa minuman dan cemilan untuk mereka nikmati sekaligus menjadi teman minum mereka.

The License of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang