Siapa pria itu?
Pria yang tengah berbincang santai dengan istriku. Bahkan Raya yang sempat cuek tadi, berubah 180 derajat. Aku menganati kedua insan itu dengan gelisah. Kapan antrian ini akan berkurang?
Saat giliranku tiba, aku lantas terburu-buru melakukan check-in, sampai petugasnya harus memanggilku lagi sebab ada yang ketinggalan.
Setelah melengkapinya, aku mempercepat langkah saat pria itu mengulurkan tangan. Tanpa pikir panjang menyalip tangan Raya yang ingin membalas jabatan tangannya.
"Salam kenal," ujarku, sambil menatapnya tajam. Pria itu mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum remeh padaku.
"Salam kenal kembali, Arya Pranaja."
Aku mengernyit bingung, dari mana pria itu tahu namaku?
Raya yang berada di sampingku hanya menatap kami secara bergantian. Aku mengalihkan tatapan ke arahnya. Memicingkan mata dengan marah.
Jabatan tangan itu terlepas saat Raya tanpa bersalahnya memukul keras tangan kami.
"Sayang." Protesku padanya.
"Udah check-in?" Aku mengangguk. Pria yang berbincang dengan istriku itu tanpa canggung merangkul bahunya. What? Nih, orang cari gara-gara?
Pria itu menatap Raya seraya tersenyum, dan Raya lantas menyikut perutnya.
Kok, kayak ada yang kebakaran, yah?
Aku memejamkan mata dengan tangan mengepal, kemudian menarik Raya ke dalam pelukanku.
Ia menegakkan punggung dan menatapku dari atas hingga bawah. Seakan menilai seberapa layak diriku untuk Raya!
"Lo mantan pacarnya Raya, 'kan?"
Seberapa dekat dirinya dan Raya? Sampai tahu bahwa aku mantan pacar wanita itu saat SMA dulu.
"Yah, gue mantannya dulu. Dan sekarang, gue suaminya."
Skakmat! Tahu rasa!
Pria itu terbelalak dan menatap Raya tak percaya. "Ray, beneran?" Istriku itu mengangguk. Aku tersenyum penuh kemenangan.
"Kejam banget, padahal gue udah mapan dan pulang ke Indo buat ngelamar lo. Tega lo lupain janji kita."
Janji apa? Raya berjanji apa pada pria itu? Aku menatap Raya menuntut penjelasan.
"Jadi gini, Abyan itu adik kelas lo waktu SMA. Gue kenal ama dia dan pas dia mau kuliah ke luar negeri, dia sakit hati karen cintanya ditolak. Akhir―"
"Tega lo ingetin gue tentang masa suram itu!"
"Ya mangap! Kan gue mau jelasin ke dia." Raya menunjukku dan menatap sinis ke arah pria yang kutahu namanya adalah Sabyan. S untuk setan yang menjelaskan jika dia orang ketiga antara aku dan Raya. Ab―dan seterusnya, untuk nama si Semprul ini!
"Akhirnya dia buat perjanjian sama gue."
"Perjanjian apa?" tanyaku pada Raya.
"Kalau gue enggak nikah sampai dia benar-bebar mapan, gue wajib nikah ama dia."
Aku tertegun. Terlambat selangkah saja, Raya akan menjadi milik orang lain! Sudah kuduga jika pesona istriku itu unik sampai banyak yang mengejarnya.
"Enggak papa lah! Yang janur kuningnya melengkung, pun masih bisa ditikung," katanya seraya menatapku sirat akan tantangan.
Aku menatapnya datar sebagai isyarat agar mengurungkan niatnya itu. Sentuhan lembut di lengan membuatku menatap Raya.
"Sebentar lagi lo bakalan berangkat, 'kan? Ayo."
KAMU SEDANG MEMBACA
MantanAble
RomanceApa jadinya jika mantanmu perfect banget? Good looking? Iya! Baik? Iya! Mapan? Iya! Sholeh? Iya! Dunia Raya rasanya jungkir balik ketika sang mantan―Arya, tiba-tiba mengusik hidupnya. Si idaman kaum hawa yang membuat Raya gedek bukan main! ~~~~...