Baru beberapa hari di sini, aku sudah sangat sibuk. Bagaimana dengan sebulan ke depan? Lantas bagaimana dengan Raya?
Aku merogoh handphone di saku. Layarnya mati. Ah, aku teringat kembali saat handphone ini tak hentinya berdering dari satu panggilan ke panggilan lainnya. Untung saja Dhani berada di sekitarku.
Di dalam mobil, aku menyandarkan tubuh di kursi penumpang. Menutup mata sejenak sebelum Dhani memanggil.
"Lo kenapa?"
"Gue belum telponan sama Raya."
"Lo telpon aja sekarang."
Aku berdecak sebal dan menegakkan punggung kembali. "Dhani, otak lo jangan bego sekarang, deh! Emang siapa yang buat handphone gue lowbatt?"
Dhani hanya cengengesan tak jelas. Merasa tak bersalah karena keadaanku sekarang.
"Nih, lo pake handphone gue. Lo hapal kan nomornya Raya?" Dhani menyerahkan handphonenya dengan mata yang masih fokus menyetir.
Aku tersenyum kecil dan menepuk bahunya, kemudian mengetik nomor istriku. Nada tersambung terdengar, lalu disambut dengan suara operator.
Tanpa menyerah, aku kembali menelepon Raya. Tak lama suara istriku itu terdengar ragu.
"Halo ...?"
Aku terdiam. Mengulum bibir dengan jantung yang berdetak hebat. "Assalamualaikum, Sayangnya Mas," kataku, lembut.
"Waalaikumsalam. Lo udah makan?"
Kukira ia akan menanyakan kabar atau hanya sekadar bertanya bagaimana dengan keadaan Singapura. Nyatanya, istriku itu malah menanyakan tentang makanku.
Sial! Aku dibuat luluh hanya karena pertanyaanya? Aku tersenyum senang walaupun Raya tak bisa melihatnya.
"Belum, Yang."
"Apa? Kenapa lo belum makan dan milih nelpon gue dulu?"
"Mas kangen sama kamu."
Setelah aku mengucapkan itu, suara Raya mendadak menghilang.
"Apaan, sih! Lo makan sana! Ntar maag lo kambuh!"
Dari suaranya, aku tahu dia sedang salah tingkah. Lucunya. Aku terkekeh kecil mendapat responnya itu.
"Mas makan tapi harus video call-an sama kamu, yah?"
"Okey. Emang lo di mana sekarang?"
"Mas lagi di mobil, Sayang. Enggak lama lagi sampai di hotel."
"Sebelum ke hotel, lo ke restoran halal dulu, paham?"
"Siap, Istri."
Tak ada jawaban dari Raya. Kami berdua memilih menikmati keheningan ini. Meraba setiap rasa rindu yang mengalir di diri masing-masing.
"Kamu enggak kangen mas?"
Raya masih terdiam. Helaan napasnya bahkan dapat kudengar. Aku gelisah menunggu jawabannya. Apa dia tidak merasakan hal yang sama denganku?
"Miss you."
Aku menekan ikon mute pada handphone seraya mengusap wajah.
"Yeees!"
Dhani tersentak kaget hingga hampir kehilangan kendali pada kemudi mobil. Ia menoleh heran padaku yang sedang kayang di kursi penumpang. Beruntung Dhani tidak terkena stroke mendadak.
"Gila lo!"
Aku mengabaikan Dhani dan kembali menekan ikon diam.
"Kok, suara lo enggak ada tadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MantanAble
RomanceApa jadinya jika mantanmu perfect banget? Good looking? Iya! Baik? Iya! Mapan? Iya! Sholeh? Iya! Dunia Raya rasanya jungkir balik ketika sang mantan―Arya, tiba-tiba mengusik hidupnya. Si idaman kaum hawa yang membuat Raya gedek bukan main! ~~~~...